Jakarta, NU Online
Direktur NU Online Savic Ali mengatakan, di usia 14 tahun, NU Online terus konsisten untuk menyampaikan konten Islam Ahlussunah wal-Jama’ah yang bervisi damai dan kebangsaan. Saat ini, NU Online berada pada posisi lima besar media Islam dan mengatasnamakan Islam di Indonesia.
Hal itu, di satu sisi menggembirakan, tapi di sisi lain sangat disayangkan. Menurut Savic, disebut menggembirakan karena itu berarti NU Online masih diterima pembaca dan terus meningkat.
Disebut disayangkan karena pada lima besar situs populer Islam itu, hanya NU Online yang memiliki komitmen Islam Ahlussunah wal-Jama’ah yang bervisi damai dan kebangsaan. Bahkan, hingga posisi 20, tak ada yang sevisi dengan NU Online.
“NU Online butuh teman,” katanya pada saat ia menjadi moderator Halal Bihalal dan Sarasehan Netizen NU di Gedung PBNU Jakarta Pusat, Rabu (12/7) sore.
Hal ini, menjadi tantangan besar para netizen NU untuk tetap menjaga konsistensi NU dan mengupayakan menemaninya dengan situs-situs lain yang bervisi serupa. Karena, kalau dibiarkan, masyarakat Muslim Indonesia akan mengkonsumsi konten-konten dari kelompok yang tidak bervisi Islam damai dan kebangsaan.
Menurut dia, jika situs-situs semacam itu menjadi konsumen masyarakat kota, terutama anak muda, terbukti melahirkan generasi muda yang merasa paling islami, merasa paling benar dan perilaku kasar jika bertemu dengan pendapat yang berbeda dengannya.
“Kita berharap NU Online jadi nomor satu dan punya teman, jaringannya,” kata peria kelahiran Pati, Jawa Tengah itu.
Soal jaringan, menurut dia, NU besar bukan karena strukturnya, tapi jaringan pesantrennya yang ada di mana-mana.
“NU besar karena jaringan pesantren. Keberhasilan NU Online juga karena jaringan,” pungkasnya.
Pemimpin Redaksi NU Online A. Mukafi Niam juga berharap hal yang sama, sebagai sumber informasi warga NU dan Muslim moderat, NU Online akan bersinergi dengan para netizen NU untuk membangun kekuatan dengan untuk Islam rahmatan lilalamin dan Indonesia damai.
“Empat belas tahun, NU Online memasuki usia remaja, harus banyak belajar,” katanya. (Abdullah Alawi)