Nasional

Annangguru Sahabuddin, Guru Besar Tasawuf yang Bersahaja

Sel, 10 Maret 2015 | 00:01 WIB

Majene, NU Online
Ribuan murid, jamaah dan masyarakat memeperingati Haul ke-10 Prof Dr KH Sahabuddin, pimpinan tarekat Qodiriyah di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Peringatan wafatnya ulama kharismatik di Sulbar ini dirangkai dengan perayaan maulid Nabi Muhammad SAW.
<>
Akhir pekan lalu (8/3), acara peringatan berlangsung meriah di pelataran makam almarhum Annangguru Sahabuddin di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar). Annangguru merupakan gelar mahaguru yang disematkan kepada ulama di Tanah Mandar Sulawesi Barat.

Ritual ziarah makam, lantunan shalawat, dan barzanji mewarnai rangkaian pembukaan acara bertema “Syafaat Rasulullah dalam Berkah Ulama” itu.

Annangguru Sahabuddin dikenal sebagai ulama yang bersahaja dan disegani para jamaahnya serta umat Islam pada umumnya. Ilmu tasawufnya diperoleh dari berguru kepada KH Muhammad Saleh.

Annangguru Sahabuddin memperoleh izin dari guru dan mursyidnya, Syekh KH Muhammad Saleh, dan mendapat ijazah dari Prof Dr Syekh Sayyid Muhammad Alwi al-Maliky al-Husaini di Mekkah untuk mengajarkan ilmu tasawuf dan tarekat Qodiriyah.

Semasa hidupnya, Annangguru Sahabuddin mendapat gelar Guru Besar Ilmu Tasawuf Asia Tenggara dari IAIN Makassar. Di NU, ulama ini juga sempat berkiprah sebagai Katib Awwal Syuriah PWNU Sulsel dan Wakil Rais Syuriah PWNU Sulsel. Annangguru Sahabuddin juga berpengalaman sebagai snggota DPRD Sulsel.

Selain dikenal sebagai ulama tasawuf, Annangguru Prof. Dr. KH Sahabuddin juga dikenal sebagai ulama yang peduli pendidikan. Tercatat semasa hidupnya beliau membina perguruan tinggi swasta dan pesantren Darud Da’wah Wal Irsyad (DDI) di Kabupaten Polmas. Pernah sebagai Dekan di IAIN Ambon dan IAIN Ternate. Wakil Kordinator Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (Kopertais), Rektor Universitas Al Asyariah Mandar di Sulbar dan masih banyak lainnya.

Para ulama setempat yang hadir dalam peringatan haul tersebut antara lain tarekat Al-Khalwatiyah Sulsel Habib Assayyid Abdurrahman Assegaf Puang Makka, KH Muhammad Ilham Shaleh, KH. Muhtar Husain, dan KH.Muhammad Syibli Sahabuddin.

Hadir juga di antaranya Asisten I Pemerintah Provinsi Sulbar Jamil Barambangi, anggota DPD RI Wakil Sulbar Iskandar Muda Baharuddin Lopa, Bupati Majene H Kalma Katta, Wakil Bupati Polewali Mandar M Natsir Rahmat, serta sebagaian besar Pengurus Wilayah Nadatul Ulama (PWNU) Sulbar.

Dalam kesempatan ini, Bupati Majene menyampaikan pesan akan pentingnya kita membumikan ajaran Annaguru kepada generasi kedepan. “Sudah saatnya kita berpikir untuk membangun pesantren demi melanjutkan ajaran-ajaran Annanguru, pemerintah siap memfasilitasi apabila ada kemauan dari para keluarga dan jamaah,” ucap Kalma Katta.

Sedangkan Jamil Barambangi dalam sambutannya menyampaikan kesan pribadi atas sosok Annangguru. Jamal mengatakan, “Beliau merupakan Kiai yang bersahaja, sering memberikan wejangan, mendoakan kita dengan segelas air putih, membuat kita tenang dalam menghadapi persoalan kehidupan.”

“Beliau juga yang mengajari saya tasawuf, khususnya mengenai ‘Nur Muhammad’ dan sampai hari ini saya masih menerapkan ajaran dari beliau,” imbuhnya.

Tausyiah keqodiriyahan disampaiakan oleh KH Ilham Saleh. Ia mengajak para jamaah untuk semakain cinta kepada Rasulullah SAW dan para ulama serta teguh mencari ridla Allah kepada Allah SWT. Di akhir tausyiahnya, ia kembali menegaskan bahwa syafaat itu juga tergantung dari berkah para ulama.

“Di akhirat nanti manusia akan dikumpul berdasarkan para guru atau imamnya, maka itulah perlunya kita dekat dengan para ulama,” tutup KH Ilham Saleh yang juga merupakan putra dari ulama besar Mandar, Annangurutta KH Muhammad Saleh.

Saat menyampaikan hikmah maulid, Habib Abdurrahman Assegaf mengatakan, syafaat yang kita harapkan dari Rasulullah SAW juga ditentukan oleh bagaimana perilaku kita kepada para ulama karena para ulama merupakan pewaris para nabi.

“Ulama yang dimaksud di sini ialah ulama yang jelas sanadnya sampai kepada Rasulullah SAW,” tambahnya.

Acara ini juga dimeriahkan mahasiswa dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Dalam organisasi, Annangguru Sahabuddin pernah mengemban amanah sebagai Bendahara PMII Sulsel tahun 1964.

Para jamaah sampai hari ini masih mengenang dan mangamalkan ajaran Annanguru. “Saya mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf kepada jamaah yang hadir pada acara ini, semoga tiap tahun acara ini bisa kita laksanakan di tempat ini,” ucap Ketua PWNU Sulbar periode 2008-2013 KH Muhamamd Syibli, mewakili keluarga Annangguru. (Sudianto/Mahbib)