Khutbah

Khutbah Jumat: Memupuk Optimisme selama Pandemi

NU Online  Ā·  Kamis, 22 Oktober 2020 | 01:00 WIB

Khutbah Jumat: Memupuk Optimisme selama Pandemi

Di dalam ajaran Islam banyak cara agar kita bisa optimis dalam menjalani kehidupan, khususnya di tengah pandemi ini.

Khutbah I


Ų§ŁŽŁ„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ للهِ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’ Ų£ŁŽŁ…ŁŽŲ±ŁŽŁ†Ų§ŁŽ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł†ŁŲµŁ’Ł„ŁŲ­ŁŽ Ł…ŁŽŲ¹ŁŁŠŁ’Ų“ŁŽŲŖŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ł„ŁŁ†ŁŽŁŠŁ’Ł„Ł Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŲ¶ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŲ¹ŁŽŲ§ŲÆŁŽŲ©ŁŲŒ ŁˆŁŽŁ†ŁŽŁ‚ŁŁˆŁ’Ł…ŁŽ ŲØŁŲ§Ł„Ł’ŁˆŁŽŲ§Ų¬ŁŲØŁŽŲ§ŲŖŁ ŁŁŁŠŁ’ Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽŲŖŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲŖŁŽŁ‚Ł’ŁˆŁŽŲ§Ł‡ŁŲŒ Ų£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł„ŁŽŲ§ Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‡ŁŽ Ų„ŁŁ„Ų§Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ­Ł’ŲÆŁŽŁ‡Ł Ł„Ų§ŁŽ Ų“ŁŽŲ±ŁŁŠŁ’ŁƒŁŽ Ł„ŁŽŁ‡ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ‹Ų§ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„ŁŁ‡Ł Ł…ŁŽŁ†Ł’ Ł„ŁŽŲ§ Ł†ŁŽŲØŁŁŠŁ‘ŁŽ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁŽŁ‡Ł. Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…ŁŽŁ‘ ŲµŁŽŁ„ŁŁ‘ ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„ŁŁ‘Ł…Ł’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­Ł…Ł‘ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŲ“Ł’Ų±ŁŽŁŁ Ų§Ł„Ł’Ų£ŁŽŁ†Ł’ŲØŁŁŠŁŽŲ§Ų”Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ±Ł’Ų³ŁŽŁ„ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ آلِهِ ŁˆŁŽŲµŁŽŲ­Ł’ŲØŁŁ‡Ł Ų£ŁŽŲ¬Ł’Ł…ŁŽŲ¹ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽŲŒ Ų£ŁŽŁ…Ł‘Ų§ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁ


ŁŁŽŁŠŁŽŲ§Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŲŒ Ų§ŁŁˆŁ’ŲµŁŁŠŁ’ŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŁ†ŁŽŁŁ’Ų³ŁŁŠ ŲØŁŲŖŁŽŁ‚Ł’ŁˆŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŲŒ ŁŁŽŁ‚ŁŽŲÆŁ’ ŁŁŽŲ§Ų²ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ. Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŲŖŁŽŲ¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ‰ ŁŁŁŠŁ’ ŁƒŁŲŖŁŽŲ§ŲØŁŁ‡Ł Ų§Ł„Ł’ŁƒŁŽŲ±ŁŁŠŁ’Ł…ŲŒ بِسْمِ اللهِ Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ­Ł’Ł…ŁŽŁ†Ł Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ­ŁŁŠŁ’Ł…Ł. ŁŠŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł‘Ų°ŁŠŁ† Ų¢Ł…Ł†ŁˆŲ§ Ų§ŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŁ’Ų§ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ų­ŁŽŁ‚Ł‘ŁŽ ŲŖŁŁ‚ŁŽŲ§ŲŖŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŁ…ŁŁˆŁ’ŲŖŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų„ŁŁ„Ų§Ł‘ŁŽ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŁ…Ł’ Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ


Ma’asyiralĀ Muslimin rahimakumullah,

Di tengah badai pandemi ini, banyak masalah multidimensional yang dihadapi masyarakat dunia, khususnya bangsa Indonesia. Di antaranya adalah masalah psikologis, seperti rasa takut, sedih, frustasi, keluh kesah, panik, tidak sabar, dan rasa duka berlebihan yang bisa menyebabkan orang berputus asa. Jika putus asa merasuki jiwa, maka wabah Corona ini kering dari hikmah dan hampa makna. Laksana sayur tanpa garam, hambar tanpa rasa. Semua impian menjadi sirna dan kemudian cita dan harapan menjadi hancur lebur terbentur wabah Covid-19.


Sungguh putus asa merupakan sikap tercela, yang melemahkan semangat dan akal pikiran, menumbuhkan sikap pesimis, serta menghilangkan rasa percaya diri. Putus asa adalah perbuatan terlarang di dalam Islam. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala:


ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŁŠŁ’Ų£ŁŽŲ³ŁŁˆŲ§ مِنْ Ų±ŁŽŁˆŁ’Ų­Ł الِهm Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ł„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŁŠŁ’Ų£ŁŽŲ³Ł مِنْ Ų±ŁŽŁˆŁ’Ų­Ł اللهِ Ų„ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŽŁˆŁ’Ł…Ł Ų§Ł„Ł’ŁƒŁŽŲ§ŁŁŲ±ŁŁˆŁ†ŁŽ


ā€œ Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang kafirā€ (QS Yusuf: 87).


Sebaliknya, mari kita lawan putus asa (pesimisme) dengan sikap sebaliknya, yakni menghadapi setiap keadaan dengan penuh harapan. Langit tak selamanya mendung, musim tak selamanya kemarau, dan hidup tak selamanya tangis dan duka nestapa. Adakalanya langit tampak cerah, musim panen akan tiba, dan sengsara pun berakhir dengan kebahagiaan. Jika jiwa optimis terpatri maka rahmat Allah akan datang menyapa kita.


Secara psikologis, optimisme mengajarkan keyakinan untuk mencapai hasil yang lebih baik, pantang menyerah, serta berpikir positif dalam mengatasi kesulitan dan permasalahan. Bersikap optimis berarti menjauh dari stres, fobia, dan depresi, serta bahaya stroke. Ia tidak mudah kagetan dengan musibah yang menimpa. Orang yang optimis akan lebih mudah berdamai dengan keadaan, percaya diri, berpikir positif, penuh kesadaran diri, dan tangguh menghadapi masalah. Umat Islam yang optimistis akan semangat berjuang, dan menjadikan ibadah dan doa sebagai senjata ampuh untuk meraih hidup yang lebih baik.


Ma’asyiralĀ Muslimin rahimakumullah,

Dalam Islam, sikap optimis biasa disebut raja’ (harapan), yakni perasaan penuh harap akan surga dan berbagai kenikmatan lainnya, sebagai buah dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Raja’ termasuk akhlakul karimah yang bermanfaat dalam mempertebal iman, mendekatkan diri kepada Allah subhanahuĀ wata'ala, dan mendatangkan rahmat-Nya. Raja’ merupakan sikap mental optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat Allah yang disediakan bagi hamba-hamba-Nya yang saleh.


Hujjatul Islam Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin juz X halaman 139 menjelaskan:


الرجاؔ Ł‡ŁˆŲ§Ų±ŲŖŁŠŲ§Ų­ القلب الا نتظار Ł…Ų§ Ł‡Łˆ Ł…Ų­ŲØŁˆŲØ عنده 


ā€œRaja’ ialah keinginan hati untuk menunggu apa yang disukai.ā€


Menurut Ibnul Qoyyim dalam Madarijus-Salikin,Ā ā€œOrang-orang yang mengerti telah bersepakat bahwa raja’ Ā tidak akan sah kecuali jika dibarengi dengan amalan. Oleh karena itu, tidaklah seseorang dianggap mengharap apabila ia tidak beramalā€. Hal ini berdasarkan firman Allah subhanahuĀ wata'ala yang berbunyi:


Ł‚ŁŁ„Ł’ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŲ§Ł“ Ų£ŁŽŁ†ŁŽŲ§Ū  ŲØŁŽŲ“ŁŽŲ±ŁŒ Ł…Ł‘ŁŲ«Ł’Ł„ŁŁƒŁŁ…Ł’ ŁŠŁŁˆŲ­ŁŽŁ‰Ł°Ł“ Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‰Ł‘ŁŽ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŲ§Ł“ Ų„ŁŁ„ŁŽŁ°Ł‡ŁŁƒŁŁ…Ł’ Ų„ŁŁ„ŁŽŁ°Ł‡ŁŒ ŁˆŁŽŁ°Ų­ŁŲÆŁŒ Ū– ŁŁŽŁ…ŁŽŁ† ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽ ŁŠŁŽŲ±Ł’Ų¬ŁŁˆŲ§ŪŸ Ł„ŁŁ‚ŁŽŲ§Ł“Ų”ŁŽ Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŁ‡ŁŪ¦ ŁŁŽŁ„Ł’ŁŠŁŽŲ¹Ł’Ł…ŁŽŁ„Ł’ Ų¹ŁŽŁ…ŁŽŁ„Ł‹Ų§ ŲµŁŽŁ°Ł„ŁŲ­Ł‹Ų§ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŁŠŁŲ“Ł’Ų±ŁŁƒŁ’ ŲØŁŲ¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽŲ©Ł Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŁ‡ŁŪ¦Ł“ Ų£ŁŽŲ­ŁŽŲÆŁ‹Ū¢Ų§Ā 


ā€œKatakanlah: ā€˜Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya’." (QS Al-Kahfi: 110).


Dengan demikian, raja’ kepada Allah akan tercapai dengan beberapa hal. Pertama, senantiasa menyaksikan karunia-Nya, kenikmatan-Nya, dan kebaikan-kebaikan-Nya terhadap hamba-Nya. Kedua, jujur dalam mengharap pahala dan kenikmatan ada di sisi Allah. Ketiga, membentengi diri dengan amal saleh dan bergegas dalam kebaikan. Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali, raja’ (optimis) itu bisa diraih dengan dua hal, yakni mengambil i’tibar (pelajaran) dari setiap kejadian dan mempedomani ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat membangun optimisme. Salah satu firman-Nya yang perlu dipedomani adalah:


Ł‚ŁŁ„Ł’ ŁŠŁŽŁ°Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŁ‰ŁŽ Ł±Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ Ų£ŁŽŲ³Ł’Ų±ŁŽŁŁŁˆŲ§ŪŸ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰Ł°Ł“ Ų£ŁŽŁ†ŁŁŲ³ŁŁ‡ŁŁ…Ł’ Ł„ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŁ‚Ł’Ł†ŁŽŲ·ŁŁˆŲ§ŪŸ مِن Ų±Ł‘ŁŽŲ­Ł’Ł…ŁŽŲ©Ł Ł±Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł ۚ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ł±Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽ ŁŠŁŽŲŗŁ’ŁŁŲ±Ł Ł±Ł„Ų°Ł‘ŁŁ†ŁŁˆŲØŁŽ Ų¬ŁŽŁ…ŁŁŠŲ¹Ł‹Ų§ ۚ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ‡ŁŪ„ Ł‡ŁŁˆŁŽ Ł±Ł„Ł’ŲŗŁŽŁŁŁˆŲ±Ł Ł±Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ­ŁŁŠŁ…ŁĀ 


Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayangā€ (QS Az-Zumar: 53)


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Di dalam ajaran Islam banyak cara agar kita bisa optimis dalam menjalani kehidupan, khususnya di tengah pandemi ini. Di dalam QS Insyirah (kelapangan), Allah memberikan solusi agar kita terhindar dari sikap putus asa, dan serta merta memiliki sikap optimis dalam menata kehidupan kita.


Ų§ŁŽŁ„ŁŽŁ…Ū” Ł†ŁŽŲ“Ū”Ų±ŁŽŲ­Ū” Ł„ŁŽŁ€ŁƒŁŽ ŲµŁŽŲÆŪ”Ų±ŁŽŁƒŁŽŪ™


1. Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?


Ā ŁˆŁŽŁˆŁŽŲ¶ŁŽŲ¹Ū”Ł†ŁŽŲ§ Ų¹ŁŽŁ†Ū”ŁƒŁŽ ŁˆŁŲ²Ū”Ų±ŁŽŁƒŁŽŪ™


2. dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu,


Ā Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁ‰Ū”Ū¤ Ų§ŁŽŁ†Ū”Ł‚ŁŽŲ¶ŁŽ ŲøŁŽŁ‡Ū”Ų±ŁŽŁƒŁŽŪ™ā€


3. yang memberatkan punggungmu,


Ā ŁˆŁŽŲ±ŁŽŁŁŽŲ¹Ū”Ł†ŁŽŲ§ Ł„ŁŽŁ€ŁƒŁŽ Ų°ŁŁƒŪ”Ų±ŁŽŁƒŁŽŲ•


4. dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu.


ŁŁŽŲ§ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ł…ŁŽŲ¹ŁŽ Ų§Ł„Ū”Ų¹ŁŲ³Ū”Ų±Ł ŁŠŁŲ³Ū”Ų±Ł‹Ų§


5. Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan,


Ā Ų§ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ł…ŁŽŲ¹ŁŽ Ų§Ł„Ū”Ų¹ŁŲ³Ū”Ų±Ł ŁŠŁŲ³Ū”Ų±Ł‹Ų§ Ų•ā€


6. sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.


Ā ŁŁŽŲ§ŁŲ°ŁŽŲ§ ŁŁŽŲ±ŁŽŲŗŪ”ŲŖŁŽ ŁŁŽŲ§Ł†Ū”ŲµŁŽŲØŪ”Ū™


7. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),


Ā ŁˆŁŽŲ§ŁŁ„Ł°Ł‰ Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŁƒŁŽ ŁŁŽŲ§Ų±Ł’ŲŗŁŽŲØŁ’


8. dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.


Surat Al-Insyrah ini terdiri dari 8 ayat, termasuk Surat Makiyah dan diturunkan sesudah Surat adh-Dhuha. Sebutan populer sebagai surat ā€œAlam Nasyrahā€ diambil dari ayat pertama, yang berarti ā€œBukankah Kami telah melapangkan.ā€


Berkaitan dengan optimisme, Syekh Ahmad Musthafa al-Maraghi dalam tafsirnya Al-Maraghi mengungkapkan bahwa Surat al-Insyirah berisikan 4 maksud, yaitu:

  • Menguraikan segala kenikmatan yang telah diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.
  • Janji Allah untuk menghilangkan kesulitan dan cobaan yang dihadapi oleh beliau.
  • Diperintahkan kepada beliau agar tetap tekun dan terus menerus beramal saleh.
  • Pasrah diri semata-mata kepada-Nya dan menghadapkan segala harapan juga hanya kepada-Nya


Menurut KH M. Quraish Shihab, Surat al-Insyirah menegaskan bahwa setelah segala daya dan upaya dilakukan, barulah berserah diri diperlukan. Di sisi lain, usaha saja tidak cukup, melainkan harus dibarengi dengan doa dan harapan (optimis) kepada Allah. Kedua hal tersebut selalu menghiasi pribadi setiap Muslim, karena betapapun kuatnya, potensi manusia tetaplah terbatas. Hanya harapan tercurah kepada Allah yang dapat menjadikan ia bertahan menghadapi hempasan ombak kehidupan yang terkadang tak mengenal kasih. Demikian Surat al-Insyirah ini memulai ayat-ayatnya dengan menggambarkan anugerah ketenangan jiwa yang telah diperoleh Nabi Muhammad serta diakhiri dengan petunjuk yang dapat menghantarkan seseorang guna memperoleh ketenangan itu, terutama di tengah badai pandemi ini.


Demikian uraian, khutbah yang singkat ini. Semoga berbagai masalah yang menjadi dampak wabah Covid-19 bisa mendapatkan berbagai solusi yang dibutuhkan. Dengan membangun sikap optimis niscaya kita akan mendapatkan rahmat dan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan yang fana’ ini.


Ā ŲØŁŽŲ§Ų±ŁŽŁƒŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ł„ŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ فِي Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŲ±Ł’Ų¢Ł†Ł Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲøŁŁŠŁ’Ł…Ł, ŁˆŁŽŁ†ŁŽŁŁŽŲ¹ŁŽŁ†ŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŲ„ŁŁŠŁ‘ŁŽŲ§ŁƒŁŁ…Ł’ ŲØŁŁ…ŁŽŲ§ ŁŁŁŠŁ’Ł‡Ł Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ų¢ŁŠŁŽŲ§ŲŖŁ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų°Ł‘ŁŁƒŁ’Ų±Ł Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁƒŁŁŠŁ’Ł…Ł. Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ł‡ŁŁˆŁŽ Ų§Ł„ŲØŁŽŲ±Ł‘Ł Ų§Ł„ŲŖŁ‘ŁŽŁˆŁ‘ŁŽŲ§ŲØŁ Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ¤ŁŁˆŁ’ŁŁ Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ­ŁŁŠŁ’Ł…Ł.Ā 


Khutbah II


الحمد للهِ Ų¹ŁŽŁ„Ł‰ŁŽ Ų„ŁŲ­Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų“Ł‘ŁŁƒŁ’Ų±Ł Ł„ŁŽŁ‡Ł Ų¹ŁŽŁ„Ł‰ŁŽ ŲŖŁŽŁˆŁ’ŁŁŁŠŁ’Ł‚ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ§ŁŁ…Ł’ŲŖŁŁ†ŁŽŲ§Ł†ŁŁ‡Ł. ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł„Ų§ŁŽ Ų§ŁŁ„ŁŽŁ‡ŁŽ Ų„ŁŁ„Ų§Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł„Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ­Ł’ŲÆŁŽŁ‡Ł Ł„Ų§ŁŽ Ų“ŁŽŲ±ŁŁŠŁ’ŁƒŁŽ Ł„ŁŽŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£Ł†Ł‘ŁŽ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ‹Ų§ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„ŁŁ‡Ł Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŽŲ§Ų¹ŁŁŠŁ’ Ų„Ł„Ł‰ŁŽ Ų±ŁŲ¶Ł’ŁˆŁŽŲ§Ł†ŁŁ‡Ł. Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŲµŁŽŁ„Ł‘Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŁˆŁŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų§ŁŽŁ„ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲµŁ’Ų­ŁŽŲ§ŲØŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŁ…Ł’ ŲŖŁŽŲ³Ł’Ł„ŁŁŠŁ’Ł…Ł‹Ų§ ŁƒŁŲ«ŁŠŁ’Ų±Ł‹Ų§


Ų£ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁ ŁŁŽŁŠŲ§ŁŽ Ų§ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų³Ł Ų§ŁŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ ŁŁŁŠŁ’Ł…ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁ…ŁŽŲ±ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł†Ł’ŲŖŁŽŁ‡ŁŁˆŁ’Ų§ Ų¹ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲ§ Ł†ŁŽŁ‡ŁŽŁ‰ ŁˆŁŽŲ§Ų¹Ł’Ł„ŁŽŁ…ŁŁˆŁ’Ų§ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ų£ŁŽŁ…ŁŽŲ±ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ£ŁŽŁ…Ł’Ų±Ł ŲØŁŽŲÆŁŽŲ£ŁŽ ŁŁŁŠŁ’Ł‡Ł ŲØŁŁ†ŁŽŁŁ’Ų³ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ«ŁŽŁ€Ł†ŁŽŁ‰ ŲØŁŁ…ŁŽŁ„Ų¢ Ų¦ŁŁƒŁŽŲŖŁŁ‡Ł ŲØŁŁ‚ŁŲÆŁ’Ų³ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ ŲŖŁŽŲ¹Ų§ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ„Ų¢Ų¦ŁŁƒŁŽŲŖŁŽŁ‡Ł ŁŠŁŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„Ł‰ŁŽ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲØŁŁ‰ يآ Ų§ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų¢Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŁ’Ų§ ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŁˆŁ’Ų§ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŁ…ŁŁˆŁ’Ų§ ŲŖŁŽŲ³Ł’Ł„ŁŁŠŁ’Ł…Ł‹Ų§. Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŲµŁŽŁ„Ł‘Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ آلِ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŁ†Ų§ŁŽ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų§ŁŽŁ†Ł’ŲØŁŁŠŲ¢Ų¦ŁŁƒŁŽ ŁˆŁŽŲ±ŁŲ³ŁŁ„ŁŁƒŁŽ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ„Ų¢Ų¦ŁŁƒŁŽŲ©Ł Ų§Ł’Ł„Ł…ŁŁ‚ŁŽŲ±Ł‘ŁŽŲØŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ų±Ł’Ų¶ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų¹ŁŽŁ†Ł Ų§Ł’Ł„Ų®ŁŁ„ŁŽŁŁŽŲ§Ų”Ł Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ§Ų“ŁŲÆŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų£ŁŽŲØŁŁ‰ ŲØŁŽŁƒŁ’Ų±Ł ŁˆŁŽŲ¹ŁŁ…ŁŽŲ± ŁˆŁŽŲ¹ŁŲ«Ł’Ł…ŁŽŲ§Ł† ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŁ‰ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ†Ł’ ŲØŁŽŁ‚ŁŁŠŁ‘ŁŽŲ©Ł Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŲ­ŁŽŲ§ŲØŁŽŲ©Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„ŲŖŁ‘ŁŽŲ§ŲØŁŲ¹ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲŖŁŽŲ§ŲØŁŲ¹ŁŁŠ Ų§Ł„ŲŖŁ‘ŁŽŲ§ŲØŁŲ¹ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ł„ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ§ŁŲ­Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†Ł Ų§ŁŁ„ŁŽŁ‰ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…Ł Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁŠŁ’Ł†Ł ŁˆŁŽŲ§Ų±Ł’Ų¶ŁŽ Ų¹ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŲ§ Ł…ŁŽŲ¹ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ±ŁŽŲ­Ł’Ł…ŁŽŲŖŁŁƒŁŽ ŁŠŁŽŲ§ Ų£ŁŽŲ±Ł’Ų­ŁŽŁ…ŁŽ Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ§Ų­ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ


Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ اغْفِرْ Ł„ŁŁ„Ł’Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŽŲ§ŲŖŁ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŽŲ§ŲŖŁ Ų§Ł„Ų£ŁŽŲ­Ł’ŁŠŁŽŲ¢Ų”Ł Ł…ŁŁ†Ł’Ł‡ŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų£ŁŽŁ…Ł’ŁˆŁŽŲ§ŲŖŁŲŒ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁƒŁŽ Ų³ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ų¹ŁŒ Ł‚ŁŽŲ±ŁŁŠŁ’ŲØŁŒ Ł…ŁŽŲ¬ŁŁŠŁ’ŲØŁ Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŽŲ¹ŁŽŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ. Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų£ŁŽŲ¹ŁŲ²Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ų„ŁŲ³Ł’Ł„Ų§ŁŽŁ…ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ°ŁŁ„ŁŽŁ‘ Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŲ±Ł’ŁƒŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ“Ł’Ų±ŁŁƒŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł†Ł’ŲµŁŲ±Ł’ Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽŁƒŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŁˆŁŽŲ­Ł‘ŁŲÆŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ®Ł’Ł„ŁŲµŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ų®Ł’Ų°ŁŁ„Ł’ Ł…ŁŽŁ†Ł’ Ų®ŁŽŲ°ŁŽŁ„ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŲÆŁŽŁ…Ł‘ŁŲ±Ł’ Ų£ŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁŽŲ¢Ų¦ŁŽŁ†ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁŽŲ¢Ų”ŁŽ Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁŠŁ’Ł†Ł ŁˆŲ£ŁŽŲ¹Ł’Ł„Ł ŁƒŁŽŁ„ŁŁ…ŁŽŲ§ŲŖŁŁƒŁŽ Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‰ ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…Ł Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁŠŁ’Ł†Ł. Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų§ŲÆŁ’ŁŁŽŲ¹Ł’ Ų¹ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł’ŲØŁŽŁ„Ų§ŁŽŲ”ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŁˆŁŽŲØŁŽŲ§Ų”ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų²Ł‘ŁŽŁ„Ų§ŁŽŲ²ŁŁ„ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ­ŁŽŁ†ŁŽ ŁˆŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ų”ŁŽ Ų§Ł„Ł’ŁŁŲŖŁ’Ł†ŁŽŲ©Ł Ł…ŁŽŲ§ ŲøŁŽŁ‡ŁŽŲ±ŁŽ Ł…ŁŁ†Ł’Ł‡ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ·ŁŽŁ†ŁŽ Ų¹ŁŽŁ†Ł’ ŲØŁŽŁ„ŁŽŲÆŁŁ†Ų§ Ų„ŁŁ†Ł’ŲÆŁŁˆŁ’Ł†ŁŁŠŁ’Ų³ŁŁŠŁŽŲ§ Ų®ŁŽŲ¢ŲµŁ‘ŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ†Ł’ Ų³ŁŽŲ§Ų¦ŁŲ±Ł Ų§Ł„Ł’ŲØŁŁ„Ł’ŲÆŁŽŲ§Ł†Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų¹ŁŽŲ¢Ł…Ł‘ŁŽŲ©Ł‹ ŁŠŁŽŲ§ Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ اللهم أرنا الحق حقاً ŁˆŲ§Ų±Ų²Ł‚Ł†Ų§ اتباعه ŁˆŲ£Ų±Ł†Ų§ الباطل باطلاً ŁˆŲ§Ų±Ų²Ł‚Ł†Ų§ اجتنابه. Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ų¢ŲŖŁŁ†ŁŽŲ§ فِي Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁ†Ł’ŁŠŁŽŲ§ Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†ŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁŽŁŁŁŠ Ų§Ł„Ų¢Ų®ŁŲ±ŁŽŲ©Ł Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†ŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁŽŁ‚ŁŁ†ŁŽŲ§ Ų¹ŁŽŲ°ŁŽŲ§ŲØŁŽ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų±Ł.
Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽ اللهِ! Ų„ŁŁ†ŁŽŁ‘ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ ŁŠŁŽŲ£Ł’Ł…ŁŲ±Ł ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲÆŁ’Ł„Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų„ŁŲ­Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†Ł ŁˆŁŽŲ„ŁŁŠŁ’ŲŖŁŽŲ¢Ų”Ł ذِي Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŲ±Ł’ŲØŁŽŁ‰ ŁˆŁŽŁŠŁŽŁ†Ł’Ł‡ŁŽŁ‰ Ų¹ŁŽŁ†Ł Ų§Ł„Ł’ŁŁŽŲ­Ł’Ų“ŁŽŲ¢Ų”Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŁ†Ł’ŁƒŁŽŲ±Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŲØŁŽŲŗŁ’ŁŠŁ ŁŠŁŽŲ¹ŁŲøŁŁƒŁŁ…Ł’ Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŽŲ°ŁŽŁƒŁ‘ŁŽŲ±ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽŲŒ ŁˆŁŽŲ§Ų°Ł’ŁƒŁŲ±ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲøŁŁŠŁ’Ł…ŁŽ ŁŠŁŽŲ°Ł’ŁƒŁŲ±Ł’ŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ§Ų“Ł’ŁƒŁŲ±ŁŁˆŁ’Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ł†ŁŲ¹ŁŽŁ…ŁŁ‡Ł ŁŠŁŽŲ²ŁŲÆŁ’ŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ§Ų³Ł’Ų¦ŁŽŁ„ŁŁˆŁ’Ł‡Ł مِنْ ŁŁŽŲ¶Ł’Ł„ŁŁ‡Ł ŁŠŁŲ¹Ł’Ų·ŁŁƒŁ…ŲŒ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ°ŁŁƒŲ±Ł اللهِ Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł Ā 


Rakimin Al-Jawiy, S.Pd.I, M.Si, Dosen Psikologi Islam UNUSIA Jakarta