Nasional

Akar Khittah NU Terletak Sebelum Lahir

NU Online  Ā·  Ahad, 12 Mei 2013 | 06:15 WIB

Cilacap, NU Online
Garis perjuangan NU hendaknya tak sebatas mengacu pada periode kelahiran 1926 dan setelahnya. Spirit kebangkitan yang jauh lebih peting justru terletak sejak sebelum organisasi Islam terbesar ini lahir.
<>
Budayawan Ahmad Tohari menyampaikan pandangan ini pada sesi diskusi Bahtsul Masail Nasional yang digelar Lembaga Bahtsul Masail NU (LBMNU) di Pondok Pesantren al-Ihya’ Ulumaddin Kesugihan, Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (8/12).

ā€Sebelum Nahdlatul Ulama lahir, para ulama Aswaja (Ahlussunah wal Jamaah), paling tidak tidak dua ulama besar, yaitu KH Hasyim Asy’ari dan MbahWahab Hasbullah sudah memberikan pijakan yang sangat penting, nanti-nantinya akan menjadi akar NU,ā€ katanya.

Tohari merujukkan pendapatnya pada komitmen para ulama Aswaja untuk mendirikan sejumlah lembaga, seperti Tashwirul Afkar (Pengembangan Pemikiran), Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan Kaum Saudagar), dan Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Negara).

Menurut Tohari, tiga komitmen ini menjadi bukti luasnya jangkauan misi para pendiri NU dari sekadar kepentingan-kepentingan pragmatis berjangka pendek. Para ulama bertekad ingin membangun masyarakat yang cerdas, mandiri secara ekonomi, dan berjiwa kebangsaan.

ā€Ketika berdiri Nahdlatul Wathan, yang terbayang pada beliau-beliau apakah sebuah partai politik, apakah suatu wawasan politik kebangsaan? Saya kira bukan partai politik yang ada di hati mereka, tetapi wawasan kebangsaan Indonesia, sebagai suatu wadah masyarakat Ahlussunah wal Jamaah,ā€ ujarnya.

Sastrawan asal Banyumas ini berharap, NU hari ini meneladani cita-cita besar tersebut agar tidak terseret terlalu jauh, misalnya, oleh ketergantungan ekonomi kepada pihak luar dan kepentingan partai. NU mesti menjadi solusi bagi kemaslahatan rakyat banyak, termasuk untuk melawan penindasan negara-negara asing terhadap republik ini.

Ā 

Penulis: Mahbib Khoiron