Nasional HAUL

Dua Pelajaran dari Kiai Nur Iman

Sab, 8 November 2014 | 13:03 WIB

Sleman, NU Online
Kiai Tamyiz Mukarram mengatakan ada dua pelajaran yang bisa dipetik dari sosok Kiai Nur Iman. Ia berasal dari keluarga kraton, tapi tidak hidup di kraton, melainkan memilih tinggal di sebuah pesantren di Surabaya.
<>
Pelajaran pertama yang dapat dipetik, kata dia, sejak kecil kiai yang bernama asli Pangeran Hangabehi Sandiyo itu punya karakter dan pedoman yang berbeda dari yang lain, yaitu ingin berjuang di jalan Allah. Kemudian setelah kembali dari pondok, lanjutnya, Kiai Nur Iman memang sudah terlihat unggul dalam pendidikan agama.

“Beliau memang betul-betul ‘alim, buktinya beliau dapat meringkas yang namanya kitab Sharaf Jombang, yang dicari intinya untuk kemudian diringkas atau dibuat mulakhas (ringkasan),” katanya saat menyampaikan sambutan pada peringatan Haul Ke-25 Kiai Nur Iman yang berlangsung di Halaman Masjid Pathok Negara Mlangi, Jumat (7/11) malam.  
.

Menurutnya, dari hal tersebut dapat diketahui bahwa Kiai Nur Iman bukan hanya dikenal sebagai sufi saja, tapi juga sosok yang sangat konsen dalam pengembangan ilmu. “Jadi itu yang harus ditiru oleh masyarakat khususnya santri,” tandasnya.

Sementara itu Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, yang masih merupakan cucu dari Kiai Nur Iman, mengatakan bahwa peringatan haul seperti ini adalah untuk meneladai perjuangan Kiai Nur Iman.

“Sebab perjuangan beliaulah syi’ar Islam menyebar di seluruh Nusantara, sampai Mlangi menjadi wisata religi di Yogya, serta membuat Mlangi dan Yogyakarta menjadi istimewa bagi Indonesia,” katanya malam itu.

Acara ini dihadiri oleh beragam kalangan, mulai dari kiai, santri, pejabat pemerintah kabupaten Sleman, Walikota Yogya, serta masyarakat umum baik dari Mlangi dan Yogya maupun luar Yogya.

Ini menunjukkan bahwa Kiai Nur Iman merupakan sosok kiai yang sangat disegani dan diharapkan barakahnya. Adapun yang didaulat menjadi pengisi mauidhah hasanah malam itu adalah Gus H. Ahfas Faishol yang merupakan putra dari KH Hamid Baidhowi dari Lasem. [Dwi Khoirotun Nisa’/Abdullah Alawi]