Nasional

Indonesia Bukan Negara Islam Tapi Negara Islami

Sab, 6 Juli 2019 | 15:30 WIB

Probolinggo, NU Online
Ketua Suluh Kebangsaan, Muhammad Mahfud MD menegaskan Indonesia tidak perlu diubah sebagai negara Islam tapi cukup jadi negara islami. Menurutnya, ada perbedaan antara Islam dan islami.  Kalau negara Islam adalah negara yang memformalkan ajaran Islam dalam ketanegaraan dan produk hukum yang dihasilkannya. Sedangkan islami terkait negara yang warganya melaksanakan kehidupan selaras dengan nilai-nilai Islam, misalnya jujur, toleran, saling menghormati dan sebagainya.

“Justru sikap-sikap islami tumbuh di negara yang bukan Islam,” tuturnya saat menjadi narasumber dalam Seminar Islam Wasathiyah, Pancasila dan Islam Syariah di aula Madrasah Aliah Nurul Jadid, Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (5/7).

Mahfud lalu  mengutip hasil sebuah penelitian di Amerika Serikat yang dirilis  sekitar 4 tahun lalu. Hasil penelitian tersebut, katanya, menemukan fakta bahwa negara yang paling islami di dunia adalah Selandia Baru. Di situ tidak banyak umat Islam tapi justru perilaku warganya paling islami jika diukur dari nilai-niai Islam. Salah satu  ukurannya adalah warganya toleran, jujur, tertib dan sebagainya yang itu merupakan nilai-nilai universal dalam Islam.

Mahfud mengungkapkan jika terjadi kecelakaan di Selandia Baru, maka dengan sigap dan cekatan orang-orang yang mengetahuinya memberikan bantuan, dan dompetnya ‘aman’.

“Tapi kalau di Indonesia ada orang kecelakaan juga ditolong, tapi kadang dompetnya hilang,” jelasnya.

Mahfud kemudian bercerita pengalaman KH Hasyim Muzadi yang disampaikan kepada dirinya soal perilaku islami negara Taiwan. Padahal Taiwan bukan negara Islam, malah cenderung ke komunis.

Suatu ketika, kata Mahfud, Kiai Hasyim naik taksi menuju kesebuah hotel. Namun sampai di hotel, Kiai Hasyim ingat bahwa tas kecilnya ketinggalan di taksi yang baru saja mengantarnya ke hotel. Kiai Hasyim bergegas menuju resepsionis untuk memberitahukan soal tas kecilnya yang tertinggal tersebut.

“Ternyata tas kecil tersebut sudah ada meja resepsionis, dikembalikan oleh si sopir taksi. Walaupun tidak kenal orangnya. Dan langsung diserahkan kepada Kiai Hasyim. Dan saya beberapa tahun lalu ke Taiwan, merasa aman-aman saja. Betul kata Kiai Hasyim,” urainya.

Mahfud menegaskan, perilaku islami lebih pentig dari sekadar gontok-gontokan berteriak untuk  membangun negara Islam.

“Indonesia kedepan kita bangun, namanya bukan negara Islam tapi negara yang mempuyai watak islami, warganya berperilaku islami,” pungkasnya. (Aryudi AR)