Nasional RAKERNAS PERGUNU

Cerita Dipopulerkannya Kembali Mars Syubbanul Wathan

Sen, 19 Juni 2023 | 06:00 WIB

Cerita Dipopulerkannya Kembali Mars Syubbanul Wathan

Ketua Dewan Penasihat Pengurus Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) KH As’ad Said Ali saat Rakernas V Pergunu di Majalengka, Jawa Barat, Sabtu (17/6/2023). (Foto: Pergunu)

Majalengka, NU Online
Ketua Dewan Penasihat Pengurus Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) KH As’ad Said Ali menceritakan tentang bagaimana Mars Syubbanul Wathan yang telah lama hilang bisa muncul lagi. Menurutnya, saat dirinya masih kecila tidak pernah mendengarkan mars tersebut dinyanyikan orang.


"Suatu saat pertemuan di Krapyak, (jajaran) Syuriah dan Tanfidziyah NU di Krapyak. Waktu itu saya ditugasi untuk bikin kaderisasi NU, Pendidikan Kader NU. Kita susun apa konsepnya. Salah satunya saya bilang: Harus ada lagu perjuangan NU," ujarnya saat menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kelima Pergunu di Leuwimunding, Majalengka, Jawa Barat, Sabtu (17/6/2023).


Untuk mencari lagu tersebut memakan waktu 3 bulan. Lagu tersebut adalah Syubbanul Wathan. "Ketemulah syairnya, baitnya yang nyimpen Khoirul Anam Surabaya," ujarnya.


Sayangnya, saat itu Khorul Anam belum tahu iramanya. "Saya katakan harus ketemu iramanya. Kalau hanya itu (teks) kan namanya syair. Lagu harus ada iramanya," kata Kiai As'ad Said Ali.


Lalu dari mana kemudian Kiai As'ad mendapatkan iramanya? "Almarhum Kiai Maimoen Zubair. Beliau yang menyanyikan lagi itu. Itu yang mengajari (adalah) Mbah Maimoen Zubair," ungkapnya.


Sejak itulah lagu atau Mars Syubbanul Wathan dinyanyikan di acara-acara dan kegiatan Nahdlatul Ulama.


Ia menjelaskan bahwa Syubbanul Wathan diciptakan pada tahun 1914 oleh KH Wahab Chasbullah, bersamaan dengan lahirnya Organisasi Syubbanul Wathan (Pemuda Bangsa), organisasi yang didirikan oleh KH Wahab Chasbullah sebelum mendirikan Nahdlatul Ulama.


Kiai As'ad mengingatkan 'Hubbul wathan minal iman'  bukanlah hadits, tetapi itu semacam qaidul fiqh.


"Itulah yang mewarnai negara bangsa. Jadi sebelum ada Indonesia, Syubbanul Wathan sudah ada," lanjutnya.


Kiai As'ad menegaskan lagu tersebut penting sekali karena membangkitkan semangat. "Kita ini harus bangkit. Wala takun minal khidman, jangan mau menjadi bangsa tertindas. Inhadu ahlal wathan, bangkitlah wahai bangsaku. Itu yang melahirkan Indonesia sebenarnya, Indonesia tidak sekuler tetapi religius yang nasionalis," jelasnya.


Tokoh yang mengemban amanah Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmat 2010-2015  itu juga menceritakan, setelah membuat Syubbanul Wathan, KH Wahab Chasbullah pada tahun 1916 mendirikan Nahdlatul Wathan, dibantu oleh KH Abdul Chalim dan KH Asnawi Kudus. Nahdlatul Wathan, menurutnya semacam kursus kebangsaan, ada 7 kali angkatan, 1 angkatan terdiri dari 60 orang kiai-kiai muda.


"Itulah yang menjadi cikal bakal kader-kader kiai-kiai yang Indonesia seperti ini," ujarnya.


Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Kendi Setiawan