Nasional MQKN 2023

Barongsai dan Pencak Buat Ratusan Pasang Mata Kagum Berdecak

Sab, 15 Juli 2023 | 10:00 WIB

Barongsai dan Pencak Buat Ratusan Pasang Mata Kagum Berdecak

Barongsai saat tampil pada Malam Kebudayaan MQKN 2023, di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan, Jawa Timur, Jumat (14/7/2023). (Foto: NU Online/Malik)

Lamongan, NU Online

Tabuhan gendang, tambur, dan simbal mengiring secara serempak gerak para penari. Orang-orang terlihat antusias, sesekali tergelak berdecak kagum, dan tidak sedikit pula yang bertepuk tangan. Barongsai namanya, tarian yang menggunakan kostum berkepala singa yang mempunyai badan panjang dan bersisik seperti naga.


Barongsai kuning dan emas tampak unjuk kebolehan, saling berhadapan di atas podium bertingkat. Mereka berdiri tegak, kaki penari tampak menggantung beberapa saat, mengayuh angin, lalu kembali menghantam podium. Terdapat lima Barongsai pada pertunjukan tersebut, masing-masing berwarna hijau, kuning, emas, merah, merah tua. Gerakan-gerakan yang ditunjukkannya terlihat lincah dan atraktif.


Tabuhan alat musik yang terdengar bertenaga semakin menambah kemeriahan. Di depan penari barongsai, terdapat seorang penari lain yang mengenakan topeng dan membawa kipas, tugasnya adalah untuk mengiring Sang Singa Barong. Berulang kali juga ia menirukan selebrasi Ronaldo ketika mencetak gol, hal ini penonton pun tidak bisa menahan tawanya.


Kepala Barongsai naik turun, matanya mengedip dengan manja, jalannya terlihat mengendap lambat. Mendekati akhir pertunjukan, kelima barongsai naik ke podium bertingkat, lalu berdiri tegak, kaki penari tampak menggantung, dari mulut Barongsai keluar banner kecil bertuliskan Selamat & Sukses MQKN 2023. Kemudian tarian naga muncul, satu regu orang memainkan naga-nagaan berwarna putih yang diusung dengan belasan tongkat.


Begitulah yang terlihat di Malam Kebudayaan Pesantren pada Musabaqah Qiraatil Kutub Nasional (MQKN) 2023 di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan, Jawa Timur, Jumat (14/7/2023) malam.


Barongsai memang identik dengan etnis Tionghoa, akan tetapi bisa dipelajari oleh siapa saja. Nah, mereka yang menampilkan Barongsai tadi berasal dari Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan. Kesenian yang satu ini menjadi salah satu ekstrakurikuler para santri pondok pesantren yang terletak di Kecamatan Paciran ini.


Tampak raut wajah kebahagiaan muncul dari Abdul Fattah (33), sebab anak didiknya berhasil memukau penonton. Ia merupakan Pembina sekaligus Pendiri Barongsai di Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan. Fattah, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa Barongsai di Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan didirikan tahun 2011, bertepatan dengan hari Haul Akbar Sunan Drajat.


“Itu pertama kali launching 2011, jumlah anggota kita terbatas kelas, kadang tahun pertama sampai 25, tahun kedua karena lulus menjadi tinggal 13, kita ngerekrut lagi, kelas 3 keluar kita ngerekrut lagi. Jadi anggota yang pasti itu tidak tentu,” ujarnya.


Barongsai di Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan terdiri dari liong atau naga, lalu Barongsai Selatan ada 2 macam yaitu Hosan (model bebek) dan faksan (model kucing), kemudian Wawu (pemandu barong).


Ia membutuhkan waktu persiapan 1 bulan untuk tampil di kegiatan Malam Kebudayaan Pesantren MQKN 2023. Tutur Fattah, biasanya santri berlatih 1 Minggu 2 kali, setiap Selasa dan Jumat.


“Kenapa kita mengambil barongsai, dari barongsai itu kan satu kedisiplinan, yang kedua loyalitas, yang ketiga itu adalah budi pekerti yang keempat adalah kekompakan, yang kelima adalah komunikasi. Kalau pemain Barong itu tidak ada komunikasi satu dengan yang lainnya, tidak akan bisa meloncat, itulah di situ, karena di Barongsai harus disiplin, kerja keras harus,” imbuh pria yang memakai peci itu.


Lebih lanjut, ia menceritakan bahwa Barongsai Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan juga tampil pada Hari Besar Agama Islam, seperti kirab 1 Muharam, kirab maulid nabi.


“Atau yang sering kan pengasuh kita memberikan tausiyah di desa-desa, malamnya ada tausiyah, paginya kita umumkan ke masyarakat desa, bahwa nanti malam itu ada pengajian akbar paginya itu barongsai. Sering diundang oleh umum, ini kan media promosi dari pesantren  untuk memperkenalkan inilah pesantren, inilah yang disebut rahmatan lil alamin. Barongsai itu hanya alat saja, tergantung siapa yang memakai, dipakai apa  itu tergantung gimana dia bertempat,” imbuhnya.


Fattah mengaku bisa bermain Barongsai setelah mendapat ilmu di salah satu klenteng di Bojonegoro. Pria yang sudah bermain Barongsai sejak duduk di bangku SMP ini juga belajar Barongsai di Malaysia pada tahun 2012.


“Kebetulan kita setiap tahun memberangkatkan anak-anak yang sudah profesional ke Malaysia untuk gabungan dengan negara-negara lain,” pungkasnya.


Atraksi Pencak Silat

Puluhan santri Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan juga menampilkan Pencak Silat, selain menampilkan jurus-jurus, mereka juga menampilkan atraksi menggunakan api, atraksi memecahkan beton hebel, atraksi mematahkan pohon pepaya. Para pesilat tersebut berasal dari Gabungan Silat Pemuda Islam atau biasa disebut GASPI. 


GASPI merupakan seni beladiri yang lahir dan berkembang di daerah pesantren, khususnya di Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan sebagai pusat latihan dan tempat berdirinya. Didirikan pada tahun 1972 oleh KH Abdul Ghofur yang merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan.


“Atraksi menggunakan pohon pepaya, genteng, habis itu semburan api, habis itu bata ringan, habis itu bata biasa. Terkait jurus yang ditampilkan tadi itu jurus yang sudah dikembangkan. Untuk melakukan atraksi itu ada latihan khususnya,” ujar Oni Ardianto (25) yang merupakan salah satu pelatih.


Mereka yang tampil berjumlah 28 orang, terdiri dari berbagai tingkatan sabuk, dari mulai polos, sabuk kuning. Untuk tampil pada kegiatan tersebut, mereka berlatih secara khusus selama 1 Minggu lebih.


Khairul Anam, salah satu yang ikut tampil, sekaligus juga pelatih mengaku bangga bisa tampil atraksi pencak silat pada Malam Kebudayaan “Jadi bangga sekali, kan juga dilihat oleh Abah Yai, terus juga dilihat oleh pondok-pondok luar. Jadi itu buat syiar juga,” ujarnya.


Pada Malam Kebudayaan Pesantren MQKN 2023 tidak hanya menampilkan Barongsai, tetapi juga paduan suara, pencak silat, dan pembacaan puisi. Semuanya mendapatkan antusiasme dan decak kagum dari para penonton, bahkan penonton ikut bernyanyi lepas tatkala salah seorang santri bernama Abel memainkan alat musik saksofon dengan lagu Sial dari Mahalini. Maka tak ayal depan, kanan, kiri, pelataran panggung MQKN 2023 dipenuhi oleh santri dari berbagai macam pondok pesantren seantero Nusantara.


Santri bernama Guntur (12) dan Gerald (16) tampak begitu antusias menyaksikan Malam Kebudayaan, mereka menyaksikan dari awal hingga selesai. Guntur, santri Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan, yang duduk di bangku kelas 1 SMP, mengaku senang bisa menyaksikan Malam Kebudayaan, raut wajahnya diliputi decak kagum. Begitu juga dengan Gerald, santri Pondok Pesantren Sunan Drajat, yang duduk di bangku kelas 1 SMK, ia begitu antusias, dengan serius menyaksikan dari awal hingga akhir.


Kontributor: Malik Ibnu Zaman