Usai Lebaran, NU Western Australia Buka Pengajian Rutin
NU Online · Sabtu, 13 Juli 2019 | 06:30 WIB
Australia, NU Online
Setelah cukup lama vakum usai liburan lebaran, NU Western Australia kembali menggeliat dengan menggelar pengajian. Pengajian sekaligus halal bi halal dan silaturrahim tersebut dihadiri Professor Raihani, ahli pendidikan Islam dari UIN Riau, yang juga membimbing beberapa mahasiswa Pascasarjana Indonesia di University of Western Australia (UWA).
Pengajian tersebut digelar Jumat (12/7) malam di kawasan Maddington, Perth, tepatnya di kediaman Pak Nono, warga NU setempat. Para sesepuh NU Perth, Ustadz Imam Jalil, Dody Adibrata, Ketua NU Western Australia, Ridwan Al-Makassary, dan 50-an Nahdliyin berkumpul di rumah tersebut untuk silaturrahim dan menyimak pengajian.
Dalam tausiyahnya, Ustadz Imam Jalil menjelaskan betapa pentingnya sosok ulama yang merupakan pewaris para nabi. Sebagai pemimpin, ulama mempunyai sifat yang cukup mulia, yaitu belas kasih, dan gampang memberikan maaf.
“Salah satu sifat ulama adalah mudah memaafkan,” ucapnya.
Ustadz Imam jalil lalu merujuk pada cerita tentang kesabaran Nabi Muhammad dalam menghadapi musuh-musuhnya. Salah satunya ketika beliau berada di Thoif. Nabi Muhammad diperlakukan sedemikian kasar oleh warga setempat, namun laih-alih membalas, beliau malah berdoa agar mereka mendapat hidayah Allah.
“Kesabaran dan jiwa pemaaf jangan sampai hilang dari kita, umat Islam,” tuturnya.
Di bagian lain, tokoh asal Aceh yang menghabiskan separuh hidupnya di Perth tersebut, menekankan pentingnya orang tua untuk menunjukkan suri teladan bagi anak-anaknya di tengah melubernya akses informasi yang berpotensi meruntuhkan budaya agamis akibat berita hoaks.
“Contohlah Nabi Muhammad dalam mendidik putera-puterinya,” serunya.
Sementara itu, Koordinator Diskusi dan Kajian NU Perth, Ridwan al-Makassary menyatakan peran para agamawan, khususnya ulama, sangatlah penting di era ‘seribu kebenaran’ ini. Menurutnya, saat ini terjadi perang ‘kebenaran’ yang ditandai dengan klaim-klaim semua pihak yang masing-masing merasa paling benar.
Di sisi lain, maraknya ulama-ulama karbitan yang tidak memahami pengetahuan agama secara utuh dan banyak berdakwah di dunia media sosial, telah melahirkan keresahan di kalangan umat. Bahkan di antara mereka –karena pengetahuannya yang sempit-- terperangkap dalam jaring kelompok Islam transnasional.
“Itu semua menimbulkan keresahan umat, karena ideologi yang mereka usung adalah khilafah atau memperjuangkan negara Islam. Di situ peran ulama sangat diperlukan untuk memberikan pencerahan,” terangnya sebagaimana rilis yang diterima NU Online.
Pengajian tersebut adalah yang perdana, dan selanjutnya digelar rutin setiap bulan. Pengajian itu digelar oleh Majelis Pengajian Perth (MPP) yang didirikan oleh Professor Raihani sewaktu melakukan riset dan tinggal cukup lama di Perth sebagai fellow research.
Acara tersebut juga sekaligus sebagai syukuran atas syukuran keberangkatan tuan rumah (Pak Nono dan istri) untuk menunaikan ibadah haji tahun ini. (Aryudi AR)
Terpopuler
1
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
2
Houthi Yaman Ancam Serang Kapal AS Jika Terlibat dalam Agresi Iran
3
Menlu Iran Peringatkan AS untuk Tanggung Jawab atas Konsekuensi dari Serangannya
4
Pengumuman Hasil Seleksi Wawancara Beasiswa PBNU ke Maroko 2025, Cek di Sini
5
Mudir 'Ali JATMAN: Tarekat adalah Warisan Asli Wali Songo
6
Trump Meradang Usai Israel-Iran Tak Gubris Seruan Gencatan Senjata
Terkini
Lihat Semua