Nasional

Ilmu dan Akhlak Modal Menata Diri dan Masyarakat

Sen, 2 Agustus 2021 | 02:00 WIB

Ilmu dan Akhlak Modal Menata Diri dan Masyarakat

Ilustrasi: Di pesantren santri belajar berbagai ilmu pengetahuan tanpa mengabaikan pendidikan akhlak. (Foto: dok NU Online)

Jakarta, NU Online

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mahrusiyah Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, KH Reza Ahmad Zahid mengatakan para santri adalah calon pemimpin masa depan. Ia menyitir ungkapan Syabābunal yaum rijālunal ghad, pemuda di zaman sekarang adalah  pemimpin di masa depan.

 

"Sehingga masa depan bangsa dan negara kita ini tergantung pada pemuda kita saat ini.
Jadi sudah menjadi keharusan: setiap seorang Muslim harus memiliki keinginan yang besar dan juga memiliki satu cita-cita yang luhur," ujar Gus Reza dalam tayangan Gus Reza Lirboyo: Ilmu dan Akhlak Modal Menata Diri dan Masyarakat pada akun Youtube NU Online.

 

Menurut Gus Reza, harus diingat, Almar-u yathīru bihimmatihii kamā yathīru thair bijanahaihi." Seseorang itu bisa terbang tinggi menggapai cita-citanya tentunya dengan keinginan yang besar ketika dia memiliki keinginan yang tinggi maka dia akan bisa terbang tinggi untuk menggapai semua yang dia inginkan.


Dikatakan bahwasannya Man lā yahtam bi umūril muslimin falaysa minna, ketika seseorang tidak memiliki rasa untuk mementingkan umatnya, kaumnya, bangsanya maka akan seperti disabdakan Rasulullah SAW. "Mereka adalah falaysa minna, bukan termasuk golongan daripada kita," ujar Gus Reza.


Santri dan generasi muda, harus bersungguh-sungguh sebagai thālibul 'ilmi. Sebagai pencari ilmu, harus memikirkan ke depan, di mana ketika orang itu belajar di masa-masa mudanya, ini adalah masa emas, masa yang tidak akan terulang kembali.

 

Tiga masa
Gus Reza memamaprkan, manusia diciptakan oleh Allah dengan tiga masa, dan tiga masa ini tidak akan pernah terulang kembali. Ada masa di mana dia masuk pada masa lemah, ketika dia masuk pada masa kecil, masa balita. Masuk lagi yang berikutnya yaitu masa yang kuat, ketika dia masuk pada fase muda. Dan kelak nanti dia akan kembali pada masa yang lemah lagi, yaitu masa tua.


Saat ini para thullabul ilmi, mereka para pencari ilmu, berada di masa yang kuat dan ini adalah masa emas mereka. Tidak boleh kemudian mereka menyia-nyiakan masa ini, karena masa ini tidak akan pernah kembali lagi.

 

Sebagai seorang pemuda dalam masa-masa mencari ilmu harus mengeluarkan segala kemampuannya untuk mendapatkan ilmu, sementara ilmu tersebut adalah modal mereka untuk menata dirinya dan juga menata masyarakat.


"Maka dari itu, apa yang dipelajari di pondok pesantren, itu semuanya ada. Mulai dari kognitif, afektif dan psikomotorik, semuanya bisa kita dapatkan di lingkungan pondok pesantren. Ilmu pengetahuan kita dapatkan, akhlak kita dapatkan, keterampilan pun juga kita dapatkan di pondok pesantren," jelas Gus Reza.

 

Ia menegaskan, semuanya adalah media pembelajaran untuk seorang santri. Apa yang dilihat santri adalah materi pembelajaran untuk dirinya. Apa yang didengarkan dan apa yang dirasakan, semuanya itu adalah materi pembelajaran untuk dirinya.

 

"Ketika seorang santri melihat kiainya, ustadznya melakukan apa saja, semuanya itu adalah teladan bagi para santri. Apa yang dia dapatkan dari kitab kuning, dari buku-buku yang dia pelajari, itu adalah nilai tambahan kognitif bagi para santri," imbuh Gus Reza.

 

Akhlakul karimah

Selain itu, di lingkungan pondok pesantren diajarkan untuk selalu mengedepankan akhlakul karimah (perilaku yang mulia). Akhlak adalah barometer bagi seseorang. Harga seseorang tergantung pada akhlaknya.

 

"Karena qiematul mar-i min akhlaaqihi, harga seseorang itu dilihat dari akhlaknya. Masyarakat yang ada di sekitar kita, melihat kita, pertama kali yang mereka lihat itu adalah akhlaknya. Maka dari itu, ayo kita beristiqamah untuk menggali ilmu, mencari ilmu sedalam-dalamnya di pondok pesantren," pungkasnya.


Kontributor: Ahmad Naufa Kh Faizin
Editor: Kendi Setiawan