Syariah

Bolehkah Menggabungkan Mandi Janabah dan Mandi Jumat?

Sen, 19 November 2018 | 12:00 WIB

Bolehkah Menggabungkan Mandi Janabah dan Mandi Jumat?

Ilustrasi (utilities-me.com)

Salah satu adab yang dianjurkan Nabi di hari Jumat adalah mandi Jumat. Anjuran mandi Jumat tidak hanya bagi laki-laki, namun juga bagi perempuan yang berniat menjalankan Jumat. Dalam sebuah hadits, Nabi bersabda:

مَنْ أَتَى الْجُمُعَةَ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ النِّسَاءِ فَلْيَغْتَسِلْ وَمَنْ لَمْ يَأْتِهَا فَلَيْسَ عَلَيْهِ غُسْلٌ

“Barangsiapa dari laki-laki dan perempuan yang menghendaki Jumat, maka mandilah. Barangsiapa yang tidak berniat menghadiri Jumat, maka tidak ada anjuran mandi baginya.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban).

Waktu pelaksanaan mandi Jumat dimulai sejak terbit fajar Shadiq sampai pelaksanaan Jumat. Lebih utama dilakukan menjelang keberangkatan menuju tempat shalat Jumat. Mandi Jumat juga bisa diqadla’ pelaksanaannya bila terlewat dari waktunya.

Persoalan muncul saat pagi hari Jumat janabah menghampiri. Mimpi basah atau melakukan hubungan suami istri menyebabkan seseorang wajib mandi janabah. Pertanyaannya kemudian, bolehkan niat mandi janabah dibarengkan dengan mandi Jumat? Apakah mendapat pahala keduanya?

Ulama di kalangan mazhab Syafi’i berbeda pendapat dalam masalah ini. Sebagian ulama berpendapat, hukumnya tidak sah, baik janabah atau mandi Jumatnya. Pendapat ini dipilih oleh Syekh Abu Sahl al-Sha’luki. Menurut versi ini, mandi janabah dan mandi Jumat harus dilaksanakan sendiri-sendiri. Sehingga dalam pelaksanaannya dibutuhkan dua kali mandi, mandi janabah dan  mandi jumat. Tidak ada ketentuan mana yang harus didahulukan.

Sementara menurut mayoritas ulama, hukumnya boleh dan sah. Satu kali mandi dengan dua niat sekaligus, mandi janabah dan mandi Jumat, menurut pendapat ini diperbolehkan dan dapat hasil dua pahala.

Syekh al-Imam Syarafuddin Yahya al-Nawawi mengatakan:

ولو نوى بغسله غسل الجنابة والجمعة حصلا جميعا هذا هو الصحيح وبه قطع المصنف في باب هيئة الجمعة والجمهور وحكي الخراسانيون وجها انه لا يحصل واحد منهما: قال امام الحرمين هذا الوجه حكاه أبو علي وهو بعيد قال ولم أره لغيره وحكاه المتولي عن اختيار ابي سهل الصعلوكي

“Apabila berniat mandi janabah dan mandi Jumat, maka keduanya hasil semua. Ini adalah pendapat al-Shahih dan ditegaskan oleh sang pengarang dalam bab tata cara Jumat, demikian pula ditegaskan oleh mayoritas ulama. Dan ulama Khurasan menceritakan satu pendapat bahwa tidak hasil keduanya. Al-Imam al-Haramain berkata, ini adalah pendapat yang diceritakan oleh Imam Abu Ali, ini adalah pendapat yang jauh dari kebenaran, aku tidak pernah mengetahui selain dari kutipan Abu Ali ini. Pendapat ini juga dikutip al-Imam al-Mutawalli dari pendapat yang dipilih oleh Imam Abu Sahl al-Sha’luki. (Al-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, juz 1, hal. 368).

Bila melihat pertimbangan keutamaan, mandi janabah dan jumat sebaiknya diniati dan dilakukan sendiri-sendiri, untuk menghindari pendapat yang tidak mengesahkan diniati secara bersamaan. Sesuai dengan kaidah fiqih:

الخروج من الخلاف مستحب

“Keluar dari perbedaan ulama adalah sunah.”

Ketika dilakukan sendiri-sendiri, para ashab menegaskan yang lebih utama adalah melakukan mandi janabah terlebih dahulu kemudian disusul mandi Jumat.

Syekh Zainuddin al-Malibari menegaskan:

ـ ( فرع ) لو اغتسل لجنابة ونحو جمعة بنيتهما حصلا وإن كان الأفضل إفراد كل بغسل 

“Cabangan permasalahan. Apabila seseorang mandi janabah dan semisal mandi Jumat dengan diniati keduanya, maka hasil keduanya, meski yang lebih utama adalah menyendirikan masing-masing mandi tersebut. (Syekh Zainuddin al-Malibari, Fath al-Mu’in Hamisy Hasyiyah I’anah al-Thalibin, juz 1, hal. 79).

Syekh Abu Bakr bin Syatha memberi komentar referensi di atas dalam keterangannya sebagai berikut:

ـ (قوله حصلا) أي حصل غسلهما كما لو نوى الفرض وتحية المسجد  ( قوله وإن كان الأفضل إلخ ) غاية للحصول  وقوله إفراد كل بغسل قال ع ش قال في البحر والأكمل أن يغتسل للجنابة ثم للجمعة ذكره أصحابنا  اه عميرة  اه

“Ucapan Syekh Zainuddin, maka hasil keduanya, maksudnya hasil kedua mandi itu sebagaimana permasalahan niat shalat fardlu sekaligus niat tahiyyatul masjid. Ucapan Syekh Zainuddin, meski yang lebih utama adalah menyendirikan masing-masing, ini adalah puncak keabsahan. Syekh Ali Syibramalisi berkata, al-Imam al-Rauyani berkata, yang lebih sempurna adalah mandi janabah terlebih dahulu kemudian mandi Jumat. Demikian disebutkan oleh para ashab. (Syekh Abu Bakr bin Syatha, Hasyiyah I’anah al-Thalibin, juz 1, hal. 79)

Demikianlah penjelasan mengenai hukum mandi janabah dilakukan bersamaan dengan mandi Jumat. Semoga bermanfaat dan bisa dipahami dengan baik. Wallahu a’lam.

(M. Mubasysyarum Bih)

Terkait

Syariah Lainnya

Lihat Semua