Gus Nadir: Al-Qur’an Mengajak Umat Islam Terus Lakukan Penelitian
NU Online · Selasa, 9 Juni 2020 | 05:00 WIB
Syaifullah Ibnu Nawawi
Kontributor
Kudus, NU Online
Bagi H Nadirsyah Hosen, kaum Maslimin dapat dipetakan menjadi tiga kategori saat respons sains. Hal tersebut tentu saja bergantung kepada pengetahuan keagamaan dan daya tangkapnya terhadap perkembangan pengetahuan dan teknologi yang ada.
“Pertama adalah kalangan yang memandang bahwa sains adalah konspirasi Barat dan mengemukakan agar ilmu itu jangan dipelajari,” kata dosen Monash University Australia tersebut, Senin (8/6) malam.
Bahkan disampaikan Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU) Australia dan New Zealand ini, kalangan pertama justru mengajak untuk menjauhi sains.
“Bila perlu, mereka mengajak agar sains dijauhi seperti orang-orang bumi datar yang tidak percaya jika bumi itu bulat,” urainya.
Sedangkan kelompok kedua yaitu kalangan islamisasi sains.
“Mereka adalah yang gemar mencocokkan penelitian-penelitian Barat bahwa sudah sesuai dengan al-Qur’an atau yang dikenal dengan kelompok cocoklogi,” jelasnya. Padahal sains itu dinamis, sedangkan al-Qur’an paten, lanjutnya.
Kelompok ketiga yakni spirit al-Qur’an dan hadis sebagai isyarat untuk penelitian-penelitian lebih lanjut.
“Bahwa ayat-ayat al-Qur’an menginspirasi untuk melakukan penelitian, bukan mengkonfirmasi,” ungkap Gus Nadir, sapaan akrabnya.
Selanjutnya Ahmad Rofiq menjelaskan agar disuksi yang digelar ada tindak lanjut oleh tim khusus terkait tema yang diangkat agar menjadi sebuah kurikulum.
“Termasuk memanfaatkan teknologi untuk madrasah demi menyebarkan nilai-nilai agama seperti memanfaatkan zoom meeting untuk halal bihalal virtual,” katanya.
Diingatkan guru besar Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang tersebut bahwa sesuai dengan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah terkait kemunculan pembaharu dalam kurun waktu seratus tahun.
“Bahwa dalam satu abad, hendaknya ada lompatan-lompatan yang baik untuk madrasah tercinta,” pintanya.
Inilah di antara narasi yang mengemuka pada acara halal bihalal virtual internasional yang diselenggarakan Ikatan Siswa Abiturien (Iksab) Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus, Jawa Tengah. Kegiatan mengambil tema ‘Meneguhkan Madrasah Salafiyah Berbasis Sains Spirit al-Qur’an Songsong Satu Abad TBS Kudus’ dan diikuti sejumlah kalangan dari dalam dan luar negeri.
“Tema ini kami angkat karena TBS adalah salah satu madrasah yang mempunyai prinsip merawat tradisi dan selalu melakukan inovasi,” kata Abdulloh Hamid selaku moderator pada halal bihalal tersebut.
Menurut dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini, tema terinspirasi di TBS yang selain mengajarkan Ilmu salafiyah juga mendalami ilmu khalafiyah.
“Hal ini sesuai dengan prinsip merawat tradisi dan mengembangkan inovasi,” tegasnya.
Dijelaskannya bahwa alumni Madrasah TBS menguasai berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun sains. Mereka sudah menyebar di berbagai negara baik di Barat seperti Amerika, Eropa, Australia, Jepang, Cina dan lainnya. Demikian pula tidak sedikit alumni yang menempuh studi di dunia timur seperti Saudi Arabia, Mesir, Yaman, Maroko, Libanon, Syiria, Sudan dan lain-lain.
“Saya mengutip perkataan ayah Gus Dur KH Wahid Hasyim sekaligus putra Hadratussyeikh KH M Hasyim Asy’ari yang mengatakan bahwa membaca sejarah itu penting, tapi membuat sejarah jauh lebih penting,” pungkasnya.
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua