Nasional

Begini Jadinya Jika Menolak Pertolongan Allah saat dalam Musibah

Jum, 1 Mei 2020 | 11:30 WIB

Begini Jadinya Jika Menolak Pertolongan Allah saat dalam Musibah

Ilustrasi pertolongan Allah SWT melalui kapal. (Foto: Freepik)

Jakarta, NU Online
Suatu hari ada seseorang yang terjebak bencana banjir. Ia berada di rumahnya dan terus berdoa pada Allah agar banjirnya segera surut dan berhenti. Berkali-kali ia berdoa dan tak menggubris kondisi air yang terus naik.

Sesaat setelah itu, ada sebuah perahu kecil yang lewat di depan rumahnya. Sang penumpang memanggilnya untuk segera naik sebelum air menenggelamkan semuanya. Namun, orang itu tidak mau. Ia masih tetap bertahan di dalam rumahnya dengan terus berdoa.

"Ya Allah Engkau adalah yang paling kuasa atas segala sesuatu. Maka selamatkan aku ya Allah, hentikan banjir ini," katanya.

Air pun semakin tinggi dan kondisi orang tersebut semakin kritis. Pada saat itu, ada perahu kedua yang melintas dan mengajaknya untuk segera naik perahu untuk menyelamatkan diri. Namun lagi-lagi, ia tak mau.
 
Ia masih meyakini jika Allah akan menghentikan banjir seketika dan menyelamatkan dirinya lantaran doanya. Sampai ada kapal ketiga yang menawarkan bantuan, ia pun tetap tak peduli. Sampai akhirnya, banjir menenggelamkan orang tersebut.

Setelah di akhirat, ia pun protes kepada Allah SWT tentang kejadian tersebut. Ia meminta keadilan dari Allah kenapa ia telah berdoa dengan sungguh-sungguh namun tetap menenggelamkannya bersama banjir. Ia protes kenapa Allah tidak menyelamatkannya dan Malaikat Izrail tetap mengambil nyawanya walau ia telah berdoa kepada Allah.

Mendengar hal ini, malaikat pun berkata pada orang tersebut bahwa bukannya Allah tidak menolongnya. Allah SWT telah mengabulkan doa dan menolongnya. Namun, ia sendiri yang menolak dan tidak mau ditolong oleh Allah.

"Allah sudah mendatangkan tiga perahu untuk menolongmu. Namun, kamu tidak menyadarinya. Jangan mengira bantuan itu dalam bentuk langsung dari Allah. Allah menolong manusia bisa melalui orang lain. Ia memberi pertolongan melalui cara dan jalan lain," kata malaikat kepadanya.

Semua makhluk yang ada di dunia ini bergerak sesuai dengan kehendak Allah SWT. Termasuk jika Allah tidak menghendaki tiga perahu melintasi rumahnya, maka tak akan ada yang menawarkan bantuan saat banjir melanda.

Inilah kisah inspiratif yang disampaikan Pengasuh Pesantren Tegalrejo Magelang, Jawa Tengah KH Yusuf Chudlori pada Ngaji Ramadhan yang disiarkan langsung melalui akun Facebook Gus Yusuf Channel, Jumat (1/5) siang.

Ikhtiar perbuatan
Dalam Ngaji Ramadhan daring kitab Ayyuhal Walad karya Imam al-Ghazali ini, Gus Yusuf mengingatkan bahwa ikhtiar setiap individu itu penting dalam menyelamatkan diri dari setiap musibah termasuk di saat wabah Covid-19. Bukan hanya ikhtiar keyakinan, namun juga harus ada ikhtiar perbuatan.

Setiap individu harus mematuhi imbauan para ulama dan pemerintah dalam upaya melewati masa sulit ini. Ego dengan merasa benar serta sikap seperti orang dalam kisah tersebut harus disingkirkan jauh-jauh.

"Saat ini, di musim pandemi corona pertolongan Allah SWT lewat tenaga medis. Allah menolong hamba-Nya bisa dari makhluk-makhluknya yang lain. Siapa yang berterima kasih pada Allah, maka ia berterima kasih kepada manusia," katanya.

Beberapa waktu lalu, dijumpai masyarakat yang "ngotot" tidak mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan ahli kesehatan dan pemerintah dalam usaha memberantas virus corona. 

Semisal sempat viral beredar video seorang warga yang tidak mau diisolasi setelah positif terkena Covid-19. Alih-alih patuh pada pemerintah, ia malah "ngotot" ikut shalat tarawih di masjid bersama jamaah lain. Ia tidak percaya pada tenaga medis dan berkeyakinan hanya Allah yang mampu menyembuhkannya.

Sikap "ngotot" tanpa ilmu di tengah pandemi global sudah seharusnya dihilangkan. Berbicara dan bertindak tanpa ilmu bukan hanya merugikan diri sendiri namun juga bisa membahayakan orang lain.

Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori