Berlin, NU Online
Kanselir Jerman Angela Merkel dan Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer berbeda pendapat di depan publik terkait dengan peran Islam di dalam masyarakat Jerman. Horst Seehofer, yang menjadi menteri dalam negeri pekan ini, menyatakan kepada khalayak umum bahwa “Islam tidak termasuk bagian dari Jerman.”
Bagi Seehofer, Jerman dibentuk oleh agama Kristen. Artinya, masyarakat Jerman libur bekerja ketika hari Ahad. Mereka juga merayakan hari raya agama Kristen seperti Natal, Paskah, dan lainnya.
“Tentu saja orang-orang Muslim yang tinggal bersama kita termasuk di Jerman. Tapi bukan berarti kita harus melepaskan tradisi dan adat istiadat nasional kita,” katanya dilansir Telegraph.co, Jumat (16/3).
Tidak lama setelah Seehofer menyatakan hal itu, Angela Merkel langsung ‘menampar’ menterinya itu dengan menyatakan bahwa Islam adalah termasuk dari masyarakat Jerman. Bukan tanpa alasan, saat ini ada lebih dari 4 juta Muslim yang ada di Jerman dan 1,9 juta adalah warga negara Jerman.
“Agama mereka (Islam) sama seperti bagian dari Jerman,” kata Merkel setelah melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven.
60 persen Muslim Jerman berasal dari Turki. Awalnya mereka adalah para pekerja yang didatangkan dari negeri kebab pada 1960an dan 1970an silam. Umat Islam berkembang pesat di Jerman setelah tahun 2015 lalu Kanselir Merkel menerima lebih dari 1 juta pencari suaka dari negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim yang dilanda perang seperti Suriah, Irak dan Afghanistan.
Tidak ingin berpolemik lebih lama dengan Kanselir Merkel di publik, Seehofer membuat klarifikasi. Menurut dia, selama berabad-abad agama Kristen telah membentuk negara Jerman.
“Itulah mengapa salah mengatakan bahwa Islam termasuk di Jerman,” katanya.
“Tentu saja kita memiliki toleransi dan rasa hormat terhadap komunitas agama lainnya. Tentu saja Muslim yang tinggal di Jerman termasuk di Jerman,” tambahnya. (Red: Muchlishon)