Jepara, NU Online
Pendidikan di internal keluarga memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter anak. Sebagai madrasah pertama, orang tua khususnya ibu harus memberi contoh dalam hal yang paling prinsip kepada anak seperti sikap jujur, amanah dan sopan santun.
Hal tersebut dikatakan Kepala Balitbang Diklat Kemenag Abdurrahman Masāud saat didaulat berbicara pada seminar bertajuk Revitalisasi Karakter Peserta Didik di Era Milenial. Acara tersebut diinisiasi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara, Jawa Tengah, Rabu (25/7).
āOrang tua harus memastikan bahwa anak memiliki semangat dalam membaca. Terpenting, idealnya orang tua menjadi uswatun hasanah (contoh yang baik), bukan yang suka mauidhah hasanah (pidato),ā kata Masāud.
Menurut pria kelahiran Kudus ini, akar utama masalah pembelajaran dunia Islam adalah abainya umat terhadap perintah iqraā (membaca). Pusat intelektualisme sudah lama pindah dari dunia Islam karena budaya ini tidak dinomorsatukan lagi oleh umat meski merupakan perintah pertama Sang Maha Pencipta.
āMenurut saya, guru yang berhasil adalah tokoh panutan yang bisa melahirkan anak didik pencinta baca, membudayakan iqraā, belajar mandiri, dan semangat meneliti (spirit of enquiry),ā papar Guru Besar UIN Walisongo Semarang ini.
Di akhir paparan, doktor lulusan Univesity of California Los Angeles (UCLA) Amerika Serikat ini menegaskan bahwa pembentukan Karakter peserta didik tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah. Akan tetapi, lebih utama tanggung jawab tersebut ada di keluarga serta masyarakat.
āWal hasil, keluarga yang berkarakter dapat membangun masyarakat yang berkarakter pula. Saya juga ingin menegaskan perlunya konten pengajaran yang berorientasi pada nilai-nilai etika dan moral melalui bimbingan yang intensif dan komprehensif,āĀ pungkasnya. (Musthofa Asrori/Kendi Setiawan)