Nasional HARLAH KE-55 PMII

Hadapi MEA, Jokowi: Siapkan SDM, Stop Ekspor Mentah

Jum, 17 April 2015 | 22:23 WIB

Surabaya, NU Online
Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo mengatakan, saat ini antara satu negara dengan negara lain seperti tanpa batas. Hal itu sudah terjadi di Eropa. Kawasan ASEAN, akan diberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir Desember tahun ini.
<>
Ia menyampaikan hal itu pada Puncak Harlah Ke-55 PMII di Masjid Nasional Al-Akbar, Surabaya,  Jawa Timur, Jumat malam (17/4) dengan tema “Pembela bangsa, Penegak Agama”.

Dengan keadaan batas-batas negara yang seperti itu, dia menyampaikan tantangan yang akan dihadapi Indonesia ke depan. Di antaranya akan menyebabkan lalu-lalang ekonomi yang tanpa batas juga.

Oleh karena itu, presiden yang biasa disapa Jokowi tersebut, memaparkan apa yang akan dilakukan pemerintah untuk menghadapi situasa semacam itu. Pertama ia menyebut perbaikan dalam dunia pendidikan.

Saat ini, menurut dia, fasilitas pendidikan dari dasar sampai Perguruan Tinggi masih sangat kurang. “Maka ke depan, jika dulu ada SD Inpres, maka saya akan bikin SMK Inpres, baik umum maupun agama,” katanya di hadapan belasan ribu kader PMII.

Kualitas dunia pendidikan, kata dia, penting untuk ditingkatkan karena ke depan yang akan terjadi adalah pertarungan kualitas sumber daya manusia (SDM), bukan sumber daya alam. “Kita lihat coba, Singapur punya apa? Korea punya apa? Jepang punya apa? Kita melimpah ruah. Tapi kita bisa apa denga itu?” tanyanya.

Karena SDM yang tidak mumpuni, Jokowi menyebut Indonesia pernah merasakan pahitnya. Pada tahun 1970an minyak Indonesia melimpah, tapi kesempatan itu hilang dan tidak bisa membuat kita itu lebih baik. Pada tahun 1980an, Indonesia terkenal kaya dengan beragam kayu. Kemudian ditebang tanpa memikirkan industri hilirnya.

Kekeliruan itu terus diulang dan diulang lagi seperti batubara, minyak mentah dan kekayaan lain yang sangat besar itu diekspor mentahan, kemudian diolah negara lain, lalu negara kita membelinya lagi.Menurut dia, hal itu adalah kekalahan bangsa Indonesia.

“Kenapa itu tidak kita kunci? kita miliki? Kalau kamu buat industri, buat di sini, akan ada keuntungan untuk di sini. Kita akan stop satu per satu ekspor batubara, nikel. Hilirisasi ada di Indonesia, kita bikin di sini,” tegasnya.

Ia melanjutka, pekerjaan pemerintah Indonesia adalah menangani pengangguran yang besar. Itulah kenapa bahan mentah itu mesti diolah di Indonesia karena ingin membuka lapangan tenaga kerja di Indonesia.

Namun, menurut dia, untuk mengubah itu harus mengalami transisi yang tidak mudah, tidak bisa cepat, dan tidak semua menerima.

Jokowi juga menyebut bahwa antara satu negara dengan negara lain yang seperti tanpa batas tersebut akan menyebabkan lalu-lalang ideologi seperti radikalisme agama. Menurut dia, tidak ada kompromi untuk mereka.

Di ujung pidatonya, ia menyebut Indonesia dalam keadaan “darurat narkoba”. Karena itulah ia membarikan sanksi seberat-beratnya bagi gembong barang haram tersebut dengan hukuman mati. Ia tetap kukuh melakukan itu meski banyak negara protes ketika warga negaranya tersangkut narkoba di Indonesia. (Abdullah Alawi)