Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bogor, Jawa Barat Ifan Haryanto menuturkan, saat ini sudah banyak kader NU yang menempuh pendidikan hingga tingkat doktoral di universitas-universitas luar negeri seperti Jepang, Australia, Eropa, Amerika, dan Timur Tengah. Tidak sedikit dari mereka yang mengambil jurusan-jurusan non-agama.
“Mereka kebanyak profesional. Ada yang dosen, akademisi, pengusaha, dan lain-lainnya,” kata Ifan kepada NU Online di Jakarta, Rabu (31/5) malam.
Jika berbicara tentang diaspora, alumni strata dua Universitas Birmingham itu menjelaskan ada dua konteks, yaitu mereka yang masih aktif sebagai mahasiswa dan mereka yang sudah selesai studinya di luar negeri lalu kembali ke Indonesia. Menurutnya, mereka bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan NU ke arah yang lebih baik lagi.
“Yang masih aktif mahasiswa di luar negeri bisa menjadi embassy (duta besar) NU yang ada di luar negeri untuk menyebarkan Islam moderat ala NU, second track diplomacy (diplomasi jalur ganda), di bidang ekonomi mendatangkan investor, menyediakan beasiswa, dan lainnya,” tuturnya.
Sementara, lanjut Ifan, mereka yang sudah selesai studinya dan balik ke Indonesia bergerak di berbagai bidang, termasuk menjadi dosen dan akademisi di perguruan-perguruan tinggi non-agama.
Baginya, ini bisa digunakan sebagai sarana untuk memperkuat NU di kalangan perguruan tinggi, mengingat Islam garis keras begitu kuat di perguruan tinggi non-agama.
“Alumni PCINU yang jadi dosen atau yang memiliki jabatan di perguruan tinggi non-agama bisa dimanfaatkan untuk memoderasi kampus dan menyebarkan nilai-nilai yang positif. Misalkan kalau KKN, mahasiswanya disuruh ke pesantren atau bagaimana kiai-kiai pesantren didatangkan untuk ceramah di kampus-kampus itu,” urainya.
Mantan Sekretaris Tanfidziyah NU Inggris Raya itu menilai, itulah yang seharusnya menjadi perhatian khusus para pengurus NU yang ada diwilayah struktural, yaitu bagaimana memfungsikan mereka para diaspora PCINU yang sudah kembali ke Indonesia.
“Mereka bukannya pengangguran. Mereka profesional dan sudah berada di top management. Sayang kalau mereka tidak difungsikan. Ini PR kita bersama. Semoga ke depan lebih tertata rapi,” tutup Bendahara Ikatan Sarjana NU itu. (Muchlishon Rochmat/Fathoni)