Gus Nadir: Meneliti dan Berkarya, Bagian dari Tauhid
NU Online · Senin, 28 Maret 2022 | 23:00 WIB

Prof Nadirsyah Hosen (Gus Nadir) dalam sambutannya secara daring pada Haul ke-21 Profesor KH Ibrahim Hosen di Masjid Raudhatul Qur’an Pesantren Takhasus Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Ahad (27/3/2022). (Foto: Tangkapan layar)
Nuriel Shiami Indiraphasa
Kontributor
Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia dan New Zealand (ANZ) periode 2019-2021, Prof Nadirsyah Hosen (Gus Nadir) menerangkan, terus melakukan penelitian dan berkarya merupakan salah satu wujud bertauhid kepada Allah swt.
“Penelitian dan terus berkarya itu bagian dari tauhid,” terang Gus Nadir dalam sambutannya secara daring pada Haul ke-21 Profesor KH Ibrahim Hosen di Masjid Raudhatul Qur’an Pesantren Takhasus Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Ahad (27/3/2022).
Untuk itu, lanjut Gus Nadir, orang yang kemudian berhenti melakukan penelitian dan berkarya seolah-olah orang tersebut tidak memanfaatkan kemampuan yang sudah Allah swt berikan.
Selain itu, hal tersebut juga mencerminkan sikap tidak percaya dengan apa yang sudah Allah siapkan untuk hambanya. Hal tersebut mengingatkannya pada wasiat yang diberikan oleh sang ayah, KH Ibrahim Hosen pada masa sakitnya, sebelum ia tutup usia.
Gus Nadir berkisah bahwa KH Ibrahim Hosen berpesan kepadanya kelak suatu saat ada majelis taklim akbar, hendaknya Gus Nadir menggantikan posisi sang ayah untuk memberikan taushiah kepada jemaah.
“Abah mendiktekan kepada saya materi yang harus disampaikan. Tentu saya dengan kakak (sama-sama sedang berjaga) saling melihat. Karena, beliau di rumah sakit dan tidak ada undangan majelis ta’lim. Tapi, itulah isyarat dari beliau dan ia memberikan materi ceramah atau pesan terakhir yang luar biasa,” paparnya.
Pesan tersebut berwujud dalam analogi seorang ustadz yang kelak akan berceramah dan melalui kesulitan untuk menyeberangi jembatan lantaran jembatan penyeberangan terputus sebab banjir.
“Apabila ustadz tersebut pasrah dan lantas pulang, maka ia akan pulang dan membiarkan para jemaah menunggu ketidakhadirannya,”terang Gus Nadir di channel YouTube Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta.
Sementara apabila ustadz tersebut melakukan perenungan, penelitian, serta pengkajian sebagai bentuk kepercayaan terhadap Allah yang mana hal itu merupakan bagian dari tauhid.
“Maka, ustadz itu akan menanamkan sikap optimis bahwa Allah telah menyiapkan beragam sarana untuknya agar tetap bisa menyeberang ke tempat jemaah telah menunggu,” papar pria kelahiran 8 Desember 1973 itu.
“Di situ saya merenung bahwa ternyata hasil-hasil kajian beliau (KH Ibrahim Hosen) selama berpuluh-puluh tahun sebagai seorang profesor, kiai, itu adalah bagian dari aplikasi tauhid beliau,” ungkap Gus Nadir.
Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua