Nasional

Aktivis Penegak Khilafah Islam Dimabuk Romantisme Sejarah

NU Online  ·  Jumat, 18 April 2014 | 22:37 WIB

Bantul, NU Online
Sistem khilafah yang kini diagungkan sekelompok kecil masyarakat sebagai solusi permasalahan bangsa Indonesia, tidak lebih dari pemabuk romantisme sejarah. Di samping itu, pendukung gerakan khilafah ini lalai, puncak kejayaan politik yang pernah dicapai umat Islam berabad silam bukan berlandaskan sistem, tetapi karakter pemimpinnya.
<>
Demikian dinyatakan seorang peserta pelatihan pencegahan kejahatan terorisme dari Imogiri, Eswantoro di area pelatihan, Wisma Bapendan, kabupaten Bantul, Yogyakarta, Jumat (18/4).

“Mengudarakan kembali semangat penegakkan khilafah hanyalah romantisme saja. Karena, memang pada zaman dulu saat dipimpin Khalifah Umar bin Abdul Aziz, umat Islam mencapai puncak kejayaannya,” kata Eswantoro dalam pelatihan yang diikuti sedikitnya 150 remaja masjid.

Pernyataan itu diamini fasilitator pelatihan Noorhadi Hasan. Menurut pakar gerakan Islam radikal yang kini menjabat sebagai Dekan Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga ini, pendukung gerakan khilafah Islam tengah dimabuk romantisme sejarah. 

“Mereka terbuai dengan masa lalu saat zaman kekhalifahan,” terang Noorhadi yang juga Ketua ISNU Daerah Istimewa Yogyakarta dan Dekan Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga. 

Menyikapi gerakan radikalisme, salah satu peserta dari Sewon, Dadang Mulyadi mengungkapkan akar masalah timbulnya gerakan radikalisme di Indonesia antara lain korupsi. “Korupsi menyebabkan ketidakadilan dan ketimpangan sosial. Faktor ini juga memicu gerakan kejahatan radikalisme di Indonesia,” imbuh Dadang. (Nur Rokhim/Alhafiz K)