Nasional

Historiografi Islam Nusantara Masih Minus

NU Online  ·  Selasa, 13 Mei 2014 | 13:02 WIB

Jakarta, NU Online
Kehadiran karya sejarah Islam Nusantara terbilang masih jauh dari cukup. Historiografi Islam Nusantara terutama Islam di tiap-tiap lokal perlu dilakukan secara massif. Karya sejarah demikian sangat ditunggu untuk memenuhi kebutuhan warga NU setempat.
<>
Ketua PBNU H Imam Aziz yang kerap disapa Mas Imam mengatakan, “Karya-karya sejarah itu akan menghadirkan rasa ke-NUan warga.”

Dulu historiografi semacam ini, kata Mas Imam, pernah digarap mahasiswa UGM. Laporan penulisan mereka cukup bagus. Hanya saja penulisan itu baru membidik kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Sementara warga NU juga membutuhkan keperluan sejarah Islam lokalnya sendiri dari aspek lain.

“Kita nanti akan mulai lagi pelatihan penulisan Islam lokal,” kata Imam Aziz yang juga akan melibatkan sumber daya NU di tiap wilayah.

Sementara Wasekjen PBNU H Abdul Mun’im DZ menyoroti cara pandang penulisan sejarah NU. Ia menyayangkan sudut pandang penulisan sejarah NU selama ini. “Banyak sejarah ditulis banyak orang Indonesia atau orang NU, tetapi penulisan itu ditulis dengan perspektif orang luar NU.”

Lewat framing orang luar Indonesia dan orang luar NU, “Peran-peran yang dimainkan NU di dalam peristiwa penting bangsa Indonesia atau pergolakan masyarakat pada level lokal, menjadi tidak tampak dalam karya sejarah mereka.”

Mazhab penulis sejarah NU sendiri bisa dilihat dari pemilihan kata, data, dan materinya. “Kalau ditulis dengan perspektif Barat, maka peran tokoh NU tampak terpinggir bahkan menimbulkan citra buruk. Dari perspektif luar NU, kontribusi mereka yang menulis Islam Nusantara menjadi tidak bermakna. Karena, lebih memojokkan peran NU di dalamnya,” tandas Mun’im di Kantor PBNU Jakarta Pusat, Selasa, (13/5). (Alhafiz K)