Khutbah

Khutbah Idul Adha: Hari Raya yang Menekankan Kepedulian Sosial 

Kam, 30 Juli 2020 | 10:35 WIB

Khutbah Idul Adha: Hari Raya yang Menekankan Kepedulian Sosial 

Naskah Khutbah Idul adha 2020

Khutbah I

اَللهُ أَكْبَرُ 9×
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَ الْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَ أَصِيْلاً  لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّهِ الْحَمْدُ. اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِى جَعَلَ عِيْدَ اْلأَضْحى عِبْرَةً لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الصَّلَاةُ وَ السَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَ الْمُرْسَلِيْنَ سَيِّدِنَا وَ مَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَ ألِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْنُ. أَيُّهَا الْإِخْوان إِتَّقُو ا اللهَ حقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ


Allahu Akbar 3x walillahil hamd


Saudara-saudara kaum Muslimin Muslimat yang berbahagia!


Dengan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, hari ini kita dapat merayakan Idul Adha, dinamakan pula Idul Qurban, ‘Idun Nahr, dan Idul Akbar. Hari raya yang menekankan semangat sosial dan berkorban.


Di samping menyatakan rasa syukur, juga kita sampaikan permohonan kepada Allah SWT semoga segala aktivitas ibadah ini meraih sasarannya, yaitu menjadi bertambah dekat dengan Allah SWT, dekat dengan petunjuknya, dengan pertolongannya, dan dekat dengan ridhanya, hasil dari ibadah kurban. Tercapainya suasana dzikrullah (mengingat Alah), hasil dari ibadah shalat. Mendapatkan ampunan, rahmat, dan petunjuk Allah SWT, hasil daripada kesabaran atas musibah yang telah menimpa. Seperti disebutkan dalam Al-Qur’an:


لَنْ يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ ..... (الحج:37)


“Daging hewan kurban dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu….” (al Hajj: 37)

 

إِنَّنِىۤ أَنَا اللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا فَاعْبُدْنِى وَأَقِمِ الصَّلَوٰةَ لِذِكْرِىْ (طه: 14)


“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.” (Thaha: 14).

أُولَۤئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَٰتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَۤئِكَ هُمُ ٱلْمُهْتَدُونَ (البقرة: 157)


“Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”  (al-Baqarah: 157)


Allahu Akbar 3x walillahilhamd.


Jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah


Keimanan itu bukanlah semata-mata hanya ucapan yang keluar dari bibir belaka, tetapi keimanan yang sebenar-benarnya adalah merupakan suatu keyakinan yang memenuhi seluruh isi hati nurani, dan dari situ akan muncul bekas-bekas atau kesan-kesannya, sebagaimana semerbaknya bau harum yang disemarakkan oleh setangkai bunga mawar.


وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ ٱلْإِيمَٰنَ وَزَيَّنَهُۥ فِى قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ ٱلْكُفْرَ وَٱلْفُسُوقَ وَٱلْعِصْيَانَ أُولٰۤئِكَ هُمُ ٱلرَّٰشِدُونَ  (7) فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (8)  (الحجرات: 7-8)


“Tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. Sebagai karunia dan nikmat dari Allah. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (al-Hujurat 7-8)
    

Salah satu bukti keimanan adalah bersedekah, sebagaimana sabda Nabi SAW:


الصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ (رواه مسلم)


“dan sedekah itu adalah bukti (keimanan) yang nyata. (HR Muslim)


Ibadah sedekah memiliki banyak keutamaan terlebih jika sedekah itu dikeluarkan di waktu, tempat dan keadaan yang utama seperti mengeluarkan sedekah di bulan Ramadhan, untuk fakir miskin yang lemah tak berdaya tak dapat usaha, di 10 hari bulan Dzulhijjah, dan saat urusan yang penting seperti untuk orang yang sakit dan pada waktu musim pandemic seperti sekarang ini. Demikian dalam Tuhfatul Muhtaj Lisyarhil Minhaj (Juz.8, h. 755-756). Maka dengan begitu keimanan seseorang kan semakin harum semerbak mewangi dengan bekas-bekas dan kesan-kesan yang ditorehkannya. 
    

Imam Abu Bakr al-Razi, menjelaskan bahwa; “Iman dalam hati seorang mukmin adalah seumpama sebatang pohon yang mempunyai tujuh dahan. Satu dahan mencapai hatinya, sedang buahnya adalah kehendak yang benar; satu dahan mencapai lidahnya, sedangkan buahnya adalah perkataan yang benar; satu dahan mencapai kedua belah kakinya, sedang buahnya berjalan menuju shalat berjamaah; satu dahan mencapai kedua belah tangannya, sedangkan buahnya adalah memberikan sedekah; satu dahan mencapai kedua belah matanya, sedang buahnya adalah memandang kepada pelajaran-pelajaran; satu dahan mencapai perutnya, sedang buahnya ialah memakan yang halal dan meninggalkan barang yang meragukan; dan satu dahan lagi mencapai jiwanya, sedangkan buahnya ialah meninggalkan dan mengendalikan keinginan-keinginan nafsu syahwatnya.” 


Allahu Akbar 3x walillahilhamd.


Jamaah Shalat Id yang berbahagia!


Semua ibadah yang disyariatkan Allah bertujuan untuk menanamkan keutamaan, kebaikan, akhlak mulia, dan mengikis sifat kezaliman dan kerusakan. Shalat mencegah perbuatan keji dan mungkar. (QS. Al-Ankabut: 45). Puasa menanamkan ketakwaan dalam diri Muslim. (QS. Al-Baqarah: 183). Zakat untuk membersihkan hati dari sifat kikir (QS at-Taubah: 103). Kurban, sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-Kautsar:


إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ  (2)


“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah (sebagai ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah).” (al-Kautsar 2-3)


Dan juga sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad:


مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ إِلَى شِرَاءِ اْلأُضْحِيّةِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَشْرُ حَسَنَاتٍ وَ مُحِيَ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ وَ رُفِعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ وَ إِذَا تَكَلَّمَ فِي شِرَائِهَا كَانَ كَلَامُهُ تَسْبِيْحًا وَ إِذَا نَقَدَ ثَمَنَهَا كَانَ لَهُ بِكُلِّ دِرْهَمٍ سَبْعُمِائَةٍ حَسَنَة وَ إِذَا طَرَحَها عَلَى اْلأَرْضِ يُرِيدُ ذَبْحَهَا اسْتَغفَرَ لَهُ كُلُّ خَلْقٍ مِنْ مَوْضِعِهَا إِلَى اْلأَرْضِ السَّابِعَةِ وَ إِذاَ أَهرَقَ دَمَّهَا خَلَقَ اللهُ بِكُلِّ قطْرَةٍ مِن دَمِّهَا عَشْرَةً مِنَ الْمَلَائِكَةِ يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ إلىَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. رواه أحمد.  


“Barangsiapa keluar dari rumahnya pergi untuk membeli hewan korban maka akan dihitung bagi orang tersebut setiap dari langkah kakinya sepuluh kebaikan, dan di hilangkan atasnya sepuluh kejelekan, dan diangkat (diberi) atasnya sepuluh derajat. Dan ketika terjadi transaksi pembelian maka setiap ucapannya dihitung sebagai tasbih, dan ketika akad pembelian berlangsung maka setiap dirham (satu rupiah) disamakan dengan tuju puluh kebaikan, dan ketika hewan tersebut diletakkan (dibaringkan) di atas bumi untuk dipotong maka setiap makhluk yang ada di bumi sampai lapis ketujuh akan memohonkan ampun atas orang tersebut, dan ketika darah dari hewan tersebut telah dialirkan maka Allah SWT  menjadikan setiap tetes dari darah tersebut sepuluh malaikat yang selalu memohonkan ampun sampai hari kiamat.” (HR Ahmad).

 

Adapun haji diwajibkan untuk memperbanyak dzikir, menyaksikan manfaat duniawi dan ukhrawi (QS al-Hajj: 27-28), mengokohkan ketakwaan, menjauhi rafats, fusuk, dan jidal. (QS al-Baqarah: 197).


فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ. (البقرة: 197)


“Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (perkataan kotor), berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.” (QS al-Baqarah: 197).


Dasar-dasar hikmah Allah menetapkan pokok-pokok fardhu dan dosa-dosa besar, telah ditandaskan oleh atsar yang di bawah ini:


"فَرَضَ اللهُ الْإِيمَانَ تَطْهِيراً مِنَ الشِّرْكِ، وَالصَّلاَةَ تَنْزِيهاً عَنِ الْكِبَرِ، وَالزَّكَاةَ تَسْبِيباً لِلرِّزْقِ، وَالصِّيَامَ ابْتِلاَءً لِإِخْلاَصِ الْخَلْقِ، وَالْحَجَّ تَقْرِبَةً لِلدِّينِ  وَالْجِهَادَ عِزّاً لِلْإِسْلاَمِ، وَالْأَمْرَ بِالْمَعْرُوفِ مَصْلَحَةً لِلْعَوَامِّ، وَالنَّهْيَ عَنِ الْمُنْكَرِ رَدْعاً لِلسُّفَهَاءِ، وَصِلَةَ الرَّحِمِ مَنْماةً  لِلْعَدَدِ، وَالْقِصَاصَ حَقْناً لِلدِّمَاءِ، وَإِقَامَةَ الْحُدُودِ إِعْظَاماً لِلْمَحَارِمِ، وَتَرْكَ شُرْبِ الْخَمْرِ تَحْصِيناً لِلْعَقْلِ، وَمُجَانَبَةَ السَّرِقَةِ إِيجاباً لِلْعِفَّةِ، وَتَرْكَ الزِّنَى تَحْصِيناً لِلنَّسَبِ، وَتَرْكَ اللِّوَاطِ تَكْثِيراً لِلنَّسْلِ، وَالشَّهَادَةَ اسْتِظهَاراً  عَلَى الْمُجَاحَدَاتِ  وَتَرْكَ الْكَذِبِ تَشْرِيفاً لِلصِّدْقِ، وَالسَّلاَمَ أَمَاناً مِنَ الْمَخَاوِفِ، وَالْإَمَانَةَ نِظَاماً لِلْأُمَّةِ، وَالطَّاعَةَ تَعْظِيماً لِلْإِمَامَةِ."


“Allah memfardhukan iman untuk membersihkan hati dari syirik, memfardhukan sembahyang untuk mensucikan diri dari takabbur, memfardhukan zakat untuk menjadi sebab hasil rezeki bagi manusia, memfardhukan puasa untuk menguji keikhlasan manusia, memfardhukan haji untuk mendekatkan umat Islam antara satu dengan lainnya, memfardhukan jihad untuk kebesaran Islam, memfardhukan amar ma’ruf untuk kemaslahatan orang awam, memfardhukan nahyu ‘anil munkar untuk menghardik orang-orang yang kurang akal, memfardhukan silaturrahmi untuk menambah bilangan, memfardhukan qishas untuk pemeliharaan darah, menegakkan hukum-hukum pidana untuk membuktikan besar keburukan barang-barang yang diharamkan itu, memfardhukan kita untuk menjauhkan diri dari minuman yang memabukkan untuk memelihara akal, memfardhukan kita menjauhkan diri dari pencurian untuk mewujudkan pemeliharaan diri, memfardhukan kita menjauhi zina untuk memelihara keturunan, meninggalkan liwath untuk membanyakkan keturunan, memfardhukan pensaksian untuk memperlihatkan mana yang benar, dan memfardhukan kita menjauhi dusta untuk memuliakan kebenaran, dan memfardhukan perdamaian untuk memelihara manusia dari ketakutan dan memfardhukan kita memelihara amanah untuk menjaga keseragaman hidup dan memfardhukan taat untuk memberi nilai yang tinggi kepada pemimpin negara.”


Demikianlah hikmah ibadah, agar kita tetap beriman dan bertaqwa. Tanpa iman pertahanan diri kita mudah rubuh dan manusia hidup mengambang tanpa arah. Tanpa taqwa, manusia mudah melanggar aturan dan jiwanya mudah dipermainkan setan.


    جَعَلَنَا اللهُ وَ إِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ الْآمِنِيْنَ وَ أَدْخَلَنَا وَ إِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ الْمُوَحِّدِيْنَ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مَّنْ عَمِلَ صَٰلِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَآءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّٰمٍ لِّلْعَبِيدِ (فصلت: 46)
 اَللهُ أَكْبَرُ 3× لَآ إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَ ارْحَمْ وَ أَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

Khutbah Kedua:


اللهُ اَكْبَرْ (٧×) لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اَلْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ وَحْدَهْ صَدَقَ وَعْدَهْ وَ نَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهْ وَهَزَمَ الْاَحْزَابَ وَحْدَهْ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَةَ اِلَّا بِاللهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللّٰهُمَ فَصَلِّ وَسَلِمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَاحِبِ كَنْزِ الرَّحْمَةِ وَعَلٰى اٰلِه وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ. أَمَا بَعْدُ، فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِيٍ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِيْمِيْنَ.


اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ اَللّهُمَّ أَعِزِّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ وَالْمِحَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُنِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَخْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكـُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.


Dikutip dari Naskah Khutbah Almaghfurlah Wakil Rais PCNU  Kabupaten Sukabumi KH Imam Syamsudin ghafarallahu dzunubah wa satara ‘uyubah wa askanahu faradisal Jinan, oleh Hikmatul Luthfi bin Imam Syamsudin