Khutbah Jumat: Keluarga Merupakan Miniatur Berbangsa dan Bernegara
NU Online · Kamis, 29 Agustus 2024 | 08:30 WIB
M Syarofuddin Firdaus
Kolomnis
Maraknya perselingkuhan dan KDRT akhir-akhir ini mengesankan pernikahan tidak sakral lagi. Pernikahan dinilai hanya sebatas aktivitas dan rutinitas biasa bagi manusia normal. Akibatnya, pasangan suami istri sekadar menjalaninya sebagai formalitas belaka. Nilai, ruh, dan tujuan pernikahan menjadi korban dari persepsi semacam itu.
Dalam rangka inilah khutbah Jumat saat ini mengusung topik: “Keluarga merupakan Miniatur Berbangsa dan Bernegara.” Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ مُحَمَّدٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ الْقَائِمِ بِحُقُوْقِ اللهِ وَلَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ وَعَلَى أَلِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ...
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَايَحْتَسِبُ.
Para hadirin jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah...
Sudah sepatutnya segala pujian yang ditujukan kepada kita dikembalikan kepada pemilik aslinya, yakni Allah SWT. Sebab pada sejatinya hanya Allah yang layak dipuji dan disanjung karena Dia merupakan Dzat yang Maha Sempurna dan Maha Segala-galanya.
Kemudian, salawat dan salam semoga kita senantiasa istiqamah menghaturkannya untuk baginda Nabi Muhammad SAW, begitu juga bagi para keluarga dan sahabatnya. Mereka semua adalah panutan kita dalam menjalankan agama dan kehidupan di dunia ini. Kita selaku generasi penerus sudah sewajarnya meniru jejak dan suri teladan yang telah dicontohkan oleh mereka.
Tentu saja panutan yang paling bisa kita tiru adalah menjaga kualitas ketakwaan dalam kondisi apa pun. Bisa dikatakan bahwa tidak ada lagi alasan bagi kita untuk tidak menaati perintah dan menjauhi larangan agama ini, meskipun kita menghadapi keadaan yang begitu berat. Bahkan di situlah ujian keistiqamahan bertakwa sebenarnya.
Para hadirin hafidzakumullah...
Pada dasarnya ajaran Islam selalu senafas dengan fitrah manusia. Seperti kebutuhan biologis yang pada umumnya tidak bisa dihindari oleh manusia. Hanya saja kebutuhan ini bagi Islam tidak boleh direalisasikan secara serampangan. Oleh karenanya, Islam membuat sekian aturan dalam masalah ini, yang dihimpun dalam topik bernama pernikahan.
Bagi agama kita, pernikahan bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan biologis saja. Ketika laki-laki dan perempuan mengikatkan diri dalam tali pernikahan, maka mereka telah melakukan kesepakatan yang serius. Dalam Al-Quran diistilahkan dengan Mitsaqan Ghalidhan, sebagaimana dalam surat An-Nisa’ ayat 21:
وَكَيْفَ تَأْخُذُونَهُ وَقَدْ أَفْضَى بَعْضُكُمْ إِلَى بَعْضٍ وَأَخَذْنَ مِنْكُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا
Artinya, “Dan bagaimana kamu akan mengambil kembali, padahal kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai suami istri). Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) dari kamu.”
Di dalam kitab Tafsir Jalalain disebutkan bahwa arti Mitsaq adalah janji atau komitmen, sedangkan Ghalidhan bermakna kuat atau tegas. Mengingat pernikahan itu adalah komitmen yang kuat, makanya Allah menyuruh kepada para lelaki untuk menahan istrinya agar tidak sampai diceraikan dengan berprilaku baik kepada mereka.
Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah...
Melalui ayat ini, Imam as-Suyuthi di dalam kitab tafsirnya tersebut hendak menegaskan bahwa Mitsaqan Ghalidhan adalah prinsip dasar yang harus dipahami oleh seorang Muslim yang hendak menikah. Ketika prinsip ini disadari, maka sudah seyogyanya masing-masing pihak akan serius dalam membangun rumah tangganya.
Begitu juga, pernikahan tidak lagi dinilai sebagai formalitas dan aktivitas rutinan dalam fase kehidupan manusia. Sebab dengan berangkat dari prinsip tadi, bagi Islam pernikahan mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Setidaknya misi tersebut terangkum dalam istilah yang sudah populer di kalangan kita: Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah.
Hanya saja, pertanyaannya sekarang: bagaimana cara dapat meraih misi agung tersebut?
Para hadirin hafidzakumullah...
Sebagai bentuk tanggung jawab, agama kita, dalam hal ini Nabi Muhammad telah memberikan trik untuk menjawab pertanyaan tadi. Setidaknya ada dua cara yang pernah disampaikan Nabi dalam sabdanya:
تُنْكَحُ المَرْأَةُ لأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
Artinya, “Seorang perempuan dinikahi karena empat perkara: hartanya, nasabnya, parasnya, dan agamanya. Maka pilihlah berdasarkan agamanya maka segala urusanmu akan sirna.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Serta hadits:
قِيلَ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ؟ قَالَ: الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلاَ تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
Artinya, “Nabi pernah ditanya: bagaimana ciri perempuan yang baik (shalihah)? Nabi menjawab: yaitu perempuan yang enak dipandang, yang taat ketika disuruh, dan yang dapat menjaga kehormatan dan hartanya.” (HR. An-Nasai)
Nabi Muhammad melalui dua sabdanya ini hendak mengajarkan kepada kita bahwa pernikahan merupakan perjalanan hidup yang panjang, sehingga seyogyanya dalam menapaki perjalanan tersebut mencari pasangan yang baik dan tepat. Layaknya sebuah perjalanan pasti banyak aral yang melintang, maka ketika pasangannya baik dan tepat akan mudah menghadapi berbagai aral tersebut.
Jamaah yang dimuliakan Allah...
Pernikahan merupakan cara membangun sebuah komunitas sosial paling kecil dalam berbangsa dan bernegara, yang disebut dengan keluarga. Komunitas sosial ini meskipun berada di posisi paling rendah dalam tingkatan sosial masyarakat namun memiliki andil yang luar biasa bagi perkembangan sebuah negara-bangsa.
Ketika sebuah keluarga diisi oleh anggota yang berperilaku baik, maka orang-orang di sekitarnya akan merasa nyaman dan aman. Dengan begitu, praktik-praktik sosial dan interaksinya dapat terjalin dengan harmonis dan guyub. Dan ini berlanjut pada skala yang lebih besar: desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara. Hal ini juga berlaku sebaliknya.
Bukankah setiap kita menginginkan rumah yang damai dan tentram?
Oleh karena itu, dengan memilih pasangan sebagaimana riwayat hadis Nabi tadi, kemudian keluarga yang kita bangun dapat mencapai misi pernikahan yang diajarkan agama kita, keluarga kita telah memberikan kontribusi nyata bagi bangsa dan negara.
Mungkin hal ini tampak sederhana, namun pada kenyataannya tidak semua dari kita mampu melakukannya. Hal ini tentu dilatarbelakangi oleh banyak faktor, sehingga tidak mesti karena pasangan kita tidak sesuai dengan apa yang dianjurkan Nabi tadi.
Namun terlepas dari apa pun faktornya, setidaknya mulai saat ini marilah kita bertekad untuk membangun keluarga yang lebih baik. Kita selaku kepala rumah tangga yang menakhodai anggota keluarga kita memiliki kendali penuh atas perjalanan kapal yang kita lakukan.
Jamaah kaum Muslimin yang dirahmati Allah...
Selain yang telah disebutkan tadi, ada satu hal yang juga tidak kalah penting patut kita perhatikan. Bahkan ini menjadi dasar pondasi untuk berjalan bersama mengarungi bahtera rumah tangga. Hal tersebut adalah bagaimana merawat rasa cinta dan kasih sayang terhadap pasangan selaku mitra dalam pernikahan. Di dalam kitab ar-Risalah al-Qusyairyah juz 1 halaman 100, ÷mam al-Qusyairi menulis sebuah ungkapan yang berbunyi:
شَجَرَةُ الْمَحَبَّةِ تُسْقَى بِمَاءِ الْاِتِّفَاقِ وَالْمُوَافَقَةِ
ِArtinya, “Pohon cinta (seyogyanya) disirami dengan air kesepakatan dan keselarasan.”
Maka sepasang suami istri sudah semestinya harus saling bersepakat dan berselaras dalam setiap perilaku yang berhubungan dengan stabilitas rumah tangganya. Sepakat dan selaras ini bukan berarti sama dan seirama, melainkan saling memaklumi satu sama lain. Dengan begitu rasa cinta dan kasih sayang akan dapat tumbuh subur, sehingga rumah tangga yang dibangun akan langgeng.
Bahkan bukan sekadar langgeng, tapi juga dapat meneduhkan orang-orang di sekitarnya. Dari kelompok sosial terkecil inilah peradaban sebuah bangsa dan negara dibentuk. Meskipun kecil namun banyak, maka ia akan menjadi representasi sekaligus memberikan sumbangsih untuk kemajuan bangsa dan negaranya.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَبِهِ وَ كَفَرَ، وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقَ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلَّمُ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً۰ اَمَّابَعْدُ.
فَيَاعِبَادَ ﷲ... اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَاتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرٍ.
إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيْمًا: ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّٰﻪَ ﻭَﻣَﻼَﺋِﻜَﺘَﻪُ ﻳُﺼَﻠُّﻮْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ، ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮْﺍ ﺻَﻠُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮْﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴْﻤًﺎ ...
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ وَسَلِّمْ ﻋَﻠَﻰسَيِّدِنَا ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁلهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْن
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأْهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، اللهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ،
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Ustadz M. Syarofuddin Firdaus, Dosen Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus-Sunnah Ciputat
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
6
Ribuan Ojol Gelar Aksi, Ini Tuntutan Mereka ke Pemerintah dan Aplikator
Terkini
Lihat Semua