Surabaya, NU Online
Hal yang tidak bisa dilepaskan dari Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri adalah arus mudik dan balik. Namun dalam pelaksanaannya, ternyata pemerintah belum mampu memberikan sarana dan suasana yang nyaman bagi masyarakat.
<>
Keprihatinan ini disampaikan Dra Hj Ida Fauziyah kepada NU Online (19/8). Bagi Ketua Komisi VIII DPR RI ini, tradisi mudik adalah sebagai sebuah kebiasaan yang layak dipertahankan. “Ada banyak manfaat yang bisa diraih dari tradisi mudik ini,” katanya.
Disamping persoalan menyambung komunikasi dengan sesama kerabat dan teman, mudik mampu mendistribusikan kemakmuran ekonomi yang selama ini hanya berkutat di kota besar kepada desa-desa yang terkadang terbelakang dalam banyak hal.
“Karena itu yang mendesak untuk dilakukan oleh pemerintah adalah melayani semangat itu dengan fasilitas yang memadai,” kata Ketua Umum PP Fatayat NU ini. Namun celakanya, ternyata pemerintah telah abai untuk menyediakan kebutuhan fital ini.
“Coba perhatikan, bagaimana ketersediaan sarana transportasi untuk mengangkut para pemudik dan keluarganya dari tahun ke tahun,” katanya. “Nyaris tidak ada perbaikan,” sambungnya.
Baik itu sarana transportasi massal seperti bus, kereta api, maupun kendaraan umum yang lain. “Belum lagi sarana jalan yang tidak mampu lagi menampung antusias masyarakat untuk bersilaturahim,” sergahnya.
Dengan kondisi ini, praktis masyarakat seperti melakukan jihad untuk bisa sampai ke kampung halaman. “Tingginya angka kecelakaan sebagai indikasi nyata bahwa pemerintah telah abai dalam memberikan rasa aman dan nyaman kepada warganya,” tegasnya.
Apalagi kalau berbicara tentang kenyamanan mudik bagi para anak dan balita. “Wong untuk keselamatan mereka yang sudah dewasa saja tidak mampu disediakan, apalagi untuk anak dan balita,” katanya menyayangkan.
Oleh karena itu, Ida Fauziyah berharap agar pemerintah bisa mencari solusi terbaik bagi ketersediakan sarana dan prasarana mudik yang nyaman, khususnya untuk anak-anak dan balita. Karena itu di sejumlah rest area, Fatayat NU telah menyediakan sejumlah sarana yang bisa mendukung mudik nyaman ini.
“Kami menyediakan wahana bermain di sejumlah tempat peristirahatan,” ungkapnya. Di tempat peristirahan itu disediakan para pendongeng dan mainan untuk melapas penat khususnya bagi anak-anak. “Ini kami lakukan agar para pemudik khususnya anak-anak bisa merasa nyaman selama dalam perjalanan,” terangnya.
Namun bagaimanapun juga, para orang tua terkadang terlalu memaksakan diri. Pengendara motor, boleh dikata tidak memberikan perhatian yang cukup kepada anak-anak. “Mereka hanya berfikir bisa sampai ke tempat tujuan dengan biaya yang lebih ekonomis,” sergahnya. “Namun tidak pernah memikirkan bagaimana kondisi anak yang dibawa serta,” lanjutnya.
Ida Fauziyah mengusulkan agar pemerintah mulai berfikir untuk menyediakan alat transportasi lewat laut. “Kalau memaksakan menggunakan fasilitas darat, tentu lahan dan sarana akan terbatas,” katanya.
Ia juga mengkritik keinginan pemerintah yang akan membangun jembatan antara Pulau Jawa dan Sumatera karena akan rentan resiko alam yang tidak terduga. “Mengapa tidak memanfaatkan potensi laut dan perairan yang memang menjadi ciri khas bangsa ini sebagai negara maritim?” katanya balik bertanya.
Dalam bayangannya, bila kesadaran maritim telah menjadi pola pandang pemerintah dan masyarakat, akan banyak sarana transportasi massal yang aman dan nyaman. “Ini pekerjaan besar yang harus menjadi perhatian semua pihak,” pungkasnya.
Redaktur : Abdullah Alawi
Kontributor : Syaifullah Ibnu Nawawi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menguatkan Sisi Kemanusiaan di Bulan Muharram
2
Khutbah Jumat: Mengais Keutamaan Ibadah di Sisa bulan Muharram
3
Khutbah Jumat: Muharram, Bulan Hijrah Menuju Kepedulian Sosial
4
Khutbah Jumat: Muharram, Momentum Memperkuat Persaudaraan Sesama Muslim
5
Khutbah Jumat: Jangan Apatis! Tanggung Jawab Sosial Adalah Ibadah
6
Inalillahi, Tokoh NU, Pengasuh Pesantren Bumi Cendekia KH Imam Aziz Wafat
Terkini
Lihat Semua