Nasional

Dakwah Islam Moderat di Dunia Maya Harus Terus Ditingkatkan

NU Online  ·  Kamis, 9 Februari 2017 | 01:05 WIB

Malang, NU Online
Islam radikal saat ini menjadi ramai salah satunya dipicu oleh perkembangan era baru teknologi informasi. Mereka sangat gencar dalam menyebarkan paham-paham intoleran melalui dunia maya, utamanya media sosial.

Atas dasar inilah Ustadz Luqman Ahsanul Karom menyatakan pentingnya warga Nahdlatul Ulama untuk menguasai lini-lini dakwah yang kurang terjamah oleh warga NU. Ia juga menegaskan akan pentingnya untuk senantiasa menjaga dan memperkuat kualitas sumber daya yang ada dalam organisasi NU.

“Bagi saya, cara untuk menanggulangi paham radikal ini ya, kita harus senantiasa menjaga kualitas potensi yang kita miliki, itu pertama. Kedua, lini-lini dakwah yang belum terjamah dengan baik oleh kita harus senantiasa kita tingkatkan,” katanya kepada NU Online saat ditemui di kediamannya di Pondok Pesantren PPAI An-Nahdliyah Karangploso, Rabu (8/2).

Salah satu lini dakwah yang menurutnya masih kurang disentuh NU adalah media online. Ia menilai, sampai saat ini penyebaran paham Islam moderat di dunia maya masih harus terus ditingkatkan.

“Kita, orang NU sudah jago kalau berdakwah bil lisan. Tapi masih minim dakwah bil qalam, utamanya di dunia maya. Padahal potensi kita tak kalah dengan mereka (kelompok garis keras, red),” kata alumnus Unisma itu.

Selanjutnya ia juga menengarai bahwa kelemahan di dunia maya ini dimanfaatkan oleh ‘orang lain’ untuk mengesankan bahwa NU itu kecil. Padahal dalam kenyataannya tidak demikian.

Menantu pengasuh Pondok Pesantren PPAI An-Nahdliyah KH Mohammad Mansjur itu kemudian menyatakan pentingnya NU untuk selalu memperkuat sistem informasi dirinya dalam rangka menyebarkan ‘Islam ramah dan rahmah’ ala Nahdlatul Ulama.

“Kita tahu ya bahwa di internet kontrol informasi menjadi sangat sulit dilakukan. Orang bisa saja menulis apa pun di sana. Dampaknya, kita yang sebenarnya besar menjadi seakan-akan kecil. Dan mereka yang sebenarnya kecil menjadi seolah-olah besar,” pungkasnya. (Ahmad Nur Kholis/Mahbib)