Nasional

Gus Mus: Kesalehan antara Kiai dan Gubernur Berbeda

NU Online  ·  Senin, 1 Oktober 2018 | 03:23 WIB

Semarang, NU Online 
Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) menjelaskan tentang makna kesalehan pada acara Tumpengan Merah Putih yang digelar Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di Semarang, Ahad (30/9) malam. Menurutnya, saleh berasal dari kata shalaha atau shaluha yang berarti pantas. 

"Kepantasan seseorang itu berbeda-beda. Jangan dikira saleh itu dibayangkan hanya dengan sosok kiai. Kalau saleh itu hanya kiai, lalu yang lain bagaimana? Polisi, pegawai dan profesi-profesi yang lain berarti tidak kebagian saleh?" tanya Gus Mus. 

Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Raudhlatut Thalibin Leteh, Rembang ini, jika seorang gubernur kebanyakan wirid dan i'tikaf itu bisa menjadi tidak baik (tidak pantas) karena gubernur dibutuhkan masyarakat dan harus siap sedia. 

“Sebaliknya, seorang kiai juga tidak baik sering bermain di kantor gubernur, mau ikut tender?" terang Gus Mus dengan nada canda.

Gus Mus mengakhiri ceramah dengan memberikan kado berbentuk bacaan puisi berjudul Nabi Sulaiman Tersenyum yang berisi harapan agar orang-orang yang berada di posisi atas selalu mencintai orang-orang yang berada di bawah, khusus  ditujukan kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen yang hadir pada saat itu. 

Acara ini dimeriahkan dengan beberapa sajian seni dan budaya seperti tari-tarian adat oleh para mahasiswa, orasi kebangsaan dan kebudayaan, musik, serta pembacaan puisi kebangsaan yang dibawakan oleh Sosiawan Leak. 

Kegiatan yang dipandu oleh Prie GS ini dipersembahkan khusus untuk masyarakat Jawa Tengah dan terbuka untuk umum. Disediakan angkringan gratis dan makan tumpeng bersama bagi hadirin yang datang. (Muhammad Khozin/Abdullah Alawi)