Jakarta, NU OnlineÂ
Pengasuh Pondok Pesantren Bumi Shalawat Sidoarjo Jawa Timur, KH Agus Ali Masyhuri yang akrab disapa Gus Ali menilai kericuhan di sekitar Pasar Tanah Abang, Rabu (22/5) sebagai tindak kriminal dan kekerasan yang jangan-jangan tidak terkait dengan Pemilu.
Oleh karenanya, pihak kepolisian harus mengusut tuntas pelaku kekeraan tersebut. "Demo ke Bawaslu apa Tanah Abang? Kalau ke Tanah Abang ini tidak nyambung dengan Pemilu. Polisi harus memetakan itu," kata kiai yang juga Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur ini.
Sementara itu, Ketua PWNU NTB Masnun Tahir menilai aksi kericuhan di sekitar kantor Bawaslu hingga Pasar Tanah Abang sejak Selasa (21/5) malam tidak dibenarkan dari sudut pandang ajaran Islam. Pasalnya, Islam mengajarkan bil khihmah wal mauizatul khasanaha wal mujahadah khasanah untuk menyampaikan aspirasi dan suatu ajakan.Â
"Polanya (demo dan kericuhan) di luar tradisi kita," kata Masnun.
Ia menilai aksi tersebut mungkin saja dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak melakukan tabayun atau klarifikasi hingga menimbulkan hoaks dan fitnah. Mempirhatinkan, sebab yang menjadi korban adalah rakyat biasa, sementara sebagian elit tidak mau tahu.Â
Bentrokan tersebut sangat disesalkan karena dengan cara-cara anarkis anarkis. Apalagi dilakukan di bulan puasa dapat mencindarai kesucian bulan yang harusnya diisi dengan peringatan Nuzulul Qur’an. Aksi demo yang diwarnai kericuhan tidak mencerminakan etika dan akhlak Islam.
Ia mengimbau aparat keamanan yang bertugas untuk tetap preventif dengan mengedepankan persuasive, jangan sampai melakukan tindak anarkis. "Aparat melakukan yang benar pun dianggap salah, apalagi melakukan kesahalah, lebih disalahkan lagi. Sebagai aparatur negara harus santun dan sabar, karena rakyat kita butuh pemahaman dan penyadaran," paparnya.
Kepada elit politik, Masnun mengimbau agar dapat duduk bersama memikirkan kepentingan bangsa, serta solusi bersama-sama menyelesaiakan persoalan bangsa. Para elit harus mampu menunjukkan cara-cara negarawan, menjadi polistisi yang santun.
"Juga menghargari perbedaan, karena pemilu adlaah permainan, sedangkan sunatullah kalah menang itu takdir," ujarnya.
Semangat negarawan harus dipegang teguh untuk mampu membangun dan menjaga NKRI, sehingga jangan memprovikasi atau mengeluarkan statemen yang bernada provokasi, apalagi mengajak pada tindakan inkonstitusional. (Kendi Setiawan)