Nasional

Ditjen Bimas Kemenag RI Gelar Dialog Keagamaan dan Kebangsaan di Kepri

NU Online  ·  Rabu, 17 Juli 2019 | 19:00 WIB

Batam, NU Online
Direktorat Jenderal Bimbingan Islam Kementerian Agama RI menyelenggarakan dialog keagamaan dan kebangsaan bertajuk Merawat Kebinekaan Memperkokoh Wawasan Islam Wasathiyah dalam Kerangka NKRI. Dialog berlangsung pada Rabu hingga Jumat (17-19/7) di Hotel Nagoya Plasa Batam, Kepulauan Riau.

Dialog ini dihadiri dua pembicara, yakni Ketua Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Pusat KH Muhammad Cholil Nafis dan anggota Kantor Staf Kepresidenan (KSP) bidang Politik, Hukum, dan HAM Munajat. Adapun yang membuka dialog ini ialah Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais dan Binsyar) Kemenag RI H Muhammad Agus Salim.

Dalam sambutannya, Ketua Panitia Nur Azizah menyatakan bahwa dialog ini dilatarbelakangi atas keragaman yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti agama, suki, adat, etnis, yang sudah semestinya disyukuri.

"Ini merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa, dan hal ini jarang ditemui di dunia bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang hidup dalam kondisi plural," kata Azizah.

Menurut Azizah, kondisi Indonesia yang beragam itu menimbulkan kekaguman negara-negara luar. Sebut saja Presiden Amerika Serikat ke-44 Barrack Obama. Menurutnya, dalam pidatonya saat pembukaan kongres Diaspora Indonesia ke 4 di Jakarta pada 2017, Obama menyebut  pentingnya menjaga toleransi. Semangat tersebut disebut sebagai pembeda Indonesia dari negara lain. Karakter penting yg harus dicontoh semua negara yaitu Bhineka Tungga Ika

"Bangsa lain saja menghargai dan mengapresiasi keberagaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, tentu selayaknya, kita sebagai anak bangsa patut untuk merawat serta menjaganya. Jangan sampai ada pihak-pihak tertentu yang berupaya meretakkan nilai kesatuan dan persatuan yang telah diperjuangkan para pendiri bangsa dan bertahan sampai saat ini," jelasnya.

Sementara terkait dengan moderasi beragama, sambungnya, merupakan upaya membangun kembali komitmen kebangsaan yang dibangun di atas landasan keragaman untuk saling menghormati.

"Moderasi beragama adalah ikon Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam untuk menjaga dan merawat Indonesia," ucapnya.

Mengutip pernyataan Menag Lukman Hakim Saifuddin, katanya, bahwa ketiadaan rendah hati dalam beragama dan menganggap pemahaman terhadap agama paling benar sendiri seringkali menjadi sumber masalah antarumat beragama. Untuk itu, dalam mencegah fanatisme dan ekstremisme agama, sambungnya, diperlukan upaya untuk memahaminya, yakni dengan cara memberikan pemahaman agama yang moderat.

Menurutnya, nantinya dialog ini menghasilkan rekomendasi untuk Kementerian Agama RI. Adapun peserta yang mengikuti dialog ini berjumlah sekitar 170 orang yang berasal dari lokal, kabupaten atau kota, perwakilan 9 provinsi se-Sumatera yang terdiri atas ormas Islam, kelompok aliran keagamaan, penyuluh KUA, Kepolisian, Kejaksaan, dan Kesbangpol, serta peserta dari pusat. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)