Internasional JURNAL DAI RAMADHAN

Warga Macau Terkesan dengan Kerukunan Bangsa Indonesia

NU Online  ·  Selasa, 6 Juni 2017 | 09:08 WIB

Warga Macau Terkesan dengan Kerukunan Bangsa Indonesia

Jelang berbuka puasa di Macau.

Ramadhan ibarat tamu VVIP. Ia datang membawa harapan yang sedemikian besar serta kegembiraan baik secara sosial, material dan spiritual. Amalan yang biasa saja bisa bernilai tinggi seakan-akan terkesan pintu surga dibuka selebar-lebarnya dan pintu neraka ditutup serapat-rapatnya.
 
Ini bagi yang memaknai hadis keutamaan Ramadhan secara majazi. Namun, buat seorang Muslim sedikit ridha Allah yang diraih itu jauh lebih besar nilainya ketimbang surga dan isinya.

Senin (5/6) siang, Nasir, yang biasa mengurusi masjid Macau meminta saya untuk adzan ashar.
 
"Your voice is very nice," katanya memuji setelah mendengar suara saya berceramah di hadapan ratusan BMI Macau. Padahal saya merasa suara saya biasa saja.
 
Waktu ashar di sini seharusnya pukul 15:40, namun di papan tulis terdapat pengumuman mengenai penyesuaian waktu shalat dengan jam kerja jamaah. Alhasil setelah berwudhu, saya langsung diserahi mic wireless untuk adzan pada pukul 17:10.

Saya sempat bertanya kepada Nasir apa pendapatnya tentang orang Indonesia? Kebetulan ia berdarah Pakistan, tetapi lahir dan besar di Macau.

"Indonesian people is very peacefulness," jawabnya sembari tersenyum.
 
Memang setiap Ahad diadakan Podok Ramadhan (Ponram) dengan pemateri dari LDNU, NU Care-LAZISNU, dan Dompet Dhuafa. Kepanitiaan kegiatan berasal dari YPW, Shelter, Irsyad, MATIM, MNU, Halimah, Peduli, TEQ, Masjid.

Dari itu terlihat suasana guyub ala Indonesia. Saya bisa merasakan vibrasi kental ke-Indonesia-an di sini. Ada stan pembayaran zakat, ada ibu-ibu yang sedang asik mengisi gelas plastik dengan es buah.
 
Ada sebagian kelompok sedang membungkus nasi, dan yang lain menyiapkan air mineral dan buah. Ada juga yang sedang menghitung uang hasil kotak tromol. 

Suasana ke-Indonesia-an inilah yang ditangkap oleh warga yang tinggal di sini termasuk Nasir. “Orang Indonesia bukan tipe masyarakat yang senang membuat masalah,” kata Nasir lagi.

Dalam hati saya berdoa, semoga keguyuban dan kedamaian warga Indonesia khususnya Muslim di mana pun berada bisa tetap terpelihara sebagai jati diri serta karakteristik bangsa yang mahal harganya.

Saepuloh, anggota Tim Inti Dai Internasional dan Media (TIDIM) LDNU yang ditugaskan ke Macau. Kegiatan ini bekerja sama dengan LAZISNU.