Nasional

Gus Baha Sebut Dua Pilihan Jika Disuruh Masuk Neraka

Sab, 7 Maret 2020 | 23:30 WIB

Gus Baha Sebut Dua Pilihan Jika Disuruh Masuk Neraka

Gus Baha di PWNU Jateng, Sabtu (7/3) malam. (Foto: NU Online/Naufa)

Semarang, NU Online
Sanad atau transmisi keilmuan memiliki peran penting dalam agama. Laulal isnaadu laqaala man sya-a ma sya-a. Andaikan tidak ada sanad, maka orang akan berpikir agama sesuai maunya. "Dan itu bahaya sekali, karena agama ini riwayat. Inna hadzal ilma diinun fandzuru 'amman ta'khudzuuna diinakum."

Demikian disampaikan KH Bahauddin Nur Salim (Gus Baha) kepada ratusan jamaah Ngaji Bareng dalam rangka Harlah ke-97 NU (versi Hijriyah) di Kantor PWNU Jateng, Jl Dr Cipto No 180, Kota Semarang, Sabtu (7/2) malam.

Dalam hal ini, Gus Baha memiliki sekian contoh cara berpikir sanad dan cara berpikir rasional. Beliau menyuplik cerita tentang raja' (berharap ampunan Allah) dari kitab Ihya' Ulumiddin karya Hujjatul Islam Imam al-Ghazali.

"Dan ini pasti di luar dugaan sampean. Karena sanad itu, cara berpikir (nya) itu, ya, ikut saja," terang Rais Syuriyah PBNU ini.

Ada dua orang ahli neraka, ungkap Gus Baha, dipanggil Allah SWT dalam keadaan diborgol. Ditanya sama Allah: "Enak di neraka?"

 "Wah, Gusti, di neraka kok enak, ya jelas nggak enak"

"Ya sudah, kamu kembali lagi ke neraka," kata Allah.

Kemudian Gus Baha pun berkomentar.

"Dugaan kita kan pasti anak ini nggak mau. Ternyata nggak: dia lari sekencang-kencangnya menuju neraka. Semangatnya masya Allah. Maka ini sekaligus ijazah: kalau disuruh (Allah) masuk neraka, yang semangat," kata Gus Baha, disambut ledakan tawa hadirin.

Tuhan akhirnya bertanya: "Lho, kamu Ku-suruh ke neraka kok semangat?"

"Gusti, saya ini sudah kapok ketika di dunia. Engkau nyuruh shalat saya lelet. Engkau menyuruh kebaikan saya lelet. Sebagai bentuk kapok saya, Engkau nyuruh saya ke neraka, saya semangat. Saya sekarang taat."

Berkahnya semangat menuju neraka, lanjut Gus Baha, Tuhan membalas: "Ya sudah, di surga saja."

"Makanya ini nanti kalau kamu disuruh masuk neraka, yang semangat. Itu ada di akhir Ihya'. Artinya, itu kan di luar dugaan kita, cara berpikir seperti itu. Akhirnya dia jadi ahlil jannah (penghuni surga)," terang Gus Baha.

Cerita kedua, masih di bab yang sama, ditanya sama Allah: "Enak di neraka?"

"Ya ndak, Gusti"

"Ya sudah, kembali lagi ke neraka"

Si orang ini nolah-noleh gitu. Terus ditanya sama Allah: "Kenapa nolah-noleh?"

"Ya Allah, ketika Engkau memanggil kami ke surga, saya ndak pernah mengira kalau akan Engkau kembalikan lagi ke neraka."

"Ya sudah, kamu di surga-Ku karena husnuzan (berbaik sangka) kepada-Ku."
 
“Ini berarti ada dua sanad. Lucunya sama-sama benar. Yang semangat ya benar. Yang lelet juga benar,” lanjut kiai muda NU yang rambutnya seringkali menjuntai keluar kopiah ini.

"Maka kalian punya dua pilihan, nanti kalau disuruh masuk neraka. Bisa semangat, bisa lelet. Semuanya nanti di surga. Artinya begini: sanad itu, ternyata nggak yang kita duga. Makanya saya mohon, siapapun yang mencintai agama ini harus banyak membaca. Jangan menuruti emosi, kemudian emosi itu diatasnamakan agama," terang Gus Baha.

Tampak hadir di panggung utama segenap jajaran pengurus PWNU Jawa Tengah, di antaranya KH Ubaidillah Shodaqoh (Rais Syuriyah) dan KH Mohamad Muzamil (Ketua Tanfidziyah). Selain Gus Baha, hadir juga KH Abdul Ghofur Maimoen (Gus Ghofur) sebagai pembicara dalam acara ini.

Kontributor: Ahmad Naufa
Editor: Musthofa Asrori