Jakarta, NU Online
Fenomena radikalisme begitu menguat di kalangan pelajar dan perempuan belakangan ini. Hal inilah yang mendorong Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), dan Fatayat NU untuk menggalakkan kaderisasi.
"Banyak sekali perempuan yang menjadi bidikan, pionir bahkan, dijadikan aktor-aktor radikalisme dan terorisme," ujar Ketua Umum Fatayat NU Anggia Ermarini saat memberikan laporan kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada Rapat Pleno di aula lantai 8 Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Sabtu (22/9).
Selain itu, Anggi juga menjelaskan bahwa Fatayat NU membuat Forum Daiyah Fatayat NU. Mereka dibekali pemahaman antiterorisme. Hal ini guna mengantisipasi secara dini munculnya gerakan radikalisme di tengah masyarakat.
"Dai daerah diharapkan mereka mampu mendeteksi gerakan yang membahayakan masyarakat," ujarnya.
Sementara itu, IPNU juga fokus melakukan kaderisasi. Tercatat, ada 300 kader utama yang telah melalui proses Latihan Kader Utama (Lakut).
"Melalui Lakut, kita mencoba menyamakan paradigma dalam mengelola gerakan," kata Ketua Umum PP IPNU Asep Irfan Mujahid.
IPNU juga, lanjut Asep, telah melakukan Latihan Instruktur Nasional (Latin) untuk mempersiapkan instruktur yang siap mengisi kegiatan Lakut di daerah-daerah. Hal ini dilakukan untuk mengikis diferensiasi di setiap daerah.
"Ada penjamin mutu dari setiap jenjang kaderisasi," terang pria yang pernah menjadi Ketua PW IPNU Jawa Barat itu.
Bahkan, IPNU, katanya, membahas isu tersebut secara khusus dalam forum Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) pada tahun lalu.
Adapun IPPNU membuat materi kaderisasi secara digital sehingga mengingat sudah memasuki era digital. (Syakir NF/Abdullah Alawi)