Nasional

Empat Pancang Aswaja NU Perlu Dikuatkan Kembali

Kam, 9 Mei 2019 | 08:25 WIB

Jakarta, NU Online
Wakil Ketua Aswaja NU Center PCNU Nganjuk, Jawa Timur, Wahyu Irvana mengungkapkan pentingnya penguatkan kembali akar Aswaja Annadliyah di sekolah-sekolah. Hal itu sebagai upaya agar para siswa tidak mudah terkikis oleh ajaran yang bertentangan dengan Aswaja Annahdliyah. Dalam jangka panjang, upaya ini bakal berdampak pada penguatan Aswaja Annahdliyah di masyarakat luas karena para siswa tersebut sudah terjun menjadi bagian masyarakat.

"Beberapa dari kita lebih suka mengambil keputusan secara reaktif kuratif, mengambil reaksi setelah peristiwa terjadi," katanya dalam rilis yang diterima NU Online, Rabu (8/5).

Reaksi-reaksi tersebut, kata Wahyu, sayangnya baru muncul setelah beberapa peristiwa seperti menyebarnya buletin dan majalah berkonten khilafah, banyaknya siswa dan mahasiswa yang siap perang (bahasanya jihad), setelah ekonomi 'minhum' menguasai pos-pos strategis dan kita lebih suka menjadi pasar, konsumtif. 

"Tidak ketinggalan lembaga pendidikan milik Nahdliyin, dengan plus minusnya masih lebih suka untuk menggunakan nama dan badan hukum yayasan masing-masing. Dalam hal teknis pendidikan pun masih banyak yang enggan 'menghijaukan' lembaga pendidikan mereka dengan hijau yang sebenar-benar hijau," sambungnya.

Wahyu mengibaratkan hal itu seperti menulis frase 'Nahdlatul Ulama' tetapi masih berhenti pada 'Nahdlatul' saja.

Dalam teknis pendidikan dan dalam rangka investasi jangka panjang penerus perjuangan NU, lembaga pendidikan Nahdliyin, kata dia, sangat perlu menjalankan 'Empat Pancang Aswaja NU di Lembaga Pendidikan'.

Pancang pertama adalah pengajian kitab Aswaja NU. Lembaga pendidikan Nahdliyin, dengan kurikulum sekarang yang memberikan ruang luas untuk muatan lokal sangat mungkin untuk memasukkan muatan kitab kuning Aswaja NU dalam pembelajaran.

"Banyak kitab yang sudah tersedia dan mudah diakses, sudah terjemah dan sebagainya. Misalnya kitab Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah, kitab Hujjah Ahlussunnah Wal Jamaah, kitab Mafahim dan lainnya. Lembaga pendidikan Nahdliyin perlu berinvestasi di bidang ini untuk memberikan pemahaman Aswaja asli, ala kiai dan ulama Aswaja-NU, sehingga mereka memiliki bekal yang cukup setelah lulus dari lembaga pendidikan," papar Komandan DKC CBP-IPNU Nganjuk 2012-2016 ini.

Pancang kedua, lanjutna, adalah pembiasaan amaliah Aswaja NU. Lembaga pendidikan Nahdliyin lagi-lagi perlu untuk memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik dalam amaliyah Annahdliyah. "Sebut saja acara Tahlil, peringatan Maulid Nabi Muhammad, ziarah kubur muassis NU atau pendiri yayasan dan sebagainya. Dengan mendapatkan praktik langsung di bawah bimbingan lembaga pendidikan, peserta didik nantinya akan mendapatkan keterampilan yang cukup di bidang amaliyah Aswaja NU," kata Wahyu.

Pancang ketiga adalah pemberian mata pelajaran Aswaja dan Ke-NU-an. Menurut Wahyu, jika ika kedua pancang sebelumnya lebih menyentuh ranah kultural, pancang ketiga ini adalah untuk menjembatani ranah formal struktural.

Pemerintah telah menetapkan kurikulum dengan peraturan dan standar tertentu, sehingga untuk semangat al-akhdzu bil jadidil ashlah, lembaga pendidikan Nahdliyin juga perlu menyesuaikan pelajaran Aswaja NU yang telah memenuhi kriteria kompetensi inti, kompetensi dasar dan sebagainya.

"Hal ini dapat dilaksanakan dengan memberikan mata pelajaran Aswaja dan Ke-NU-an yang sudah terintegrasi dengan kurikulum nasional, juga sinergi dengan LP Ma’arif NU," imbau dia.

Adapun pancang keempat yakni pendirian Komisariat IPNU-IPPNU. Pancang ini adalah pengembangan peserta didik itu sendiri, di mana remaja dan pelajar NU membutuhkan wadah untuk menyalurkan ide, bakat dan minat mereka. Wadah ini harus dikelola dengan baik dalam pengawasan dan bimbingan NU.

"Wadah yang tepat untuk aspek ini tidak lain adalah IPNU dan IPPNU, banom NU yang disiapkan untuk remaja, santri dan pelajar NU. Dengan pendirian komisariat IPNU-IPPNU secara masif dan bersama-sama akan menambah pengetahuan, keterampilan dan pola pikir calon penerus NU yang moderat, toleran, adil dan seimbang," bebernya.

Wahyu berkeyakinan sudah saatnya lembaga-lembaga pendidikan swasta milik Nahdliyin untuk serentak, bersama-sama melaksanakan agenda 'Empat Pancang Aswaja NU' di lembaga pendidikan, agar generasi penerus perjuangan NU benar-benar disiapkan.

"Bukan hanya sebagai kebanggaan, tetapi inilah identitas NU, jati diri Nahdliyin dan kontribusi konkret untuk investasi masa depan, masa depan NU dan masa depan NKRI," pungkasnya. (Kendi Setiawan)