Nasional

Bersatu dalam Perbedaan, Jadikan Haji Pengalaman Berharga untuk Bangsa Tercinta

NU Online  ·  Selasa, 13 September 2016 | 06:35 WIB

Jakarta, NU Online
Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftahul Akhyar yang menjadi salah satu Amirul Hajj menyerukan pesan penting, ibadah haji bisa dijadikan instrumen penyadaran diri bahwa persatuan umat Islam dari seluruh dunia harus menjadi pengalaman berharga untuk bangsa yang bisa dibawa ke negaranya masing-masing.

Menurut kiai asal Jawa Timur ini, sifat manusia sering lupa terhadap persamaan di antara mereka. Mereka kerap bercerai-berai karena kekuatan, kekayaan, keluarga, tanah dan ras. Kehidupan mereka hanya mengumbar ego sektoral dan kerap bertindak brutal secara politis, seperti kelompok yang mengatasnamakan Negara Islam.

"Sebab itu, pengalaman haji telah membuat mereka menemukan jati-diri dalam kerangka mereka semua dapat bersatu di tengah perbedaan. Pertahankan temuan-temuan ini sebagai oleh-oleh yang amat berharga untuk bangsa tercinta," tutur Kiai Miftah saat menyampaikan Khutbah Wukuf di Arafah, Ahad (11/9) lalu.

Dia menekankan konteks persatuan dalam ibadah haji mengingat dunia Islam saat ini terus berkecamuk dengan perang yang mengakibatkan jutaan nyawa manusia tak berdosa melayang sia-sia. Mereka tidak hanya dihantui kematian setiap hari, tetapi juga kehilangan orang-orang terkasih hingga terusir dari tanah airnya sendiri. Lebih miris lagi, tragedi kemanusiaan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tidak bertanggung jawab tersebut sering membawa-membawa nama agama.

Pesan Kiai Miftah itu juga sangat terkait dengan radikalisme global yang sampai sekarang masih didengung-dengungkan oleh sebagian kelompok kecil yang kerap mengakibatkan tindakan terorisme. Gerakan ini menenteng panji Islam dengan mengeskploitasi kesengsaraan rakyat Timur Tengah ketika terjadi serangan bom. Padahal tragedi yang dieksploitasi akan mendatangkan radikalisme baru sehingga dunia Islam terus-menerus dalam kondisi mencekam.

Persatuan umat Islam dalam kondisi damai di tengah perbedaan ini juga penting ketika gerakan radikal terus berupaya mengancurkan kokohnya dasar negara yang menjadi pondasi kesatuan bangsa, misal di Indonesia yaitu Pancasila. Menyatunya umat Islam dengan instrumen ibadah haji harus menjadi perhatian dunia bahwa persatuan di tengah perbedaan memerlukan sebuah wadah yang disepakati bersama secara konsisten.

Perdamian sebuah bangsa harus terus diupayakan bersama-sama terutama oleh para tokoh sentral di berbagai negara yang mempunyai pengaruh besar di tengah masyarakat. Jangan sampai kelompok atau gerakan-gerakan radikal mendominasi pola pikir masyarakat seolah tak ada upaya dari para ulama moderat yang bersinergi dengan negara membangun wawasan kebangsaan dan cinta tanah air. Sinergi ini tidak akan mudah dikoyak oleh kelompok-kelompok yang bertujuan mememecah belah bangsa dan mengerdilkan negara. (Fathoni)