Khutbah

Khutbah Jumat: Kewajiban Mengimani Siksa Kubur

Kam, 23 September 2021 | 23:00 WIB

Khutbah Jumat: Kewajiban Mengimani Siksa Kubur

Khutbah Jumat: Kewajiban Mengimani Siksa Kubur. (Ilustrasi)

Materi khutbah Jumat kali ini mengingatkan kita bahwa siksa kubur benar-benar ada sebagai bagian dari peristiwa gaib, berdasar dalil-dalil sahih. Mengimaninya bukan saja sama dengan melaksanakan kewajiban tapi juga mendorong manusia untuk senantiasa berbuat baik selama hidup di alam dunia. 

 

 

Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat: Kewajiban Mengimani Siksa Kubur.". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)

 

Khutbah I

 

الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ  

أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى (طه: 124)

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah Jumat pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.
 

Kaum Muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Tema khutbah pada hari ini adalah tentang kehidupan alam barzakh. Allah ta’ala berfirman:
 

وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا (طه: 124)


Maknanya: “Dan barang siapa yang berpaling dari beriman kepada-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit” (QS Thaha: 124). Yakni, orang yang tidak beriman kepada Allah ta’ala maka ia akan mendapatkan kehidupan yang sempit di alam kubur sebagaimana hal itu ditafsirkan sendiri oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
 

القَبْرُ رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الجَنَّةِ أَوْ حُفْرَةٌ مِنْ حُفَرِ النَّارِ (رواه الترمذي)


Maknanya: “Kuburan adalah seperti salah satu taman surga atau seperti salah satu lubang di neraka.” (HR at-Tirmidzi).

 

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang siksa kubur, maka Nabi menjawab:


نَعَمْ، عَذَابُ الْقَبْرِ حَقٌّ (رواه النسائي)


Maknanya: “Iya, siksa kubur benar-benar terjadi” (HR an-Nasa’i).


Jamaah shalat Jumat yang berbahagia,

Siksa kubur adalah di antara perkara yang wajib diyakini dan dibenarkan adanya. Siksa kubur akan ditimpakan kepada orang kafir dan sebagian pelaku maksiat di antara kaum muslimin. Imam Abu Hanifah radhiyallahu ‘anhu dalam kitab al-Fiqh al-Akbar mengatakan:
 

وَضَغْطَةُ الْقَبْرِ وَعَذَابُهُ حَقٌّ كَائِنٌ لِلْكُفَّارِ وَلِبَعْضِ عُصَاةِ المـُسْلِمِيْنَ


“Himpitan kubur dan siksa kubur adalah perkara yang benar-benar ada dan terjadi bagi orang-orang kafir dan sebagian pelaku maksiat di antara kaum muslimin.”
 

Oleh karena itu, tidak boleh mengingkari adanya siksa kubur. Bahkan mengingkarinya adalah kekufuran. Imam Abu Manshur al-Baghdadi dalam kitab al-Farq Baina al-Firaq mengatakan:
 

وَقَطَعُوْا أَيْ أَهْلُ السُّنَّةِ وَالجَمَاعَةِ بِأَنَّ المُنْكِرِيْنَ لِعَذَابِ القَبْرِ يُعَذَّبُوْنَ فِي القَبْرِ


“Ahlussunnah wal Jamaah memastikan bahwa orang-orang yang mengingkari adanya siksa kubur akan disiksa di kuburan mereka.” Artinya, karena mereka telah keluar dari Islam maka akan disiksa di alam kubur.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Siksa kubur ini terjadi kepada roh dan jasad. Akan tetapi Allah tidak memperlihatkannya kepada kebanyakan orang agar keimanan hamba terhadapnya masuk dalam kategori iman terhadap perkara ghaib. Dengan itu menjadi agung pahalanya. Dalil yang menunjukkan bahwa siksa kubur dialami oleh roh dan jasad di antaranya adalah hadits bahwa Sayyidina Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, “Apakah akan dikembalikan kepada kita akal-akal kita, wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Iya, seperti keadaan kalian di dunia ini.” Maka Umar bin Khatthab terdiam dan berhenti berbicara, karena dia mendengar informasi yang tidak dia ketahui sebelumnya. (HR Ibnu Hibban).
 

Di antara dalil yang menunjukkan adanya siksa kubur adalah firman Allah ta’ala:
 

اَلنَّارُ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَّعَشِيًّا ۚ وَيَوْمَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ ۗ اَدْخِلُوْٓا اٰلَ فِرْعَوْنَ اَشَدَّ الْعَذَابِ (غافر: 46)

 

Maknanya: “Kepada mereka diperlihatkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat (dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir‘aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras!” (QS Ghafir: 46).
 

Yang dimaksud kaum Fir’aun adalah para pengikutnya yang mengikutinya dalam kemusyrikan dan kekufuran. Kepada mereka ini diperlihatkan neraka satu kali di waktu pagi dan satu kali di waktu petang. Dengan itu, mereka dipenuhi dengan rasa takut yang luar biasa. Hal ini terjadi bukan di akhirat, melainkan sebelum tiba hari kiamat seperti dapat dipahami dari ayat tersebut. Ini juga tidak terjadi sebelum mati. Jadi tidak ada kemungkinan lain selain hal itu terjadi di alam barzakh, yaitu rentang waktu antara kematian dan kebangkitan.
 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda yang maknanya:
 

“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan-kenikmatan, yakni kematian. Karena tidaklah berjalan satu hari bagi kuburan kecuali ia berkata di dalamnya: Aku adalah tempat keterasingan. Aku adalah tempat kesendirian. Aku adalah rumah dari tanah. Dan aku adalah sarang ulat-ulat. Maka ketika dikuburkan seorang hamba mukmin yang sempurna imannya, kuburan akan berkata kepadanya: Selamat datang, sungguh engkau adalah orang yang paling aku cintai untuk berjalan di atasku. Jika hari ini aku diperintah mengurusmu dan engkau telah datang kepadaku maka engkau akan lihat sikap baikku terhadapmu. Lalu kuburan meluas untuknya sejauh mata memandang dan dibukakan untuknya pintu ke arah surga. Ketika dikuburkan orang yang fasiq atau kafir, maka kuburan akan berkata kepadanya: Aku tidak suka akan kedatanganmu. Sungguh engkau adalah orang yang paling aku benci untuk berjalan di atasku. Jika aku diperintah mengurusmu hari ini dan engkau telah datang kepadaku maka engkau akan lihat perilakuku kepadamu. Maka kuburan pun menghimpitnya hingga merapat dua sisinya, dan dua sisi rusuknya saling memasuki. Perawi berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian menyatukan jari-jari tangannya dan memasukkan sebagian ke sebagian yang lain.” Nabi melanjutkan: “Lalu Allah mengirimkan untuknya tujuh puluh naga yang seandainya salah satunya menyemburi bumi maka bumi tidak akan tumbuh apapun di atasnya selama dunia ini ada. Lalu tujuh puluh naga tersebut menggigit dan mencakarnya hingga tiba hisab kelak.” (HR at-Tirmidzi)
 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Di antara siksa kubur adalah himpitan kubur. Dua dinding kubur dari kedua arah akan mendekat sehingga tulang-tulang rusuk saling masuk-memasuki. Tulang-tulang rusuk yang ada di sisi kanan akan merapat lalu masuk ke tulang-tulang rusuk di sisi kiri. Di antara siksa kubur juga adalah ketidaknyamanan karena gelapnya kuburan dan kesunyiannya yang mencekam. Di antaranya juga, pukulan malaikat Munkar dan Nakir kepada orang kafir dengan palu dari besi yang jika digunakan untuk memukul sebuah gunung maka gunung itu akan hancur lebur. Ketika dipukul, orang kafir itu akan menjerit dengan keras dan didengar oleh semua yang ada di dekatnya kecuali manusia dan jin (HR al-Bukhari dan Muslim).
 

Di antara siksa kubur adalah dikirimkannya ular, kalajengking dan serangga-serangga tanah terhadap seseorang, sehingga menggigitnya dan memakan jasadnya. Dikatakan kepada orang kafir:
 

“Berbaringlah dengan kondisi dicabik-cabik. Maka tidak ada satu pun binatang melata di bumi kecuali mendapatkan bagian dari tubuhnya.” (HR al-Hakim dalam al-Mustadrak).
 

Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda yang maknanya:
 

“Dan dikirimkan kepadanya kalajengking dan ular yang jika salah satu darinya menyembur ke dunia maka ia tidak akan menumbuhkan sesuatu pun. Lalu ular dan kalajengking itu memakannya, dan bumi diperintahkan untuk menghimpit hamba tersebut hingga tulang-tulang rusuknya saling memasuki” (HR ath-Thabarani).
 

Hadirin rahimakumullah,

Imam Abu Dawud dalam Sunannya meriwayatkan dari al Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ’anhu bahwa ia berkata: “Suatu ketika kami keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengantarkan jenazah seorang lelaki dari kaum Anshar. Lalu sampailah kami ke kuburan dan saat itu liang lahat belum dibuat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun duduk dan kami duduk di sekeliling beliau dengan diam dan tenang. Di tangan Nabi ada sebuah kayu yang beliau tusuk-tusukkan ke tanah. Lalu Nabi mengangkat kepalanya dan bersabda yang maknanya:
 

“Mohonlah kalian perlindungan kepada Allah dari siksa kubur, mohonlah kalian perlindungan kepada Allah dari siksa kubur,” Nabi mengucapkan itu dua atau tiga kali” (HR Abu Dawud).
 

Dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maknanya:
 

“Mohonlah kalian perlindungan kepada Allah dari siksa Allah, mohonlah kalian perlindungan kepada Allah dari siksa kubur, mohonlah kalian perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal, mohonlah kalian perlindungan kepada Allah dari fitnah kehidupan dan kematian.” (HR Muslim)


Saudara-saudaraku,

Hendaklah diketahui bahwa Allah ta’ala memberikan keamanan dan keselamatan kepada para wali-Nya dari siksa kubur dan kedahsyatan hari kiamat. Allah ta’ala berfirman:
 

اَلَآ اِنَّ اَوْلِيَآءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ (يونس: 62)


Maknanya: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS Yunus : 62)
 

Dari sini diketahui bahwa tidaklah shahih hadits yang maknanya:
 

“Jika ada seseorang yang selamat dari himpitan kubur, niscaya Sa’d bin Mu’adz selamat darinya.”
 

Berdasarkan hadits yang tidak shahih ini, sebagian orang menduga bahwa himpitan kubur mengenai semua orang, mukmin dan kafir. Hadits ini telah dinilai lemah oleh al-Hafizh Ibnul Jauzi. Kemudian zhahir hadits ini menyalahi sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang maknanya:
 

“Dunia adalah penjara bagi orang mukmin (yang sempurna imannya) dan tempatnya kelaparan, maka jika ia meninggalkan dunia ini dia meninggalkan penjara dan kelaparan” (HR Ahmad, al-Hakim dan lainnya).
 

Sudah maklum bahwa Sa’d bin Mu’adz termasuk salah seorang wali besar di kalangan para sahabat. Beliau meninggal syahid karena luka yang mengenainya di perang Khandaq. Nabi juga bersabda tentang keutamaannya dalam sabdanya:
 

“’Arsy tergoncang karena kematian Sa’d bin Mu’adz” (HR al- Bukhari).


Jadi tidaklah layak bagi orang yang keadaannya mulia seperti ini akan terkena himpitan kubur.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.
 

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
 

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
 

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

 

Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur.


Baca naskah khutbah lainnya: