Nasional

Gemar Bangun Masjid, Kiai Manan: Umat Islam Belum Memakmurkannya

NU Online  ·  Senin, 4 Desember 2017 | 22:00 WIB

Gorontalo, NU Online
Jumlah masjid di Indonesia adalah sekitar delapan ratus ribu. Sembilan puluh sembilan persen adalah dibangun masyarakat secara swadaya. Sementara sisanya, satu persen dibangun pemerintah.  

“Indonesia kaya akan masjid. Tidak ada negara yang masjidnya melebihi masjid di Indonesia,” kata Ketua PBNU KH Abdul
Manan Ghani pada acara Pelatihan Pemuda Pelopor di Masjid Agung Baiturrahman Limboto Gorontalo, Senin (4/12).

Kiai Manan menyayangkan, saat ini umat Islam Indonesia baru senang membangun banyak masjid, tetapi mereka belum memiliki semangat untuk memakmurkannya. Sehingga banyak masjid yang ‘terbengkalai’ baik sarana-prasarana ataupun programnya ketika masjid tersebut sudah selesai dibangun.

“Sayang umat Islam baru gemar membangun masjid, belum memakmurkannya,” tuturnya.

Ia juga menyayangkan, ada umat Islam yang bersatu ketika hendak membangun masjid namun ketika masjidnya sudah jadi mereka malah saling bertikai karena perbedaan pendapat. Sehingga yang mereka yang 'kalah' membangun masjid lagi meski tempatnya berdekatan. 

Kiai Manan menghimbau agar masjid tidak dijadikan sebagai tempat persemaian ajaran atau paham yang membid’ahkan sesama umat Islam. Sehingga terjadi perpecahan di antara umat Islam karena yang satu menganggap yang lain yang tidak sepaham dengannya bid’ah dan sesat. 

Pemuda dan Masjid

Kiai Manan menyebutkan, maju atau mundurnya sebuah masjid itu tergantung daripada pemuda masjid. Jika pemudanya aktif dan inovatif, maka masjid tersebut akan makmur. Begitupun sebaliknya.

“Masjid-masjid itu tergantung para pemuda ke depannya,” ujarnya.

Ia meminta, pemuda harus ikut andil dalam menyusun program-program masjid dan juga ikut melaksanakannya. Baginya, program masjid itu harus disesuaikan dengan apa yang diinginkan jamaahnya. Menurut dia, keinginan jamaah itu bisa dilihat dari doa yang dibacanya. Umumnya doa yang dibaca umat Islam Indonesia adalah agamanya selamat, badannya sehat, ilmunya bertambah, rizkinya berkah, bertaubat sebelum wafat, mendapatkan rahmat ketika wafat, dan mendapatkan ampunan setelah wafat. 

Dari situ, maka bisa disimpulkan bahwa program-program masjid yang seharusnya dilakukan adalah menyediakan pengajian yang bernuansa Ahlussunnah wal Jamaah untuk menjaga agamanya, membangun poliklinik untuk menghilangkan penyakit, sekolah agar ilmunya bertambah, dan lain sebagainya sesuai dengan keinginan jamaah di atas.

“Program masjid jangan jauh-jauh dari keinginan umat,” pungkasnya.

Acara pelatihan ini merupakan hasil kerjasama antara Lembaga Ta’mir Masjid PBNU bekerjasama dengan Kementerian Pemuda dan Olah Raga RI. Tema yang diangkat adalah Revitalisasi Peran dan Fungsi Masjid sebagai Benteng dan Kedaulatan dan Pemakmuran NKRI. Di Provinsi Gorontalo, acara ini diadakan selama hari di lima kabupaten kota, yaitu Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato, dan Kabupaten Bone Bolango. (Muchlishon Rochmat)