Nasional

Digitalisasi Naskah Kuno Upaya Preservasi, Bukan Eksploitasi

NU Online  ·  Jumat, 6 Juli 2018 | 13:15 WIB

Tangerang Selatan, NU Online
Ada ribuan naskah kuno yang masih tersimpan rapi oleh pemiliknya. Tak sedikit pula di antaranya yang sudah lapuk termakan usia, atau bahkan jadi santapan rayap. Karenanya, untuk mengantisipasi agar kandungannya tetap terjaga, Digital Repository in Southeast Asia (DREAMSEA) berencana melakukan pendigitalan terhadap ribuan naskah kuno tersebut.
 
Sebagai langkah awal, DREAMSEA menggelar Workshop on Preservation Manuscripts in Southeast Asia bersama para pegiat naskah dari seluruh Indonesia dan sebagian di antaranya dari wilayah Asia Tenggara di Hotel Santika Premiere, Bintaro, Tangerang Selatan, Rabu sampai Sabtu (4-7/7).
 
Pada sesi pembuka, Peneliti Utama DREAMSEA Oman Fathurahman menyampaikan bahwa DREAMSEA bukanlah program pendigitalan yang pertama kali dilakukan. Sebelumnya sudah pernah dilakukan melalui Endangered Archives Programme (EAP) oleh British Library. Kementerian Agama Republik Indonesia juga melakukan hal yang sama pada naskah-naskah tertentu.
 
DREAMSEA, kata guru besar filologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu, tidak akan mengambil manuskripnya. Sebab, lanjutnya, tujuan DREMSEA adalah preservasi, pemeliharaan.
 
"Niat preservasi bukan eksploitasi," ujarnya kepada para peserta.
 
Lebih lanjut, staf ahli menteri agama itu juga menyampaikan bahwa DREAMSEA akan memfokuskan pendigitalan naskah-naskah miliki perseorangan. Sebab, praanggapannya jika berada di suatu lembaga, kondisi naskah dalam keadaan terawat.
 
Naskah yang bakal didigitalisasi juga, katanya, tidak hanya naskah keislaman. Artinya, sejauh ini tidak ada batasan dalam penentuan naskah. Tetapi, nanti bakal ada prioritas mana yang bakal lebih dulu didigitalisasi dan mana yang belakangan dengan melihat kesiapan tim dan naskahnya.
 
Oman menyatakan bahwa alokasi waktu maksimal dilakukan selama 20 hari untuk setiap misi pendigitalan. Setidaknya, setiap hari harus menghasilkan 100 gambar, katanya.
 
DREAMSEA merupakan program yang digagas oleh Pusat Pengembangan Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Centre for The Study of Manuscript Cultures (CSMC) Universitas Hamburg, Jerman. Program ini didanai oleh Arcadia. (Syakir NF/Abdullah Alawi)