Nasional

Catatan Seorang Ibu 22 Tahun Lebaran di Luar Negeri

NU Online  ·  Rabu, 6 Juli 2016 | 11:01 WIB

Catatan Seorang Ibu 22 Tahun Lebaran di Luar Negeri

Keluarga Ketua PCINU Muslimat Malaysia Mimmin Mintarsih

Tidak semua orang bisa mudik ke kampung halaman, berkumpul bersama keluarga, bercengkerama, bersilaturahim, berziarah ke makam leluhur. Tidak semua orang. Contohnya Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muslimat NU Malaysia Mimin Mintarsih. Ia telah 22 tahun tak berlebaran di Indonesia. Berikut catatan ibu 48 tahun yang telah dikaruniai 5 anak tersebut.

Saya sudah 22 tahun di Malaysia dan selama 22 tahun pula berlebaran Idul Fitri belum pernah di kampung halaman, ke Indonesia. Bukannya tidak kangen pulang kampung, tapi dikarenakan liburan sekolah anak-anak hanya satu minggu sehingga tidak cukup untuk lebaran di kampung dengan kondisi jalan yang macet.

Selama 22 tahun lebaran di negeri orang membuat saya tidak berkumpul dengan keluarga keluarga yang jauh-jauh. Hanya saya sekeluarga yang tidak dapat datang. Dan jelas saya tidak bisa ziarah kubur kepada ibu dan ayah yang udah wafat.

Kemudian rindu masakan pada hari raya. Biasanya ada lontong, ketupat dan sambal goreng kentang. Memang di Malaysia juga ada, tapi rasanya tidak senikmat ibu yang masak.

Aduh, saya juga rindu keliling silaturrahim ke rumah saudara-saudara dengan berjalan beramai-ramai

Meski demikian, alhamdulilah di Malaysia, saya mempunya ramai kawan yang dari berbagai macam daerah yang ada di Indonesia; dari kalangan pelajar, pekerja pejabat akan datang ke rumah karena mungkin saya termasuk orang lama di negri jiran ini sehingga ramai yang menganggap saya orang tua khususnya para pelajar.

Alhamdulilah juga saya di Malaysia mempunya orang tua angkat yang asli orang Malaysia sehingga saya bisa silaturrahim ke orang tua angkat pengobat rasa rindu keluarga di kampung.

Untuk melupakan kesedihan karena tidak dapat lebaran di kampung, saya memasak masakan yang biasa dimasak di Indonesia sehingga suasananya hampir sama dengan di Indonesia.

Di antara tetangga satu dengan tetangga lainnya kami saling berkunjung walaupun adat dan budaya berbeda. Selamat hari raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin... (Red: Abdullah Alawi)