Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengatakan, kesenian bisa menjadi sarana mengantarkan pelakunya kepada kebenaran, bahkan kepada Allah. Ia menyandarkan pernyataannya kepada Syekh Dzunun Al-Mishri yang mengatakan, seni adalah suara kebenaraan yang bisa mengantar kita menuju hakikat, mendongkrak kita menuju Allah.
“Karena seni tak bisa berbohong,” katanya selepas menghadiri pembukaan pameran tunggal lukisan karya Nabila Dewi Gayatri bertajuk Sang Maha Guru yang dibuka Ny Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (22/11).
Oleh karena itu, menurut pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqofah, Ciganjur, Jakarta, beberapa ulama besar adalah seniman, kebanyakan merangkap sebagai seorang penyair.
Pada pameran lukisan lain, pada 2017, Kiai Said menjelaskan ada sebagian umat Islam menganggap bahwa melukis manusia atau binatang hukumnya haram. Pendapat semacam itu memang betul karena pada teks-teks klasik Islam menyatakan haram. Bahkan sejak zaman Nabi Muhammad.
Menurutnya, melukis manusia dan binatang diharamkan ketika Islam sedang tumbuh di zaman masyarakat Arab menyembah berhala. Diharamkan demi menjaga akidah masyarakat yang baru masuk Islam dari ingatan dan kebiasaan masa sebelumnya yang menyembah berhala.
“Alhukmu yadduru ma’a illatihi, hukum itu ditentukan dengan faktor sebabnya. Mengapa lukisan manusia atau binatang haram? Karena orang Arab atau sahabat baru saja meninggalkan zaman penyembahan berhala,” jelas Kiai Said.
Menurut kiai yang pernah nyantri di Kempek, Lirboyo, dan Krapyak tersebut, pameran lukisan adalah bagian dari kegiatan kebudayaan. Dan budaya sangat penting untuk menunjang agama.
“Budaya harus dijadikan sebagai infrastruktur agama. Jangan dibalik agama untuk budaya, untuk ekonomi, untuk kepentingan politik. Budaya untuk agama itu yang benar. Makanya budaya perlu diperkuat,” jelas pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqofah, Ciganjur, Jakarta ini.
Pada Muktamar ke-33 NU di Jombang bertema Meneguhkan Islam Nusantara untuk Membangun Peradaban Indonesia dan Dunia, PBNU menggelar pameran lukisan dari berbagai pelukis dari bermacam latar belakang di Jogjakarta Nasional Museum (JNM) Yogyakarta dengan tema Matja.
Pada pembukaan pameran yang akan berlangsung sampai 30 November tersebut dihadiri Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Ali Masykur Musa, Ketua Umum Pagar Nusa Nabil Harun, dan para cendekiawan lintas agama.
Pameran yang merupakan kerja sama ISNU, NU Gallery yang didukung Angkasa Pura ini menghadirkan sosok KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari berbagai dimensi dan beragam tokoh. (Abdullah Alawi)