Gus Ali Masyhuri: Ngaji Al-Qur’an Bisa Membuat Otak Rileks
NU Online · Sabtu, 17 Desember 2022 | 12:00 WIB

Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur KH Agoes Ali Masyhuri (Gus Ali) saat pengajian. (Foto: YouTube NU Online)
Afina Izzati
Kontributor
Jakarta, NU Online
Wakil Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Agoes Ali Masyhuri (Gus Ali), menyebutkan bahwa ketika seseorang emosi maka otaknya menjadi lelah. Sebaliknya, ketika seseorang itu merenung maka otaknya menjadi rileks. Mengaji merupakan salah satu aktivitas yang membuat otak kita rileks.
“Orang kalau marah terus-menerus otaknya pegal. Jika otak sudah pegal menjadikan semuanya serba salah. Dunia yang terang terlihat gelap. Apa saja yang dilihat matanya terlihat serba jelek dan salah. Hal ini menyebabkan hilangnya daya objektivitas dalam memandang masalah,” kata Gus Ali dalam YouTube NU Online, Kamis (15/12/2022).
Menurut dia, sepanjang sejarah keberadaan manusia, emosi dan kekerasan tidak pernah menyelesaikan masalah. Masalah apa saja tidak dapat dihadapi dengan emosi. Dengan kata lain, menghadapinya butuh kesabaran, butuh berpikir jernih. Selain itu, berbagi dengan orang-orang baik atau saleh supaya mendapatkan pencerahan.
“Merenung dapat membuat otak menjadi rileks, termasuk dengan mengaji yang terasa santai namun menjadikan seseorang menuju kokoh spiritual dan mapan intelektual,” tandas Pengasuh Pesantren Bumi Sholawat Sidoarjo Jawa Timur ini.
Dalam sebuah jurnal Studia Insania Vol 7 No 1 yang ditulis oleh Ainun Jariah menyebutkan bahwa mengaji dengan membaca Al-Qur’an memiliki banyak manfaat terutama dalam aspek psikologis. Salah satunya dengan membaca Al-Qur’an dapat mengurangi tingkat depresi. Bahkan, pada titik tertentu mengaji mampu menghilangkan depresi.
Dalam artikel itu juga diterangkan bahwa membaca dan memaknai Al-Qur’an dapat mengurangi tingkat kecemasan. Sebab, Al-Qur’an dapat mereduksi ketegangan-ketegangan syaraf sehingga akan membuat seseorang dapat lebih tenang.
“Dengan hal tersebut dapat diketahui bahwa orang yang memiliki kebiasaan membaca Al-Qur’an dengan kategori rendah ialah mereka dengan tongkat kecerdasan emosional rendah. Begitu pun sebaliknya, seseorang dengan kebiasaan membaca Al-Qur’an tinggi maka tingkat kecerdasan emosional mereka pun tinggi,” tulisnya.
Kebiasaan membaca Al-Qur’an berpengaruh terhadap kecerdasan emosional. Hal ini terkait pandangan para tokoh serta ulama yang mengutarakan bahwa membaca Al-Qur’an mengandung banyak manfaat termasuk dalam menangani emosi.
Ahmad Al-Qadhi menerangkan bahwa Al-Qur’an berpengaruh terhadap kondisi fisiologis seseorang. Ia mendapatkan bukti bahwa Al-Qur’an dapat mereduksi ketegangan-ketegangan saraf (fisiologis).
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Soal Tambang Nikel di Raja Ampat, Ketua PBNU: Eksploitasi SDA Hanya Memperkaya Segelintir Orang
2
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
3
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
4
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
5
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
6
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
Terkini
Lihat Semua