Khutbah Jumat: Meneladani Sifat Rendah Hati Rasulullah
NU Online · Kamis, 12 September 2024 | 21:00 WIB
Fatihunnada
Kolomnis
Sifat rendah hati adalah salah satu kualitas mulia yang tercermin dengan sempurna dalam diri Nabi Muhammad SAW. Sebagai pemimpin umat yang diutus untuk membawa rahmat bagi seluruh alam, beliau tetap menjaga kerendahan hatinya dalam setiap aspek kehidupan.
Dengan demikian, khutbah Jumat kali ini berjudul “Khutbah Jumat: Meneladani Sifat Rendah Hati Rasulullah.” Untuk mencetak silakan klik fitur download warna merah pada desktop di bagian atas naskah khutbah ini. Semoga bermanfaat!
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. اَلقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ اِلٰى مَا مَتَّعْنَا بِه اَزْوَاجًا مِّنْهُمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ (الحجر: ٨). وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُصَلُّونَ. اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Nabi Muhammad adalah sebuah contoh untuk semua umat Islam, baik dari kalangan rakyat biasa, terlebih lagi kalangan pemimpin atau pejabat. Salah satu hal yang dapat diteladani dari Nabi adalah sifat rendah hati.
Dalam kapasitas sebagai pemimpin agama (Rasul dan Nabi) sekaligus pemimpin negara, Nabi tetap memiliki sifat rendah hati ketika berinteraksi dengan orang lain atau rakyatnya. Hal ini yang jarang kita jumpai dari profil pemimpin dan pejabat kita saat ini. Mereka menjaga jarak dengan rakyatnya.
Untuk bertemu dengan mereka, rakyat harus membuat janji terlebih dahulu, kecuali pada periode pemilihan pemimpin, maka mereka baru sering menjumpai masyarakat untuk kampanye. Hal ini merupakan perintah dari Allah kepada Nabi Muhammad dalam surat Al-Hijr, ayat 8 sebagai berikut:
لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ اِلٰى مَا مَتَّعْنَا بِه اَزْوَاجًا مِّنْهُمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
Artinya, "Jangan sekali-kali engkau (Muhammad) tujukan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang kafir), dan jangan engkau bersedih hati terhadap mereka dan berendah hatilah engkau terhadap orang yang beriman."
Nabi Muhammad justru tidak ingin dimuliakan karena status sebagai Nabi dan Rasul. Nabi tidak menginginkan penghormatan yang dilakukan para sahabat akan berlebihan dan tidak wajar sebagaimana yang dilakukan umat terdahulu kepada Nabi mereka. Hal ini ditegaskan Nabi Muhammad dalam hadits yang dikutip Al-Bukhari dalam kitab Shahihul Bukhari, juz 4, halaman 167 meriwayatkan hadis sebagai berikut:
لاَ تُطْرُونِي، كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُولُوا عَبْدُ اللهِ، وَرَسُولُهُ
Artinya, “Janganlah kalian berlebihan menghormatiku seperti orang-orang Nasrani telah berlebihan memuliakan ‘Isa ibn Maryam. Aku hanyalah hamba Allah, maka katakanlah “Abdullah wa Rasuluhu” atau hamba Allah dan Rasul-Nya.”
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Kemuliaan dan ketinggian derajat seseorang di hadapan Allah seperti Nabi dan Rasul tidak membuat Nabi Muhammad merasa harus dihormati (gila kehormatan) di hadapan manusia. Pada hakikatnya kemuliaan seseorang tidak ditampilkan di depan orang lain, justru kerendahan hati seseorang dapat menaikkan kehormatan.
Kesombongan yang pada hakikatnya menjatuhkan kehormatan seseorang. Hal ini ditegaskan oleh Nabi dalam hadits yang dikutip oleh imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim, juz 4, halaman 2001 meriwayatkan hadits sebagai berikut:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ، إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلّٰهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ
Artinya: Tidak akan berkurang harta seseorang karena bersedekah, tidaklah Allah s.w.t. menambah terhadap seseorang yang mau memaafkan melainkan kemuliaan dan tidak ada seorang pun yang bersifat tawaddhu’ (merendahkan diri) karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Kerendahan hati Nabi tercermin dalam beberapa perilaku kehidupan sehari-hari dalam berinteraksi kepada orang lain. Di antaranya adalah Nabi selalu memulai mengucapkan salam kepada orang yang di temui dalam perjalanan. Dalam sebuah riwayat yang dikutip Al-Bukhari dalam kitab Shahihul Bukhari, juz 4, halaman 1708 meriwayatkan hadits sebagai berikut:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى غِلْمَانٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ
Artinya, "Dari Anas r.a. sesungguhnya Rasulullah SAW melewati beberapa anak kecil, maka beliau mengucapkan salam pada mereka."
Hadits ini merupakan dalil anjuran bersikap rendah hati dan bukti kerendahan Nabi saw. An-Nawawi menjelaskan hal tersebut dalam kitab Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, juz 14, halaman 148 sebagai berikut:
فَفِيهِ اسْتِحْبَابُ السَّلَامِ عَلَى الصِّبْيَانِ الْمُمَيِّزِينَ وَالنَّدْبُ إِلَى التَّوَاضُعِ وَبَذْلُ السَّلَامِ لِلنَّاسِ كُلِّهِمْ وَبَيَانُ تَوَاضُعِهِ صَلَّى لِلّٰهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَمَالُ شَفَقَتِهِ عَلَى الْعَالَمِينَ
Artinya, "Dalam hadits ini, ada anjuran untuk mengucapkan salam kepada anak kecil yang sudah Mumayyiz, anjuran untuk rendah hati, anjuran menyebarluaskan salam kepada seluruh manusia, dan bukti kerendahan hati serta kecintaan Nabi kepada seluruh manusia."
Nabi menyapa setiap orang yang ditemui saat berjalan, bahkan hal ini dilakukan kepada anak kecil yang sedang bermain. Hal ini menunjukkan kerendahan hati Nabi dalam bersikap di depan rakyat.
Sebagai kepala negara dan pimpinan agama, Nabi tidak merasa bahwa rakyatnya yang harus memulai mengucapkan salam kepada beliau. Hal ini sesuai dengan etika dalam perjalanan, yaitu orang yang berjalan memulai menyapa orang yang duduk ketika keduanya bertemu di jalan.
Selain itu, para ulama menganjurkan orang dewasa untuk memulai mengucapkan jika bertemu dengan anak kecil atau yang lebih muda sebagai bentuk kasih sayang. Al-Nawawi menjelaskan hal tersebut dalam kitab Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, juz 14, halaman 148 sebagai berikut:
وَاتَّفَقَ الْعُلَمَاءُ عَلَى اسْتِحْبَابِ السَّلَامِ عَلَى الصِّبْيَانِ
Artinya, "Para ulama sepakat terhadap anjuran mengucapkan salam kepada anak kecil."
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Kerendahan hati Nabi juga tercermin dalam bagaimana Nabi menjalani hidup untuk mencari kebutuhan. Nabi pernah bekerja kepada seseorang sebagai penggembala kambing. Dalam sebuah riwayat yang dikutip Al-Bukhari dalam kitab Shahihul Bukhari, juz 3, halaman 88 meriwayatkan hadits sebagai berikut:
مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الغَنَمَ، فَقَالَ أَصْحَابُهُ: وَأَنْتَ؟ فَقَالَ: نَعَمْ، كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ
Artinya, "Allah tidaklah mengutus seorang Nabi kecuali pernah menggembalakan kambing. Bertanya para sahabat: “dan engkau juga? Nabi menjawab: “Ya aku dahulu menggembalakan kambing milik orang-orang Makkah dengan mendapat upah beberapa Qirath."
Profesi menggembala kambing bukan profesi yang mulia dan menghasilkan banyak harta, tetapi untuk memenuhi kebutuhan hidup, Nabi tidak menganggapnya menjatuhkan harga dirinya atau gengsi untuk melakukannya.
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Semoga kita meneladani sikap rendah hati Nabi Muhammad dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita dapat menghilangkan rasa angkuh dan sombong karena kekayaan kita, jabatan kita, keilmuan kita, dan sebagainya. Dari situ, kita mengharapkan kemuliaan dan keridhaan Allah swt. Amin, ya Rabbal ‘Alamin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ بنِ عَبدِ الله وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَة. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُسلِمُونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَاعلَمُوا إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ. قَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُم بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر
Ustadz Fatihunnada, Dosen Fakultas Dirasat Islamiyyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menggali Hikmah Ibadah Haji dan Kurban
2
Khutbah Jumat: Menggapai Pahala Haji Meskipun Belum Berkesempatan ke Tanah Suci
3
Niat Puasa Dzulhijjah, Raih Keutamaannya
4
Pengrajin Asal Cianjur Sulap Tenda Mina Jadi Pondok Teduh dan Hijau
5
Khutbah Jumat: Persahabatan Sejati, Jalan Keselamatan Dunia dan Akhirat
6
Prabowo Serukan Solusi Dua Negara agar Konflik Israel-Palestina Reda
Terkini
Lihat Semua