Jakarta, NU Online
Wakil Sekretaris Jenderal PBNU H. Masduki Baidlowi mengaku prihatin dengan perlakuan otoritas China terhadap Muslim Uighur di wilayah otonomo barat laut Xinjiang. Ia menyebutkan, dalam beberapa laporan yang diterimanya Muslim di Xinjiang mendapatkan perlakuan diskriminasi.
“Saya sangat prihatin dengan kondisi masyarakat Muslim di Xinjiang Cina,” katanya saat dihubungi NU Online, Senin (15/10).
Sebagaimana hadits nabi, Ia kemudian mengibaratkan bahwa umat Islam itu seperti tubuh yang satu. Apabila ada satu umat Islam yang tersakiti, maka umat Islam yang lainnya juga merasakan rasa sakit itu. Jika Muslim di Xinjiang 'mengalami kesakitan,' maka Muslim di seluruh dunia juga merasakan hal yang sama.
“Jika kaki sakit maka yang merasa sakit bukan cuma kaki saja, tetapi seluruh tubuh kita juga merasakan sakit,” papar.
Ia menuturkan, ‘sakit yang diderita’ Muslim di Xinjiang akibat diskriminasi dan perlakuan tidak adil serta pelanggaran otoritas setempat terhadap prinsip-prinsip hak asasi manusia masyarakat Muslim di sana.
Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi hak asasi internasional menuduh China telah ‘menahan’ satu juta Muslim Uighur 'kamp-kamp interniran.' Menurut Human Right Watch, di ‘kamp-kamp tahanan itu,’ Muslim Uighur dan lainnya dilarang mengucapkan salam. Mereka harus mempelajari bahasa Mandarin dan menyanyikan lagu-lagu propaganda. Jika menolak instruksi yang ditetapkan pihak berwenang, mereka akan dihukum seperti tidak mendapatkan makanan, berdiri selama 24 jam, atau ditempatkan di ruang isolasi.
Meski demikian, China menyangkal telah melakukan penahanan dan kekerasan secara sistematis kepada Muslim Uighur. Mereka berdalih, kamp tersebut dimaksudkan sebagai tempat ‘pendidikan ulang’ bagi mereka yang terpapar ekstremisme agama dan pusat pelatihan kejuruan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
“Warga Xinjiang termasuk orang-orang Uighur menikmati kebebasan dan hak yang sama," Hu Lianhe, juru bicara Departemen Pekerjaan Front Bersatu Cina, dikutip CNN, Kamis (11/10). (Muchlishon)