Nasional

Borong TTS Bekali Syaifullah Penguasaan Diksi hingga Jadi Jurnalis Andal

Ahad, 18 Juli 2021 | 13:00 WIB

Borong TTS Bekali Syaifullah Penguasaan Diksi hingga Jadi Jurnalis Andal

Ilustrasi: mengisi TTS dapat menjadi proses belajar memahami berbagai diksi.

Jakarta, NU Online

Terampil menulis feature dan menempati posisi strategis di dunia jurnalistik. Itulah Syaifullah Ibnu Nawawi.

 

Pria yang kini mengemban amanah sebagai Pemimpin Redaksi (Pemred) NU Online Jatim itu, rupanya melalui proses unik dan alamiah yang berdampak kuat terhadap proses kreatifnya dalam menulis feature.

 

Pemred Majalah Aula tersebut berterimakasih kepada keluarganya, karena dari kelas 4 sampai 6 Sekolah Dasar (SD), difasilitasi buku Teka-Teki Silang (TTS). Harganya, kata pria yang akrab disapa Cak Ipul tersebut, kala itu Rp250 per TTS. Tiap beli, Cak Ipul memborong 5 TTS senilai seribu rupiah.

 

"Saat mengisi TTS, saya tidak langsung pindah ke halaman berikutnya sebelum penuh. Kecuali sudah mentok, baru menyerah," urai alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya tersebut.

 

Menurutnya, rajin mengisi TTS membuat seseorang kaya diksi atau pilihan kata. Sebab, saat mengisi TTS, tak jarang ia sambil membuka kamus untuk mencari makna kata tertentu. Jika masih ada, Cak Ipul merekomendasikan semua penulis atau wartawan membeli dan mengisi buku TTS.

 

Pengalaman berharga tersebut, disampaikan Cak Ipul saat mengisi Kelas Menulis Feature yang diadakan NU Online, Ahad (18/7/2021).

 

Pertajam sensitivitas

Selain harus kaya diksi, menurut Cak Ipul, dalam menulis feature juga dituntut menajamkan sensitivitas dalam menulis. Dirinya berbagi bocoran cara praktis mempertajam sensitivitas.

 

"Lihat atau ambil satu benda, kemudian hadirkan minimal sepuluh pertanyaan terhadap benda tersebut," terang Cak Ipul sembari memegang bolpoin sekaligus menghadirkan sepuluh pertanyaan terhadapnya.

 

Cak Ipul juga menekankan para peserta agar membaca beberapa tulisan feature yang bagus. Intinya terus belajar.

 

Menurutnya, menulis feature tergolong kelas istimewa. Cak Ipul menyatakan dirinya tidak langsung menulis feature, tetapi melewati proses model penulisan di bawahnya. 

 

"Kita kesulitan menulis feature jika tidak melewati menulis straight news dan news value. Saya kali pertama menulis di NU Online ialah tentang pasar rakyat. Setelah berkali-kali menulis, akhirnya mencoba menulis non-straiht news," ungkapnya. 

 

Suatu waktu Cak Ipul datang ke seminar untuk liputan. Dirinya merasa kurang asyik bila hanya menulis kegiatannya dalam bentuk straight news, tapi lebih kepada konten atau materi yang disampaikan. 

 

Kelas Menulis Feature NU Online berlangsung empat kali setiap Ahad pagi, mulai 18 Juli-8 Agustus 2021. Peserta kelas ini selain kontributor aktif NU Online, juga diikuti para calon kontributor bahkan masyarakat umum. Alumni kelas diharapkan dapat mewarnai NU Online, media jaringan NU Online dan media lainnya dengan tulisan feature.

 

Kontributor: Hairul Anam
Editor: Kendi Setiawan