Nasional

Dua Tantangan Aswaja An-Nahdliyah, Apa Saja?

NU Online  ·  Kamis, 29 Maret 2018 | 22:00 WIB

Dua Tantangan Aswaja An-Nahdliyah, Apa Saja?

Foto: Abdul Kholiq

Jakarta, NU Online
Direktur Moderate Muslim Society Zuhairi Misrawi menyebutkan, Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah (Aswaja ala NU) memiliki dua tantangan. Pertama, kelompok yang tidak menihilkan pandangan ulama terdahulu. Mereka merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah secara langsung tanpa merujuk kepada pemikiran ulama dalam berislam.

“Mereka (juga) menolak tradisi Islam yang sudah mapan seperti ziarah kubur, tawasul,” kata kata Misrawi dalam sebuah diskusi bertemakan Aswaja dan Tantangannya di Sekretariat Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon di Tebet Jakarta, Kamis (29/3) malam.

Mengutip apa pendapat Hadratussyekh Hasyim Asy’ari, Misrawi menyebutkan bahwa kelompok pertama ini kerap kali membid’ahkan mereka yang tidak sepaham dengannya.

Menurut alumnni Universtas Al-Azhar ini, Nahdliyin harus bisa memberikan kepada mereka bahwa Aswaja ala NU memiliki landasan dan rujukan yang jelas dan sanadnya tersambung hingga kepada Nabi Muhammad. 

Kedua, kelompok Rafidlah. Bagi dia, ada perbedaan mendasar antara Rafidlah dan Syi’ah. Syi’ah telah mengalami pembaharuan-pembaharuan paham ke arah yang lebih moderat. Sementara, Rafidlah ini merupakan kelompok Syi’ah yang berpaham ekstrim. 

“Dan Itu lah yang ditolak oleh Hadratussyekh Hasyim Asy’ari,” tegasnya.

Tantangan Islam Nusatara

Misrawi berpendapat, ada tiga tantangan Islam Nusantara ke depan. Pertama, bagaimana menjadikan Islam Nusantara sebagai titik temu antar kelompok yang berbeda untuk membangun persaudaraan yang harmonis. Terlebih di era medis sosial seperti ini dimana perselisihan satu kelompok dengan yang lainnya diumbar di publik.

“Tantangan kedua yang kita hadapi adalah kemiskinan, ketidakadilan, keterbelakangan. Kita harus bergerak, membela mereka yang tertindas, mereka yang lemah,” ujarnya. 

Ketiga, tantangan globalisasi. Ia menuturkan, saat ini ideologi-ideologi Islam trans-nasional masuk di Indonesia. (Muchlishon)