Khutbah

Khutbah Jumat: Mensyukuri Nikmat Sehat

Kam, 26 Agustus 2021 | 04:30 WIB

Khutbah Jumat: Mensyukuri Nikmat Sehat

Nikmat sehat atau kesehatan jauh lebih berharga dibanding uang yang banyak ataupun harta yang melimpah. 

Khutbah I

 


اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَخْرَجَ نَتَائِجَ أَفْكَارِنَا لِإبْرِازِ أَيَاتِهِ وَأَفْضَلَنَا بِرُسُوْلِيَّةِ شَرَفِ الْأَنَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلى جَمِيْعِ الْعَالَمِ. اَللّهُمَّ صَلِّي وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أمَّا بَعْدُ


فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ .وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ هُوَ الْمُنْعِمُ الْمُتَفَضِّلُ، وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا. إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ. وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى: وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ ولَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ   


Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh
Kenikmatan hidup paling nikmat di dunia ini adalah nikmat sehat, karena apa pun yang kita miliki di dunia tak akan bisa dinikmati jika kita sakit. Di masa pandemi sekarang ini nikmat sehat menjadi hal yang mahal harganya. Karenanya, kita perlu mensyukuri nikmat sehat dengan sebaik-baiknya.


وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللهِ لَا تُحْصُوها، إِنَّ الْإِنْسانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ


Artinya, “Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh manusia sangat zalim dan banyak mengingkari nikmat.”  (QS al-Nahl: 18)


Nikmat sehat bukan suatu kemewahan seperti emas dan perak. Tetapi menjadi mahal ketika kesehatan telah berubah menjadi sakit. Nikmat sehat merupakan mahkota tubuh, saat kita terbaring sakit, kita baru sadar bahwa kesehatan sangat berharga. Orang yang mengabaikan kesehatan dirinya adalah orang yang menabung masalah untuk masa depannya. Bahkan John Locke seorang Filosof Inggris mengatakan, "Jika dengan memperoleh pengetahuan malah merusak kesehatan kita, maka kita bekerja untuk hal yang tidak berguna."


Pantas saja, dalam suatu hadits diriwayatkan:


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ، اَلصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ


Artinya, “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, dia berkata: ‘Nabi saw bersabda: ‘Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia tertipu (lalai) padanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR al-Bukhari).


Dalam Mukhtashar Minhâjul Qâshidîn intisari kitab Ihya` Ulûmiddîn diriwayatkan, ada orang mengadukan kemiskinannya dan menampakkan kesusahannya kepada seorang alim. Lalu Si Alim berkata: 


“Apakah engkau senang menjadi buta dengan mendapatkan 10 ribu dirham?” 


“Tidak”, jawabnya. 


“Apakah engkau senang menjadi bisu dengan mendapatkan 10 ribu dirham?” tanya ulang Si Alim.

 

“Tidak”, jawabnya. 


“Apakah engkau senang menjadi orang yang tidak punya kedua tangan dan kedua kaki dengan mendapatkan 20 ribu dirham?”, lanjut Si Alim. 


“Tidak”, jawabnya. 

“Apakah engkau senang menjadi orang gila dengan mendapatkan 10 ribu dirham?” Si Alim terus bertanya.


“Tidak”, jawabnya. 


“Apakah engkau tidak malu mengadukan Tuanmu sedangkan Dia memiliki harta 50 ribu dinar padamu?”, pungkas Si Alim.


Dari kisah tersebut, kita dapat memetik pelajaran bahwa nikmat sehat atau kesehatan jauh lebih berharga dibanding uang yang banyak ataupun harta yang melimpah. 


Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh
Betapa pentingnya nikmat kesehatan, hingga Rasulullah saw pun bersabda:

 

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا


Artinya, “Siapa saja di antara kalian masuk waktu pagi dalam keadaan sehat badannya, aman dalam rumahnya, punya makanan pokok pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya.” (HR Ibnu Majah).


Dalam Islam menjaga kesehatan menjadi bagian penting dari prinsip-prinsip pemeliharaan pokok syariat (maqâsidusy syarî’ah) yang terdiri dari; pemeliharaan agama (hifdzud dîn), pemeliharaan diri/kesehatan (hifdzun nafs), pemeliharaan akal (hifdzul ‘aql), pemeliharaan keturunan (hifdzun nasab), dan pemeliharaan harta (hifdzul mâl). Sebaliknya, Islam melarang berbagai tindakan yang membahayakan kesehatan atau keselamatan jiwa, sebagaimana tersebut dalam firman Allah swt yang artinya, "Dan janganlah kalian menjatuhkan diri kalian dalam kerusakan." (QS Al-Baqarah: 195); dan ayat yang artinya, “Dan janganlah kalian  membunuh diri kalian. Sungguh Allah Maha Penyayang kepada kalian." (QS an-Nisa': 29).


Badan kita punya hak yang harus dipenuhi agar terjaga kesehatan maupun keseimbangannya. Di antara hak badan adalah memberikan makanan pada saat lapar, memenuhi minuman saat haus, memberikannya istirahat saat lelah, membersihkannya saat kotor, dan mengobatinya saat sakit. Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan. Agar tetap sehat, ada 10 hal yang perlu diperhatikan, yaitu:  (1) dalam hal makan, (2) minum, (3) gerak, (4) diam, (5) tidur, (6) terjaga, (7) hubungan seksual, (8) keinginan-keinginan nafsu, (9) keadaan kejiwaan, dan (10) mengatur anggota badan.


Diriwayatkan dari ‘al-Abbas bin Abdul Muthallib ra, ia berkata, “Aku pernah datang menghadap Rasulullah saw dan bertanya: ‘Ya Rasulullah, ajarkan kepadaku suatu doa yang akan aku baca dalam doaku.’ Saw Nabi menjawab: ‘Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan.’ Kemudian aku menghadap lagipada kesempatan lain dan saya bertanya: ‘Ya Rasulullah, ajarkan kepadaku suatu doa yang akan aku baca dalam doaku.’ Nabi menjawab: ‘Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah saw, mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan akhirat.” (HR at-Tirmidzi).


Hal paling indah di dunia ini adalah anugerah kesehatan dan keluarga bahagia di saat usia makin bertambah tua. Untuk itu tentu kita ingat sabda Nabi Muhammad saw:


اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَا بَكَ قَبْلَ هَرَ مِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ (رواه الحاكم)


ِArtinya, “Jagalah lima hal sebelum datang lima hal lainnya, yaitu (1) mudamu sebelum tuamu, (2) kesehatanmu sebelum sakitmu, (3) kayamu sebelum fakirmu, (4) luang waktumu sebelum sibukmu, dan (5) hidupmu sebelum matimu. (HR al-Hakim).


Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh
Sejak pandemi Covid-19 terjadi, kesehatan semakin terlihat penting bagi masyarakat. Wabah Covid-19 menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan. Perilaku hidup sehat seperti mencuci tangan menggunakan sabun, makan makanan bergizi, dan rajin melakukan aktivitas fisik menjadi kegiatan yang saat ini lazim kita lakukan. Hal ini disebabkan adanya keyakinan masyarakat bahwa melakukan kegiatan-kegiatan tersebut merupakan langkah yang efektif untuk menghindarkan diri dari penularan virus Covid-19. Bahkan dengan alasan menjaga kesehatan dan menghindarkan diri dari penyakit, masyarakat rela untuk mengurung diri di rumah selama berhari-hari.


Untuk itu, mari kita ingat dan syukuri nikmat sehat ini sebaik-baiknya, agar dapat menggunakannya untuk beribadah dan melakukan berbagai aktifitas yang bermanfaat dalam kehidupan.


فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ


Artinya, “Maka ingatlah kepada-Ku (Allah), niscaya Aku akan ingat kepadamu; dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu  mengingkari-Ku.” (QS al-Baqarah: 152).


Demikianlah khutbah singkat ini, semoga bermanfaat mengingatkan kita agar selalu menjaga kesehatan dan mensyukurinya dengan sebaik-baiknya.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ، وَاسْتَغْفِرُوْا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

*

 

 

Khutbah II


اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ 


فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحًمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي اْلقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ، وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ


إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، وَقَاضِيَ الْحَاجَاتِ. رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار


عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

 

Ustadz Rakimin Al-Jawiy, Dosen Psikologi Islam UNUSIA dan UIN Jakarta