Nasional

Gempa Lombok Lanjutan dari Gerhana Bulan

Sab, 1 September 2018 | 20:30 WIB

Gempa Lombok Lanjutan dari Gerhana Bulan

Gerhana bulan 28 Juli 2018 (foto: tirto.id)

Mataram, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Halimy, Sesela, Gunungsari, Lombok Barat, TGH Munajib Kholid berpendapat gempa bumi Lombok merupakan kelanjutan dari gerhana bulan yang terjadi tanggal 28 Juli 2018. 

Menurutnya setiap ada gerhana pasti ada bencana alam yang mengiringinya, seperti gelombang yang terlalu besar, badai, termasuk gempa bumi. Peristiwa serupa juga terjadi seperti diceritakan dalam kisah Qabil yang membunuh adiknya, Habil. 

“Begitu Qabil membunuh adiknya, terjadi gerhana dan diiringi dengan gempa,” kata Tuan Guru Najib di kediamannya di Gunungsari, Lombok Barat, Sabtu (1/9).

Tuan Guru Najib: Isu Gmpa dan Tsunami Dekatkan Diri kepada Allah

Ia menyebutkan bahwa setiap terjadi gerhana bulan umat Islam dianjurkan untuk melakukan shalat sunah gerhana. Sayangnya, pada peristiwa gerhana bulan 28 Juli 208, hanya sedikit orang yang melakukannya. 

”Mereka menjadikan peristiwa ini sebagai tontonan. Di mana-mana terlihat orang berkemah untuk nonton gerhana bulan,” ungkapnya.

Pada peristiwa gerhana bulan tersebut, banyak dari masyarakat menganggap sebagai peristiwa biasa. “Namun kemudian terjadi gempa tanggal 29 Juli, dan setelah satu minggu yaitu 5 Agustus, malam Senin tepatnya pukul 07.45 menit, terjadi gempa susulan yang lebih besar mencapai 7 skala Richter,” kata Tuan Guru Najib. 

Ia  mengingatkan bahwa gempa bumi yang menimpa Lombok haruslah menjadikan kita sadar bahwa hal ini merupakan bentuk ujian dari Allah, sekaligus merupakan teguran. Menurutnya mungkin saja kita memiliki kekeliruan-kekeliruan baik kekeliruan dalam hubungan kepada Allah, maupun secara horizontal kepada sesama manusia dan makhluk sekitarnya.

Lebih penting lagi, umat Islam hendaknya menjadikan gempa ini sebagai salah satu motivasi untuk terus dan selalu mawas diri. Dengan demikian Muslim akan lebih mendekatkan diri kepada Allah. 

“Allah membuktikan cinta-Nya kepada kita sebagai hamba-Nya, agar kita ini tidak terlalu jauh meninggalkan Allah. Dengan adanya bencana ini kita terpanggil untuk kembali lagi kepada Allah,” tegasnya. (Kendi Setiawan)