Nasional

Apakah Boleh Berdzikir Tanpa Menghitungnya?

NU Online  ·  Selasa, 1 Agustus 2017 | 04:01 WIB

Jakarta, NU Online
Berdzikir merupakan salah satu amalan yang diperintahkan dalam agama. Di Indonesia sendiri banyak bermunculan majelis-majelis dzikir sebagai ruang penguat spiritual dan ukhuwah (persaudaraan) secara berjamaah.

Kalimat dzikir secara kuantitatif sering ditetapkan jumlahhnya. Lalu, apakah boleh seseorang berdzikir tanpa menghitungnya?

Pertanyaan itu terlontar ketika seorang bernama Doni Irawan bertanya kepada Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang KH Ahmad Mustof Bisri (Gus Mus) dalam sebuah interaksi di media sosial twitter pada Sabtu (29/7) lalu.

“Mohon bimbingan pak kiai..apakah berzdikir harus dihitung dan hitungan ganjil..apa boleh kita berdzikir tanpa menghitungnya,” tanya Doni Irawan (@doni9548) kepada Gus Mus.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu menerangkan bahwa pada prinsipnya, dzikir ialah mengingat dan atau menyebut nama Allah sebanyak-banyaknya.

“Berdzikir ialah mengingat dan atau menyebut. Yang dituntut adalah berdzikir sebanyak-banyaknya (dzikran katsiirã); tidak harus dihitung,” ujar Gus Mus.

Sebelumnya, Gus Mus memberikan taushiyah singkat bertajuk #TweetJumat yang rutin ditulisnya. Gus Mus mengatakan bahwa banyak berdzikir sangat dipujikan dalam agama dan tidak terlalu sulit melakukannya.

“Banyak berdzikir sangat dipujikan dalam agama dan tidak terlalu sulit melakukannya. Nah, sebagai orang beragama, seberapa banyakkah kita sempat berdzikir?” tulis Gus Mus dalam pada Jumat (28/7) lalu. (Fathoni)