Habib Jindan bin Novel Ingatkan Jangan Lengah Bersyukur
Kamis, 18 November 2021 | 13:00 WIB
Muhamad Abror
Kontributor
Jakarta, NU Online
Pendakwah Habib Jindan bin Novel mengajak agar manusia pandai-pandai dalam mensyukuri nikmat Allah swt. Menurut dia, nikmat yang telah Allah berikan kepada manusia sejatinya tidak ternilai, hanya saja kadang manusia lengah untuk mensyukurinya.
“Jika satu nikmat Allah saja manusia taksir, tidak akan ternilai harganya,” katanya dalam Rauhah Bersama Habib Jindan bin Novel bin Jindan di Yayasan Al-Fachriyah, Larangan, Tangerang, Banten, pada Ahad (14/11/2021) lalu.
Mendasari penjelasannya, habib kelahiran Sukabumi, Jawa Barat ini mengutip Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 18 yang berbunyi, Wain ta’uddû ni’matallâhi la tuḫshûhâ (Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya).
Habib kelahiran 1977 ini mangisahkan pertemuan Nabi Musa dengan seseorang yang cacat, tapi masih banyak bersyukur. Suatu ketika Nabi Musa sedang bepergian dan bertemu dengan seorang laki-laki tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa kaki dan tangannya. Dalam kondisi yang demikian memprihatinkan, lisan laki-laki itu tidak berhenti mengucapkan hamdalah.
“Nabi Musa keheranan dan bertanya kepadanya, mengapa ia masih sempat bersyukur dalam kondisi yang sangat memprihatinkan ini,” ujar Pimpinan Yayasan Al-Fachriyah, Larangan, Tangerang, Banten itu.
Setelah Nabi Musa meminta kepada Allah agar laki-laki tadi bisa mendengar dan melihat untuk sekadar menjawab pertanyaannya, laki-laki itu pun manjawab, “Aku masih memiliki lisan untuk bersyukur, dan ini merupakan nikmat yang sangat agung.”
“Kalau kita, mata punya, telinga punya, tangan punya, kaki punya, lidah punya, ayolah bersyukur kepada Allah ta’âlâ atas nikmat yang telah Ia berikan,” ajak Habib Jindan.
Pada kesempatan itu, Habib Jindan juga mengungkapkan bahwa nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada manusia itu sangat luar biasa. Contohnya adalah nikmat mata untuk melihat. Menurut dia, mata tidak hanya bisa melihat, tetapi lebih canggih dari kamera yang secanggih apapun.
“Penglihatan manusia itu sangat canggih. Kamera paling canggih pun kalah dengan mata. Baik fokusnya, jernihnya, lirikannya, gerakannya, dan fleksibelnya,” jelas Habib Jindan.
Dia melanjutkan, bahwa mata itu bisa memiliki daya rekam yang canggih seperti kamera. Ia mencontohkan daya tangkap penglihatan Imam Syafi’i.
“Imam Syafi’i itu kalau melihat tulisan, langsung terekam seperti tangkapan kamera. Sampai-sampai kalau ia sedang menghafal buku, lembar sampingnya ditutup agar hafalan yang masuk terkontrol,” jelas Habib Jindan.
Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Syakir NF
Terpopuler
1
Arus Komunikasi di Indonesia Terdampak Badai Magnet Kuat yang Terjang Bumi
2
PBNU Nonaktifkan Pengurus di Semua Tingkatan yang Jadi Peserta Aktif Pilkada 2024
3
Pergunu: Literasi di Medsos Perlu Diimbangi Narasi Positif tentang Pesantren
4
Kopdarnas 7 AIS Nusantara Berdayakan Peran Santri di Era Digital
5
Cerita Muhammad, Santri Programmer yang Raih Beasiswa Global dari Oracle
6
BWI Kelola Wakaf untuk Bantu Realisasi Program Pemerintah
Terkini
Lihat Semua