Nasional DISKUSI PMII

Dampak Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015; Neoliberalisasi Segala Sektor

NU Online  ·  Selasa, 16 Desember 2014 | 03:01 WIB

Probolinggo, NU Online
Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Probolinggo, Jawa Timur membahas AEC (Asean Economic Community) yang akan diterapkan tahun 2015 oleh negara-negara yang tergabung dalam Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), termasuk Indonesia.
<>
Bertempat di sekretariat cabang jalan Randupitu, Gending, Probolinggo, Ahad sore (14/12), diskusi itu dihadiri sekitar 25 Kader PMII delegasi komisariat se-Probolinggo.

Ketua PC PMII Probolinggo Muhammad Towil menjelaskan, diskusi ini adalah langkah taktis yang dilakukan oleh PMII Probolinggo untuk memberikan pemahaman awal tentang AEC kepada kader-kader PMII.

Sejak ditandatanganinya kesepakatan percepatan Asean Economic Community (AEC) dari tahun 2020 menjadi 2015  pada tahun 2007 di Singapora, Indonesia dituntut untuk bergegas. Semua pihak harus menyiapkan diri. “PMII sebagai bagian dari elemen bangsa, tidak bisa diam menghadapi tantangan pasar bebas ASEAN ini,” katanya.

Penyaji dalam diskusi bulanan ini, Muhammad Al Fayyadl, memaparkan dampak AEC. Menurutnya, dampak nyatanya adalah neoliberalisasi di segala sektor, kompetisi produksi, komoditas oriented, kesenjangan tenaga kerja.

Ia menambakan, Indonesia akan jadi surga impor dan investasi yang hanya akan menguntungkan kaum kapitalis. “Jika kita tidak menyiapkan diri, khawatir kita akan kalah di segala sektor,” kata pria alumnus magister Universite De Paris VIII (Vincennes-Saint-Denis), Prancis itu.

Di akhir diskusi berdurasi 2 setengah jam, pria yang akrab dipanggil Gus Fayyadl tersebut berpesan, bahwa sudah saatnya kemandirian ekonomi desa segera digalakkan sebagai langkah antisipiatif dini.

“Untuk PMII, perlu wacana tentang MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) atau AEC ini dimunculkan di media-media. Konsolidasi dengan elemen tenaga kerja harus segera dimulai,” jelasnya.

Gus Fayyadl menambahkan, peningkatan kemampuan bahasa asing dan pengenalan budaya asing sudah saatnya untuk dilakukan.(Beny/Abdullah Alawi)