Khutbah

Khutbah Jumat: Agar Tak Berlarut-larut dalam Kesedihan

NU Online  Ā·  Kamis, 10 September 2020 | 10:45 WIB

Khutbah Jumat: Agar Tak Berlarut-larut dalam Kesedihan

Tatkala Allah menakdirkan sesuatu yang membuat kita bersedih, yakinlah bahwa Allah selalu ada untuk kita dan membersamai kita.

Khutbah I

Ā 

Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ Ł„ŁŁ„Ł‡ŁŲŒ Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ لِلهِ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’ Ų®ŁŽŁ„ŁŽŁ‚ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų„Ł†Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŁ‡Ł Ų§Ł„Ł’ŲØŁŽŁŠŁŽŲ§Ł†ŲŒ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’ Ų¬ŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŁ„Ł’Ł…ŁŽ Ų³ŁŽŲØŁŽŲØŁŽ Ł„ŁŲµŁŲ­Ł‘ŁŽŲ©Ł Ų§Ł„Ł’Ų„ŁŲ³Ł’Ł„ŁŽŲ§Ł…Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų„ŁŁŠŁ’Ł…ŁŽŲ§Ł†ŁŲŒ Ų£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł„Ų¢Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‡ŁŽ Ų„ŁŁ„Ų§Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ­Ł’ŲÆŁŽŁ‡Ł Ł„Ų§ŁŽ Ų“ŁŽŲ±ŁŁŠŁ’ŁƒŁŽ Ł„ŁŽŁ‡Ł Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ„ŁŁŠŁ’Ł…Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŲ§ Ł†ŲŒ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ‹Ų§ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„ŁŁ‡Ł Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’ Ų£ŁŽŲøŁ’Ł‡ŁŽŲ±ŁŽ Ų£Ł„ŲÆŁ‘ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ‚Ł‘Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŲ§ ئِرِ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲÆŁ’ŁŠŁŽŲ§Ł†ŲŒ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŲµŁŽŁ„Ł‘Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŁ…Ł’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁŁƒŁŽ ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„ŁŁƒŁŽ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲÆŁ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲÆŁ’Ł†ŁŽŲ§Ł†ŲŒ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų§ŁŽŁ„ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲµŁŽŲ­Ł’ŲØŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ†Ł’ ŲŖŁŽŲØŁŲ¹ŁŽ Ł‡ŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ„ŁŲ­Ł’Ų³ŁŽŲ§ Ł†Ł Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‰ ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…Ł ŁŠŁŲ­Ł’Ų“ŁŽŲ±Ł Ų§Ł„Ł’Ų„ŁŁ†Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†ŲŒ Ų£Ł…Ł‘ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁŲŒ ŁŁŽŁŠŁŽŲ¢Ų£ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł’Ų„ŁŲ®Ł’ŁˆŁŽŲ§Ł†ŲŒ Ų±ŁŽŲ­ŁŁ…ŁŽŁƒŁŁ…Ł Ų§Ł„Ł„Ł‡ŲŒ Ų£ŁŁˆŁ’ŲµŁŁŠŁ’Ł†ŁŁŠŁ’ Ł†ŁŽŁŁ’Ų³ŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŲ„ŁŠŁ‘ŁŽŲ§ŁƒŁŁ…Ł’ ŲØŁŲŖŁŽŁ‚Ł’ŁˆŁŽŁ‰ اللهِ ŁˆŁŽŲ·ŁŽŲ§Ų¹ŁŽŲŖŁŁ‡Ł Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŲ±Ł’Ų­ŁŽŁ…ŁŁˆŁ’Ł†ŲŒ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŲŖŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰: Ų£ŁŽŲ¹ŁŁˆŁ’Ų°ŁŲØŁŲ§Ł„Ł„Ł‡Ł Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŁŠŁ’Ų·ŁŽŲ§Ł†Ł Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ¬ŁŁŠŁ’Ł…ŁŲŒ بِسْمِ اللهِ Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ­Ł’Ł…Ł†Ł Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ­ŁŁŠŁ’Ł…ŁŲŒ ŁˆŁŽŁ„Ų§ŁŽ ŲŖŁŽŁ‡ŁŁ†ŁŁˆŲ§ ŁˆŁŽŁ„Ų§ŁŽ ŲŖŁŽŲ­Ł’Ų²ŁŽŁ†ŁŁˆŲ§ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†ŲŖŁŁ…Ł Ų§Ł„Ų£ŁŽŲ¹Ł’Ł„ŁŽŁˆŁ’Ł†ŁŽ ؄ِن ŁƒŁŁ†ŲŖŁŁ… Ł…Ł‘ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŁŠŁ†ŁŽ (Ų§Ł„ عمران: ٔ٣٩)Ł€

Ā 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Sedih merupakan bagian dari fitrah manusia. Tak satu pun manusia bisa lepas dari kesedihan, termasuk para nabi dan rasul. Semua orang hampir bisa dipastikan pernah mengalami yang namanya sedih.

Ā 

Nabi Ya’kub sedih dikarenakan kehilangan Nabi Yusuf ā€˜alaihissalam, Nabi Nuh ā€˜alaihissalam sedih karena kehilangan anak dan istrinya. Bahkan Nabi Muhammad shallallahu ā€˜alaihi wasallam pun bersedih tatkala kehilangan istri dan paman tercintanya, Abu Thalib, sehingga masa-masa itu disebut dengan "ammul huzniā€ (tahun kesedihan). Namun, kesedihan nabi dan rasul tidak melampaui batas dan melemahkan iman.

Ā 

Ini berbeda dari sikap umatnya yang kadang tak memahami batas-batas kesedihan, terlalu larut dalam kegundahan, sampai-sampai ada yang berubah sikap dan karakter secara signifikan. Biasanya, yang mengalami keadaan seperti itu adalah mereka yang gersang jiwanya, lemah agamanya, dan minim pengetahuannya, tetapi besar harapan dan angan-angannya, sehingga tatkala apa yang sangat dicintainya hilang, ia seperti tak punya pegangan. Ada yang menjerit-jerit, stres, depresi, bahkan putus asa dan bunuh diri.

Ā 

Secara psikologis, kesedihan adalah suatu emosi yang ditandai oleh perasaan tidak beruntung, kehilangan, dan ketidakberdayaan. Saat sedih manusia sering menjadi lebih diam, kurang bersemangat, dan menarik diri.

Ā 

Allah subhanahu wata’ala memberikan motivasi kepada orang yang beriman melalui firman-Nya:

Ā 

ŁˆŁŽŁ„Ų§ŁŽ ŲŖŁŽŁ‡ŁŁ†ŁŁˆŲ§ ŁˆŁŽŁ„Ų§ŁŽ ŲŖŁŽŲ­Ł’Ų²ŁŽŁ†ŁŁˆŲ§ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†ŲŖŁŁ…Ł Ų§Ł„Ų£ŁŽŲ¹Ł’Ł„ŁŽŁˆŁ’Ł†ŁŽ ؄ِن ŁƒŁŁ†ŲŖŁŁ… Ł…Ł‘ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŁŠŁ†ŁŽ

Ā 

ā€œJanganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang berimanā€ (QS. Ali Imran [3]: 139).

Ā 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Syekh Imam Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nashaihul Ibad menjelaskan:

Ā 

Ł‡ŁŽŁ…Ł‘Ł Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁ†Ł’ŁŠŁŽŲ§ ŲØŁŲøŁŁ„Ł’Ł…Ł Ų§Ł„Ł‚ŁŽŁ„Ł’ŲØŁ ŁˆŁŽŁ‡ŁŽŁ…Ł‘Ł Ų§Ł„Ų¢Ų®ŁŲ±ŁŽŲ©Ł ŲØŁŁ†ŁŁˆŁ’Ų±Ł Ų§Ł„Ł‚ŁŽŁ„Ł’ŲØŁ

Ā 

ā€œSedih karena urusan dunia maka hati menjadi gelap dan sedih karena akhirat maka hati menjadi terang.ā€

Ā 

Kesedihan akan keterpurukan sandang, pangan, papan, dan pasangan, bila tak disikapi dengan ikhtiar, syukur, sabar, qana’ah dan tawakal hanya akan membuat hati semakin gundah gulana. Hati menjadi gelap dan bisa terjerembab dalam perbuatan maksiat. Terbukti, di tengah pandemi ini banyak kriminalitas seperti pencurian, penipuan, penjambretan bahkan KDRT juga semakin meningkat tajam.

Ā 

Namun sebaliknya, kesedihan karena perkara-perkara ukhrawi akan menjadi hati semakin bening, bercahaya dan memancarkan pesona perilaku yang mulia. Hingga, pandemi dipahami sebagai media ujian sekaligus peringatan bagi setiap hamba. Ia sibuk memikirkan bagaimana cara meningkatkan ibadah, baik secara kualitas maupun kuantitas. Seseorang yang sedih memikirkan akhirat akan mendorong dirinya untuk tadzkiratul maut (mengingat mati), menyempurnakan shalat, memperbanyak puasa, memantapkan dzikir dan memperbanyak sedekah, serta memperkaya doa apa saja, khususnya doa dan shalawat hadapi wabah Covid – 19.

Ā 

Tafsir terhadap ayat-ayat tentang hazan (kesedihan) mengungkap bahwa sebab-sebab bersedih itu antara lain: (1) karena jauh dari Allah (2) dosa kemaksiatan (3) dan tidak mampu berbuat kebaikan. Lalu bagaimanakah Islam memberikan solusi untuk menghilangkan kesedihan? Ada beberapa amalan yang dapat dilakukan, yakni:

Ā 

1. Jangan sedih, Allah bersama kita

Ā 

... Ł„ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŲ­Ł’Ų²ŁŽŁ†Ł’ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽ Ł…ŁŽŲ¹ŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ū– ŁŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł’Ų²ŁŽŁ„ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų³ŁŽŁƒŁŁŠŁ†ŁŽŲŖŁŽŁ‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁŠŁ‘ŁŽŲÆŁŽŁ‡Ł ŲØŁŲ¬ŁŁ†ŁŁˆŲÆŁ Ł„ŁŽŁ…Ł’ ŲŖŁŽŲ±ŁŽŁˆŁ’Ł‡ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ¬ŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽ ŁƒŁŽŁ„ŁŁ…ŁŽŲ©ŁŽ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ ŁƒŁŽŁŁŽŲ±ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ų³Ł‘ŁŁŁ’Ł„ŁŽŁ‰Ł°

Ā 

ā€œJangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita. Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah (QS At-Taubah: 40).

Ā 

Tidak ada kejadian dan kesedihan melainkan dengan izin Allah. Tatkala Allah menakdirkan sesuatu yang membuat kita bersedih, yakinlah bahwa Allah selalu ada untuk kita dan membersamai kita dalam suka maupun duka. Secara tauhid, kita harus mengesakan Allah dan menyandarkan diri kepada-Nya (ash-Shamad, Sang Tempat Bersandar). Jika kita menyertakan Allah dalam setiap helaan napas dan seluruh aktivitas kita, maka secara psikologis kita akan terhindar dari setiap kesedihan yang mendera, karena Allah tidak akan menyia-nyiakan orang yang beriman dan beramal shaleh.

Ā 

2. Mempedomani Al-Qur'an

Ā 

Ł‚ŁŁ„Ł’Ł†ŁŽŲ§ Ų§Ł‡Ł’ŲØŁŲ·ŁŁˆŲ§Ł’ Ł…ŁŁ†Ł’Ł‡ŁŽŲ§ Ų¬ŁŽŁ…ŁŁŠŲ¹Ų§Ł‹ ŁŁŽŲ„ŁŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲ£Ł’ŲŖŁŁŠŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁƒŁŁ… Ł…Ł‘ŁŁ†Ł‘ŁŁŠ Ł‡ŁŲÆŁ‹Ł‰ ŁŁŽŁ…ŁŽŁ† ŲŖŁŽŲØŁŲ¹ŁŽ Ł‡ŁŲÆŁŽŲ§ŁŠŁŽ ŁŁŽŁ„Ų§ŁŽ Ų®ŁŽŁˆŁ’ŁŁŒ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡ŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŁ„Ų§ŁŽ Ł‡ŁŁ…Ł’ ŁŠŁŽŲ­Ł’Ų²ŁŽŁ†ŁŁˆŁ†ŁŽ

Ā 

ā€œKami berfirman: ā€˜Turunlah kamu semuanya dari surga itu!’ Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.ā€ (QS: Al-Baqarah [2]: 38).

Ā 

Ayat ini memerintahkan Nabiyullah Adam ā€˜alaihissalam, istri, dan keturunannya kelak agar turun ke bumi. Di bumi itu manusia akan diberikan Allah berbagai tugas dan kewajiban. Apabila tugas itu datang dari Allah melalui petunjuk Al-Qur’an, maka manusia tidak akan ditimpa ketakutan dan dirundung kesedihan. Sebab Allah tidak akan menyia-nyiakan orang yang patuh dalam amal kebaikan.

Ā 

Untuk itu tadabburilah Al-Qur’an dengan membaca dan mempelajari isinya serta mengamalkan perintah-Nya. Membaca Al-Qur’an dan memahami artinya akan menjadi obat hati terutama obat kesedihan yang telah kita rasakan.

Ā 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Ā 

3. Mengikuti Jejak Nabi (Ittiba')

Ā 

ŁŠŁŽŲ§ ŲØŁŽŁ†ŁŁŠ Ų¢ŲÆŁŽŁ…ŁŽ Ų„ŁŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲ£Ł’ŲŖŁŁŠŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ Ų±ŁŲ³ŁŁ„ŁŒ Ł…Ł‘ŁŁ†ŁƒŁŁ…Ł’ ŁŠŁŽŁ‚ŁŲµŁ‘ŁŁˆŁ†ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’ŁƒŁŁ…Ł’ Ų¢ŁŠŁŽŲ§ŲŖŁŁŠ ŁŁŽŁ…ŁŽŁ†Ł Ų§ŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŽŁ‰ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲµŁ’Ł„ŁŽŲ­ŁŽ ŁŁŽŁ„Ų§ŁŽ Ų®ŁŽŁˆŁ’ŁŁŒ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡ŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŁ„Ų§ŁŽ Ł‡ŁŁ…Ł’ ŁŠŁŽŲ­Ł’Ų²ŁŽŁ†ŁŁˆŁ†ŁŽ

Ā 

ā€œHai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.ā€ (QS: Al-A’raaf [7]: 35).

Ā 

Banyak risalah para nabi, khususnya baginda Nabi Muhammad shallallahu ā€˜alaihi wasallam yang menghantarkan pada ketaqwaan dan perbaikan diri, termasuk amalan yang dapat mengatasi kesedihan. Setidaknya, ada dua amalan yang bersumber dari hadits dan bisa mengeluarkan kita dari kesedihan, yakni melazimkan diri untuk beristighfar dan berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala.

Ā 

Ł…ŁŽŁ†Ł’ Ł„ŁŽŲ²ŁŁ…ŁŽ Ų§Ł„ŁŲ§Ų³Ł’ŲŖŁŲŗŁ’ŁŁŽŲ§Ų±ŁŽ Ų¬ŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽ Ų§Ł„Ł„ŁŽŁ‡Ł Ł„ŁŽŁ‡Ł مِنْ ŁƒŁŁ„Ł‘Ł Ų¶ŁŁŠŁ‚Ł Ł…ŁŽŲ®Ł’Ų±ŁŽŲ¬Ł‹Ų§ŲŒ ŁˆŁŽŁ…ŁŁ†Ł’ ŁƒŁŁ„Ł‘Ł Ł‡ŁŽŁ…Ł‘Ł ŁŁŽŲ±ŁŽŲ¬Ł‹Ų§ŲŒ ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ²ŁŽŁ‚ŁŽŁ‡Ł مِنْ Ų­ŁŽŁŠŁ’Ų«Ł Ł„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲ­Ł’ŲŖŁŽŲ³ŁŲØŁ

Ā 

ā€œSiapa yang melazimkan beristighfar, maka Allah jadikan baginya jalan keluar atas segala kesulitannya. Allah juga akan memberikan kelapangan atas segala kesempitan dan kesusahannya. Serta memberinya rezeki dari jalan yang tak disangka-sangkaā€ (HR Abu Dawud, an-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Hakim).

Ā 

Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ اِنِّى Ų§ŁŽŲ¹ŁŁˆŁ’Ų°Ł ŲØŁŁƒŁŽ Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł‡ŁŽŁ…Ł‘Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų­ŁŽŲ²ŁŽŁ†ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ§ŁŽŲ¹ŁŁˆŲ°Ł ŲØŁŁƒŁŽ Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲ¬Ł’Ų²Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŁƒŁŽŲ³ŁŽŁ„ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ§ŁŽŲ¹ŁŁˆŲ°Ł ŲØŁŁƒŁŽ Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŲØŁ’Ł†Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŲØŁŲ®Ł’Ł„Ł ŁˆŁŽŲ§ŁŽŲ¹ŁŁˆŲ°Ł ŲØŁŁƒŁŽ مِنْ ŲŗŁŽŁ„ŁŽŲØŁŽŲ©Ł Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŽŁŠŁ’Ł†Ł ŁˆŁŽŁ‚ŁŽŁ‡Ł’Ų±Ł الرِّ Ų¬ŁŽŲ§Ł„Ł

Ā 

ā€œYa Allah, aku berlindung pada-Mu dari rasa sedih dan gelisah, aku berlindung dari sifat lemah dan malas, dan aku berlindung padamu dari sikap pengecut dan bakhil, dan aku berlindung pada-Mu dari cengkeraman utang dan penindasan orangā€Ā (HR al-Bukhari).

Ā 

4. Istiqamah

Ā 

Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŁˆŲ§ Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŁ†ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų«ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų§Ų³Ł’ŲŖŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ł…ŁŁˆŲ§ ŲŖŁŽŲŖŁŽŁ†ŁŽŲ²Ł‘ŁŽŁ„Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡ŁŁ…Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų¦ŁŁƒŁŽŲ©Ł Ų£ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŲ®ŁŽŲ§ŁŁŁˆŲ§ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŲ­Ł’Ų²ŁŽŁ†ŁŁˆŲ§ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲØŁ’Ų“ŁŲ±ŁŁˆŲ§ ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ų¬ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŲ©Ł Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲŖŁŁŠ ŁƒŁŁ†ŲŖŁŁ…Ł’ ŲŖŁŁˆŲ¹ŁŽŲÆŁŁˆŁ†ŁŽ

Ā 

ā€œSesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ā€˜Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: ā€œJanganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamuā€ (QS. Fushshilat [41]: 30).

Ā 

Seseorang dengan keimanan dan keistiqamahan yang tinggi akan selalu konsisten dalam perilakunya. Artinya dia akan berperilaku taat hukum, konsisten dengan idealismenya dan tidak pernah meninggalkan prinsip yang dia pegang meskipun dia harus berhadapan dengan resiko maupun tantangan. Selanjutnya, seseorang yang istiqamah akan dapat mengontrol dirinya dengan baik. Dia tetap konsisten dengan keimananannya, dan juga memiliki pikiran positif, dan tidak pernah kembali ke belakang meskipun dia dalam situasi yang betul-betul tertekan. Gaya perilaku ini bisa menciptakan kepercayaan diri, integritas, dan kemampuan mengendalikan kesedihan yang tak terperihkan.
Ā 

Kiranya ulasan khutbah ini memberikan manfaat nyata dalam kehidupan kita. Dengan berbagai amalan tersebut diatas dapat menghilangkan diri kita dari kesedihan yang menimpa, terutama menghadapi efek wabah Covid-19 yang berkepanjangan ini.

Ā 

Ų¬ŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ„ŁŁŠŁ‘ŁŽŲ§ŁƒŁŁ…Ł’ Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł’ŁŁŽŲ§ Ų¦ŁŲ²ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¢Ł…ŁŁ†ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽŲŒ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲÆŁ’Ų®ŁŽŁ„ŁŽŁ†ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ„ŁŁŠŁ‘ŁŽŲ§ŁƒŁŁ…Ł’ ŁŁŁŠŁ’ Ų²ŁŁ…Ł’Ų±ŁŽŲ©Ł Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŲ§ ŲØŁŲ±ŁŁŠŁ’Ł†. بِسْمِ اللهِ Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ­Ł’Ł…Ł†Ł Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ­ŁŁŠŁ’Ł…ŁŲŒ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų„ŁŁ†Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†ŁŽ Ų®ŁŁ„ŁŁ‚ŁŽ Ł‡ŁŽŁ„ŁŁˆŲ¹Ł‹Ų§ (ٔ٩) Ų„ŁŲ°ŁŽŲ§ Ł…ŁŽŲ³Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŲ±Ł‘Ł Ų¬ŁŽŲ²ŁŁˆŲ¹Ł‹Ų§ (٢٠) ŁˆŁŽŲ„ŁŲ°ŁŽŲ§ Ł…ŁŽŲ³Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų§Ł„Ł’Ų®ŁŽŁŠŁ’Ų±Ł Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŲ¹Ł‹Ų§ (٢ٔ) Ų„ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŁŠŁ†ŁŽ. ŁˆŁŽŁ‚ŁŁ„Ł’ Ų±Ł‘ŁŽŲØŁ‘Ł اغْفِرْ ŁˆŁŽŲ§Ų±Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŽ Ų®ŁŽŁŠŁ’Ų±Ł Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ§ Ų­ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ

Ā 

Khutbah II

Ā 

Ų§ŁŽŁ„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ للهِ Ų±ŁŽŲØŁ‘Ł Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽŲŒ ŁˆŁŽŲØŁŁ‡Ł Ł†ŁŽŲ³Ł’ŲŖŁŽŲ¹ŁŁŠŁ’Ł†Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų£ŁŁ…ŁŁˆŁ’Ų±Ł Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁ†Ł’ŁŠŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁŠŁ’Ł†Ł. Ų£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł„Ų§ŁŽ Ų„ŁŁ„Ł‡ŁŽ Ų„ŁŁ„Ų§Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ­Ł’ŲÆŁŽŁ‡Ł Ł„Ų§ŁŽ Ų“ŁŽŲ±ŁŁŠŁ’ŁƒŁŽ Ł„ŁŽŁ‡ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ‹Ų§ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„ŁŁ‡Ł. Ų§Ł„Ł„Ł‘Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŲµŁŽŁ„Ł‘Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ ألِهِ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲµŁ’Ų­ŁŽŲ§ŲØŁŁ‡Ł Ų£ŁŽŲ¬Ł’Ł…ŁŽŲ¹ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ†Ł’ ŲŖŁŽŲØŁŲ¹ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ„ŁŲ­Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†Ł Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‰ ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…Ł Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁŠŁ’Ł†Ł. Ų£ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁŲŒ ŁŁŽŁŠŁŽŲ§ Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽ اللهِ Ų£ŁŁˆŁ’ŲµŁŁŠŁ’ŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŁ†ŁŽŁŁ’Ų³ŁŁŠŁ’ ŲØŁŲŖŁŽŁ‚Ł’ŁˆŁŽŁ‰ اللهِ ŁŁŽŁ‚ŁŽŲÆŁ’ ŁŁŽŲ§Ų²ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽŲŒ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ­ŁŲ«Ł‘ŁŁƒŁŁ…Ł’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų·ŁŽŲ§Ų¹ŁŽŲŖŁŁ‡Ł Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŲ±Ł’Ų­ŁŽŁ…ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ

Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŲŖŁŽŲ¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ‰ ŁŁŁŠŁ’ Ų§Ł’Ł„Ł‚ŁŲ±Ł’Ų¢Ł†Ł Ų§Ł„Ł’ŁƒŁŽŲ±ŁŁŠŁ’Ł…Ł: ŁŠŁŽŲ§Ų£ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų³Ł Ų§Ų¹Ł’ŲØŁŲÆŁŁˆŲ§ Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠ Ų®ŁŽŁ„ŁŽŁ‚ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ مِنْ Ł‚ŁŽŲØŁ’Ł„ŁŁƒŁŁ…Ł’ Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŽŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŁ†ŁŽŲŒ ŁˆŁŽŁ‚Ų§ŁŽŁ„ŁŽ Ų±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„Ł اللهِ ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ…ŁŽ: Ų§ŲŖŁ‘ŁŽŁ‚Ł Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų­ŁŽŁŠŁ’Ų«ŁŁ…ŁŽŲ§ ŁƒŁŁ†Ł’ŲŖŁŽ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲŖŁ’ŲØŁŲ¹Ł’ Ų§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŁŠŁ‘ŁŲ¦ŁŽŲ©ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†ŁŽŲ©ŁŽ ŲŖŁŽŁ…Ł’Ų­ŁŁ‡ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ®ŁŽŲ§Ł„ŁŁ‚Ł Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų³ŁŽ ŲØŁŲ®ŁŁ„ŁŁ‚Ł Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†Ł. ŲµŁŽŲÆŁŽŁ‚ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲøŁŁŠŁ’Ł…Ł ŁˆŁŽŲµŁŽŲÆŁŽŁ‚ŁŽ Ų±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„ŁŁ‡Ł Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲØŁŁŠŁ‘Ł Ų§Ł„Ł’ŁƒŁŽŲ±ŁŁŠŁ’Ł…Ł ŁˆŁŽŁ†ŁŽŲ­Ł’Ł†Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų°Ł„ŁŁƒŁŽ Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŲ§Ł‡ŁŲÆŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŲ§ŁƒŁŲ±ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ ِللهِ Ų±ŁŽŲØŁ‘Ł Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ

Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ اغْفِرْ Ł„ŁŁ„Ł’Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł’Ł„Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŽŲ§ŲŖŁ ŁˆŁŽŲ§Ł’Ł„Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł’Ł„Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŽŲ§ŲŖŁ Ų§ŁŽŁ„Ų§ŁŽŲ­Ł’ŁŠŲ¢Ų”Ł Ł…ŁŁ†Ł’Ł‡ŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ§Ł’Ł„Ų§ŁŽŁ…Ł’ŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų£ŁŽŲ¹ŁŲ²Ł‘ŁŽ Ų§Ł’Ł„Ų„ŁŲ³Ł’Ł„Ų§ŁŽŁ…ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł’Ł„Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ°ŁŁ„Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŲ±Ł’ŁƒŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł’Ł„Ł…ŁŲ“Ł’Ų±ŁŁƒŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł†Ł’ŲµŁŲ±Ł’ Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽŁƒŁŽ Ų§Ł’Ł„Ł…ŁŁˆŁŽŲ­Ł‘ŁŲÆŁŁŠŁ‘ŁŽŲ©ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł†Ł’ŲµŁŲ±Ł’ Ł…ŁŽŁ†Ł’ Ł†ŁŽŲµŁŽŲ±ŁŽ Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ų®Ł’Ų°ŁŁ„Ł’ Ł…ŁŽŁ†Ł’ Ų®ŁŽŲ°ŁŽŁ„ŁŽ Ų§Ł’Ł„Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽ ŲÆŁŽŁ…Ł‘ŁŲ±Ł’ Ų£ŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁŽŲ§Ų”ŁŽŲ§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁŠŁ’Ł†Ł ŁˆŁŽŲ§Ų¹Ł’Ł„Ł ŁƒŁŽŁ„ŁŁ…ŁŽŲ§ŲŖŁŁƒŁŽ Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‰ ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…ŁŽ Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁŠŁ’Ł†Ł. Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų§ŲÆŁ’ŁŁŽŲ¹Ł’ Ų¹ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŲ§ Ų§Ł’Ł„ŲØŁŽŁ„Ų§ŁŽŲ”ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł’Ł„ŁˆŁŽŲØŁŽŲ§Ų”ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų²Ł‘ŁŽŁ„Ų§ŁŽŲ²ŁŁ„ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł’Ł„Ł…ŁŲ­ŁŽŁ†ŁŽ ŁˆŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ų”ŁŽ Ų§Ł’Ł„ŁŁŲŖŁ’Ł†ŁŽŲ©Ł ŁˆŁŽŲ§Ł’Ł„Ł…ŁŲ­ŁŽŁ†ŁŽ Ł…ŁŽŲ§ ŲøŁŽŁ‡ŁŽŲ±ŁŽ Ł…ŁŁ†Ł’Ł‡ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ·ŁŽŁ†ŁŽ Ų¹ŁŽŁ†Ł’ ŲØŁŽŁ„ŁŽŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ų§ŁŁ†Ł’ŲÆŁŁˆŁ†ŁŁŠŁ’Ų³ŁŁŠŁ‘ŁŽŲ§ Ų®Ų¢ŲµŁ‘ŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁŽŲ³ŁŽŲ§Ų¦ŁŲ±Ł Ų§Ł’Ł„ŲØŁŁ„Ł’ŲÆŁŽŲ§Ł†Ł Ų§Ł’Ł„Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų¹Ų¢Ł…Ł‘ŁŽŲ©Ł‹ ŁŠŁŽŲ§ Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŽ Ų§Ł’Ł„Ų¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ. Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ų¢ŲŖŁŁ†Ų§ŁŽ فِى Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁ†Ł’ŁŠŁŽŲ§ Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†ŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁŽŁŁŁ‰ Ų§Ł’Ł„Ų¢Ų®ŁŲ±ŁŽŲ©Ł Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†ŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁŽŁ‚ŁŁ†ŁŽŲ§ Ų¹ŁŽŲ°ŁŽŲ§ŲØŁŽ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų±Ł. Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŽŁ†ŁŽŲ§ ŲøŁŽŁ„ŁŽŁ…Ł’Ł†ŁŽŲ§ Ų§ŁŽŁ†Ł’ŁŁŲ³ŁŽŁ†ŁŽŲ§ŁˆŁŽŲ§ŁŁ†Ł’ Ł„ŁŽŁ…Ł’ ŲŖŁŽŲŗŁ’ŁŁŲ±Ł’ Ł„ŁŽŁ†ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲŖŁŽŲ±Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’Ł†ŁŽŲ§ Ł„ŁŽŁ†ŁŽŁƒŁŁˆŁ’Ł†ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł’Ł„Ų®ŁŽŲ§Ų³ŁŲ±ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ. Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽŲ§Ł„Ł„Ł‡Ł ! Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ ŁŠŁŽŲ£Ł’Ł…ŁŲ±Ł ŲØŁŲ§Ł’Ł„Ų¹ŁŽŲÆŁ’Ł„Ł ŁˆŁŽŲ§Ł’Ł„Ų„ŁŲ­Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†Ł ŁˆŁŽŲ„ŁŁŠŁ’ŲŖŲ¢Ų”Ł ذِي Ų§Ł’Ł„Ł‚ŁŲ±Ł’ŲØŁ‰ŁŽ ŁˆŁŽŁŠŁŽŁ†Ł’Ł‡ŁŽŁ‰ Ų¹ŁŽŁ†Ł Ų§Ł’Ł„ŁŁŽŲ­Ł’Ų“Ų¢Ų”Ł ŁˆŁŽŲ§Ł’Ł„Ł…ŁŁ†Ł’ŁƒŁŽŲ±Ł ŁˆŁŽŲ§Ł’Ł„ŲØŁŽŲŗŁ’ŁŠ ŁŠŁŽŲ¹ŁŲøŁŁƒŁŁ…Ł’ Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŽŲ°ŁŽŁƒŁ‘ŁŽŲ±ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ų°Ł’ŁƒŁŲ±ŁŁˆŲ§Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ų§Ł’Ł„Ų¹ŁŽŲøŁŁŠŁ’Ł…ŁŽ ŁŠŁŽŲ°Ł’ŁƒŁŲ±Ł’ŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ§Ų“Ł’ŁƒŁŲ±ŁŁˆŁ’Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„Ł‰ŁŽ Ł†ŁŲ¹ŁŽŁ…ŁŁ‡Ł ŁŠŁŽŲ²ŁŲÆŁ’ŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ°ŁŁƒŁ’Ų±Ł اللهِ Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł’

Ā 

Rakimin Al-Jawiy, Dosen Psikologi Islam Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta