Makassar, NU OnlineÂ
Mustasyar PBNU Anre Gurutta Haji (AGH) Sanusi Baco mengaku senang Gerakan Pemuda Ansor dan badan semi otonomnya Barisan Ansor Serbaguna (Banser) berpegang teguh menjaga Islam rahmatan lil 'alamin sejalan diajarkan Nabi Muhammad SAW.
"Tidak ada Banser tanpa Sayyidina Ali," ujar pengasuh Pesantren Nahdlatul Ulum itu, di aula Balai Latihan Kerja Indonesia (BLKI), Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (27/3).
Sayyidina Ali, demikian AGH Sanusi di hadapan peserta Kursus Banser Pimpinan (Susbanpim) IV, berani mengorbankan nyawanya untuk Rasulullah SAW.
"Suatu malam Rasulullah SAW mau dibunuh sekelompok orang-orang Quraisy. Sayyidina Ali datang dan menyampaikan hal itu pada Nabi Muhammad SAW," ujar alumnus Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir itu.
Sayyidina Ali lalu meminta Nabi Muhammad SAW untuk mengungsi kemudian dirinya berbaring di tempat tidur agar dikira Rasulullah SAW.
"Kalau saya yang mati terbunuh, hanya Ali seorang yang mati. Kalau Rasulullah SAW yang terbunuh, maka akan banyak orang yang mati. Jadi, jika tidak ada Sayyidina Ali, maka tidak akan ada Banser," ujar pria kelahiran Maros, 4 April 1937 itu lagi.
AGH Sanusi lalu memuji keberanian Banser menjaga Islam rahmatan lil 'alamin. Namun demikian, ia meminta Banser juga menjadi Sayyidina Abu Bakar.
"Lolos dari pembunuhan, pengawalnya Sayyidina Abu Bakar. Jadi dalam menjaga Islam, Ansor dan Banser harus demikian," demikian AGH Sanusi Baco. (Gatot Arifianto/Abdullah Alawi)