Gus Mus Jelaskan Sikap Muslim kepada Kesesatan
NU Online · Jumat, 4 Desember 2015 | 12:40 WIB
Solo, NU Online
Sesama muslim seharusnya saling membantu, bukan saling menghancurkan. Sesama muslim juga harus saling mengingatkan. Ketika mengingatkan pun ada adabnya, mesti dengan cara yang baik pula. Juga jangan mudah memberi stempel syirik dan sesat kepada sesama.
<>
Demikian disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatuth Thalibin Leteh Rembang KH Ahmad Mustofa Bisri pada acara Khotmil Qur’an dan Pengajian Akbar Pondok Pesantren Tahfidz wa Ta’limil Quran dan Jamuro Solo di Masjid Agung, belum lama ini (29/11).
“Orang Islam yang mengetahui terjadi kesesatan seharusnya memberitahu kepada pengikut aliran sesat itu dengan cara yang baik. Tidak boleh langsung memusuhi orang yang dianggap sesat,” tutur kiai yang disapa Gus Mus yang pernah mengemban Rais ‘Aam PBNU.
Lebih lanjut dijelaskan Gus Mus, mengatakan persoalan sesat dan tidak sesat itu, sejatinya urusan Allah SWT yang menentukan.
“Itu ada di Al-Quran. Kita harus tahu mana yang haknya Gusti Allah dan kewajiban kita. Kewajiban kita memberi tahu dia. Tahu enggak tahu, itu Gusti Allah. Menunjukkan jalan kepada orang yang sesat itu kewajiban kita,” kata dia.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Mus juga menyinggung penting bagi para tokoh, utamanya tokoh agama untuk ikut memberikan arahan agar terjadi perdamaian antar umat beragama. “Masing-masing harus menyadari kewajiban tersebut. Isu S ARA itu salah satu yang harus kita lakukan kalau ingin damai. Seruan menghindari isu itu juga tidak hanya saat Pemilukada, tetapi dilakukan setiap saat,” terangnya.
Umat Islam, lanjutnya, harus paham agama Islam dengan belajar mengaji dan mengkaji Al-Quran agar tidak mudah terpengaruh isu SARA atau isu lain yang membahayakan agamanya. Pemahaman Al-Quran ini sangat penting untuk menangkal perilaku menyimpang yang akhirnya bisa merugikan bangsa dan negara.
Ia menilai sekarang ini banyak orang yang mengklaim beragama Islam tapi justru menjadi sumber perpecahan dan tindak pelanggaran seperti korupsi.
“Mereka itu yang tidak mau memahami Al-Quran. Jangan sampai orang Islam malah jadi lawan Islam, Indonesia jadi lawan Indonesia. Islam nggak paham Islam, Indonesia nggak paham Indonesia,” ujar dia. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
2
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
3
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
4
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Wujud Syukur atas Kemerdekaan Indonesia ke-80, Meneladani Perjuangan Para Pahlawan
5
Prabowo Klaim Selamatkan Rp300 Triliun APBN, Peringatkan Risiko Indonesia Jadi Negara Gagal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Ngeusian Kamerdekaan ku Syukur jeung Nulad Sumanget Pahlawan
Terkini
Lihat Semua